Di dalam sebuah masjid agung pesantren Babussalam para murid santriwati kelas mahasiswa tengah berkumpul dengan sukacita. Malam ini mereka akan melaksanakan kegiatan tasmi’, menyetor hafalan surat dalam Alquran yang telah mereka hafal selama mondok di sana. Santriwati dibagi ke dalam beberapa kelompok. Malam itu hari pertama kegiatan, ada satu kelompok santriwati yang terdiri dari dua puluh orang yang mengikuti kegiatan tasmi’ disertai talqin atau sambung ayat. Ustazah yang membimbing santriwati putri terdiri dari tiga orang ustazah. Salah satu Ustazah tentu saja putri pemilik pondok, Ustazah Aliya.Satu per satu santriwati maju ke depan dan duduk berhadapan dengan sang ustazah. Mereka mulai membacakan salah satu surat dalam Alquran, yakni surat Al Baqarah. Ustazah juga melakukan metode talqin untuk melancarkan hafalan surat para santriwati.Tiba giliran Salwa Salsabila maju ke depan setelah mendapat panggilan dari sang pembawa acara. Dalam balutan abaya berwarna putih yang mengkila
Cuaca pagi itu terlihat cerah. Awan cirrus terukir rapi di kanvas langit berwarna biru lazuardi. Ke dua gadis berpenampilan agamis baru saja turun dari angkutan umum di depan gapura kampus berbentuk harimau Jawa yang sangar dengan perasaan penuh semangat.Dari sana mereka harus berjalan cukup jauh untuk tiba di gedung FK. Namun karena mereka terbiasa berolahraga dan hidup di pedesaan, mereka justru menikmati berjalan kaki pagi hari. Biasanya.Berbeda dengan anak mahasiswa lain yang mengendarai kendaraan pribadi baik itu beroda dua maupun roda empat yang mewah. Jika melihat pemandangan demikian, sudah dipastikan mereka mahasiswa normal yang menghuni kampus Cakra dan berasal dari kalangan ekonomi tinggi.Jika kebalikannya, menemukan mahasiswa yang lebih memilih menaiki ojol atau seperti mereka, naik angkutan umum berarti mereka anak mahasiswa berasal dari golongan menengah ke bawah dan penerima beasiswa.“Wa, kenapa kita gak bawa motor aja ya ke kampus? Lama kelamaan bisa gempor juga ni
Sepasang suami istri baru saja turun dari anak tangga pesawat. Seorang wanita paruh baya dalam balutan dress floral pink baby dibalut sweater bulu terlihat menggandeng suaminya yang berusia jauh lebih tua darinya. Sang suami berpenampilan lebih formal dalam balutan kemeja ditutupi oleh jas hitam mengkilat yang mahal. Mereka berjalan beriringan dengan langkah cepat agar segera tiba di rumah.Di belakang mereka dua orang pria berperawakan tinggi besar dan memakai pakaian serba hitam menyeret koper milik ke dua majikannya. Sebuah mobil SUV mewah berwarna hitam metalik menyambut kedatangan mereka di lobi bandara. Seorang pemuda dalam balutan kasual tengah menyandarkan punggungnya pada body mobil menunggu kedatangan ke dua orang tuanya.“Daniel!” teriak wanita dengan suara cempreng khas yang sudah berdiri lima meter dari hadapannya.Daniel langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia melepas kacamata hitam yang bertengger pada hidung mancungnya.Wanita dengan rambut sebahu bergelombang langs
Salwa tak bisa mengerem kakinya alhasil ia menabrak sosok pemuda yang menertawai tingkahnya.Brughh,Ke dua tangannya mencengkeram apa yang ada di hadapannya. Dengan nafas tersengal ia memejamkan matanya, mengatur deru nafasnya dan menyeimbangkan tubuhnya.Sosok pemuda di hadapannya menatapnya tanpa berkedip. Ia malah memuaskan matanya menatap gadis yang seringkali datang mengganggu tidur malamnya. Tetiba jantungnya juga berdegup kencang. Setiap kali berhadapan dengan gadis itu kesehatan jantungnya terancam namun anehnya hatinya meluap-luap bak banjir rob. Gadis itu sepertinya tukang hipnotis. Hanya saja ia menyembunyikan profesi anehnya tersebut. Buktinya ia bisa menghipnotis kewarasan Daniel hingga membuatnya macam orang kena pelet.“Sally,” gumamnya pada gadis itu.Salwa mendongak dan baru sadar apa yang ia lakukan. Tangannya masih mencengkram kemeja milik pemuda yang berdiri tepat di hadapannya. Tatapannya bertumbur kemudian tatapan Salwa tertuju pada tangannya yang menyentuh ar
“Buka!” teriak seorang gadis muda yang kini berada di dalam sebuah gudang tak terpakai. Ia sudah terkurung di sana selama dua hari tanpa makan dan minum. Tubuhnya sudah mulai lesu dan tak bertenaga. Namun tekanan pita suaranya masih cukup kuat untuk berteriak dan memekik. Burung-burung yang bertengger di atas genteng yang menaungi gudang tersebut sampai terpekik kaget mendengar suara soprannya yang di luar nalar. Naasnya, gudang tak terpakai dan berusia renta tersebut terletak di tengah hutan. Oleh karena itu yang bisa mendengar teriakannya hanyalah binatang sejenis serangga, melata dan anjing kudisan yang malang di mana mereka hidup liar. Tak ada tanda-tanda kehidupan manusia seperti dirinya. Mungkin bisa jadi kondisi seseorang akan berubah ketika ia terjebak atau terjepit dalam sebuah kondisi. Gadis itu berteriak minta tolong karena tiba-tiba terkunci di dalam gudang ‘Violeta Adriawan! Kau harus kuat! Kau harus balaskan dendammu pada setiap orang yang telah menghancurkanmu dan ke
Salwa terkejut melihat sosok yang ia pikirkan berada di sampingnya. Sejak kapan pemuda itu berada di sana. Macam jelangkung muncul tiba-tiba.“Sally, aku ingin meminta maaf padamu.”Dengan suara lembut, seorang Daniel menurunkan egonya di hadapan adik mantan musuh bebuyutannya.Salwa bungkam. Lidahnya terasa kelu. Tenggorokannya tercekat. Lehernya mendadak kaku seumpama rusuk bambu. Kali ini ia tak bisa menghindar.Ke dua kakinya mendadak kesemutan. Padahal sudah direncanakan dalam kepalanya, ia akan langsung kabur menghindari pemuda yang wajahnya terlihat kusut masai macam kurang gizi. Kakinya malah tak bisa diajak kompromi.Wajah Daniel pucat pasi. Salwa baru menyadarinya. Meski lelaki itu berusaha melebarkan senyumannya selebar sayap rajawali, tetap saja air wajahnya kelihatan sakit.‘Apa jangan-jangan penyakit Mister kambuh lagi gara-gara bertengkar denganku?’Jika demikian, ia ikut menyumbang untuk memperburuk kondisi kesehatannya. Gadis berjilbab biru itu lupa jika Daniel Dash s
Kreet,Pintu gudang terbuka dan bertepatan pintu tersebut terbuka seorang gadis jatuh lemas dan menimpa sosok pemuda yang membukakan pintu untuknya. “Astagfirullah,” gumam pemuda itu terperanjat ketika melihat seorang gadis cantik yang tak sadarkan diri, menimpa tubuhnya. Pikiran buruknya segera berkelana, alasan gadis itu terjebak di sana mungkin karena ada orang yang jahat berusaha mengurungnya dan melakukan tindakan asusila padanya. Pemuda itu beristighfar dalam hati, ia berniat membantu gadis itu dengan memangkunya dan menidurkannya di atas bangku kayu yang berada di depan gudang tua tersebut. Pantas saja ia merasa ingin mengecek gudang tua itu, padahal sebelumnya ia tak berniat sama sekali membuka gudang lama bekas tempat penyimpanan teh kering tersebut.Pemuda itu tengah melakukan pengawasan berkala pada kebun teh milik orang tuanya. Kebetulan hari itu panen raya teh. Para buruh pemetik teh tengah melakukan ritual mereka, memetik pucuk teh yang siap panen.Namun entah mendapa
Seorang pria berpakaian baju tahanan berwarna jingga tengah duduk terpuruk di balik meja persegi panjang. Wajahnya yang dulu terlihat tampan nan gagah kini terlihat lusuh dan menyedihkan mirip gembel.Rambutnya yang awalnya hitam kini menampakkan helaian berwarna kinantan karena tidak disemir. Jambang sudah memenuhi sebagian wajahnya mirip semak belukar di taman yang hijau.Duduk di seberangnya, sang istri hanya menatapnya nanar. Hari itu ia mengunjunginya bukan untuk membesuknya dan mengetahui keadaannya. Namun naasnya, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah yang dialami sang suami. Sang istri datang ke sana hanya untuk mengabarinya bahwa ia sudah melayangkan surat gugatan cerai pada pengadilan agama.Mungkin bagi sebagian orang akan melihat satu sisi bahwa istrinya itu benar-benar matre. Ia bersedia hidup bersama suaminya dalam gelimang harta. Selama suaminya bekerja sebagai anggota dewan yang terhormat. Namun ketika suaminya terpeleset karena terjerat kasus korupsi, pencucian uan