Home / Romansa / Malam Panas Dengan CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Malam Panas Dengan CEO: Chapter 41 - Chapter 50

200 Chapters

Zia Tenang

“Kak Risma?” Kedua bola mata Zia yang memerah langsung berbinar menatap seorang wanita di hadapannya. Gadis itu langsung menghambur dalam pelukan Risma, editor sekaligus sahabatnya. Benar yang diucapkan Risma, surprise untuknya.“Hei, kamu kenapa?” tanya Risma seraya mengerutkan dahinya, tetapi ia justru mengeratkan pelukannya. “Serindu itu kamu sama aku?” duganya.Risma tidak tahu kalau air mata Zia mengalir deras dalam pelukannya. Cepat-cepat, Zia mengusap air matanya. Ia tidak ingin membuat editornya khawatir pada dirinya. Zia melatih senyumannya sebentar sebelum melepaskan pelukannya.“Tentu saja aku rindu sama Kak Risma,” ucap Zia diakhiri bibirnya yang maju. Ia pura-pura kesal dengan pertanyaan yang dilontarkan Risma padanya. “Kak Risma tega banget ngurung aku di sini!” protesnya.Editornya kembali mengerutkan dahinya. Ia menatap gadis di hadapannya heran. Indera penglihatan Risma langsung tertuju pada isi kamar di belakang tubuh Zia, kemudian kedua bola matanya langsung membes
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

Sepakat

“Maaf, Tuan Sean,” ucapan Sadin langsung Sean membuka kedua kelopak matanya.Sean yang tengah meneangkan isi pikirannya dengan memejamkan matanya sepanjang perjalanan pulang, terpaksa harus membuka matanya. Suara pak Sadin terdengar berat dan sungkan. Ia hanya berdeham pelan, memberi isyarat agar pak Sadin meneruskan kalimatnya.“Tadi telepon dari bi Asti. Nona Agnes datang ke mansion dan mengatakan kalau dia adalah tunangan Tuan Sean pada nona Zia ...,” penjelasan pak Sadin terhenti.Bukan terhenti, tetapi ia menahan dirinya untuk tak memancing emosi Sean. Pak Sadin tahu kalau atasannya tidak suka masalah pribadinya dicampuri dan ia yakin Sean pasti tengah berpikir. Perkiraannya tepat, Sean menghela napas berat.“Mampir sebentar ke mansion sebelum ke rumah ayah saya!” titah Sean dengan nada berat.“Baik, Tuan,” sahut pak Sadin cepat.Kesal, marah dan kecewa, itulah yang Sean rasakan. Ia tahu ayahnya selalu menuntutnya untuk segera menikah. Berkali-kali juga ayahnya berniat menjodohka
last updateLast Updated : 2023-04-28
Read more

Sean Melegakan

Tuan Alan bangkit dari duduknya setelah mendapatkan pertanyaan dari anak lelakinya. Ia lantas berjalan mendekati Sean, lalu menepuk pundaknya lembut. “Kamu sudah dewasa, dan kamu tidak pernah mengecewakan ayah. Ayah hanya berharap kamu tidak akan menyesali keputusanmu!” ucapnya.“Mas Alan!” seru nyonya Felicia keras. Wanita itu juga bangkit dari duduknya dengan tatapan tak terima.“Tenanglah istriku!” sahut tuan Alan tanpa menoleh ke arah nyonya Felicia. Sean tersenyum tipis melihat wajah kesal wanita tua itu.Tangan kanan tuan Alan yang masih berada di pundak Sean berpindah pada tangan Agnes. Ia menggenggam tangan gadis cantik itu erat. Perlahan wajah merah Agnes berubah kembali pada warna cantiknya mengikuti senyuman tuan Alan.“Tidak usah buru, Nak! Kalian masih muda dan masih punya banyak waktu, kamu harus tahu kalau Sean tidak suka dipaksa,” ucapnya dengan nada lembut diakhiri senyuman lelaki tua itu.Wajah Sean terlihat lega. Walaupun penjelasan ayahnya bertujuan menenangkan gad
last updateLast Updated : 2023-04-29
Read more

Sean Meresahkan

“Oh my God, Zia! Ternyata kamu nakal juga,” guman Risma seraya menutup mulutnya dan menatap nakal gadis di hadapannya setelah Sean tak terlihat dari balik pintu kamar Zia.Gadis di hadapannya meringis dan tersipu malu. Tiba-tiba ia memukul keras punggung Risma. Tentu saja, ia terlalu malu dan tak percaya dengan tindakan Sean. Lelaki itu langsung menenangkan hatinya yang sedang dilanda cemburu.Zia juga tahu ucapan editornya hanya menggodanya saja. Bukan meledeknya dengan kalimat nakal. Terlihat, Risma yang mendapatkan pukulan darinya justru tertawa puas, membuat wajahnya makin memerah.“Apaan sih, Kak Risma,” guman Zia seraya memajukkan bibirnya.Sayangnya, gadis itu tak bisa menyembunyikan semua perasaannya dari editor sekaligus sahabat baiknya. Ia lalu tersenyum simpul hingga Risma menghentikan tawanya. Wanita itu memangku wajahnya dan menatap Zia dengan tatapan menggoda.“Ceritakan padaku, bagaimana tuan Sean bisa klepek-klepek sama kamu?” Risma menggoda Zia. Kedua pipi gadis di h
last updateLast Updated : 2023-04-30
Read more

Harapan Sean

“Interview. Aku ingin meminta waktu tuan Sean untuk interview,” sahut Zia secepat mungkin, menghindari rasa gugupnya.Ya, Zia sengaja pura-pura tak mendengar ucapan Sean yang menggodanya. Lelaki di hadapannya mengerutkan dahinya, lalu tersenyum tipis. Sean lantas membuka lebar pintu kamarnya, lalu membentangkan tangan kanannya ke dalam.“Silahkan masuk!” Sean mempersilahkan.Zia refleks menunjuk wajahnya lalu menunjuk arah dalam kamar Sean mengikuti bentangan tangan Sean. “Masuk ke kamar?” tanyanya dengan tatapan cemas.“Yeah, katanya mau interview?” Sean bertanya balik seraya menaikkan satu alisnya.Gadis di hadapannya menjulurkan sedikit kepalanya ke depan. Ia memindai isi kamar Sean dengan tatapan makin cemas. Entah apa yang ia pikirkan, yang pasti Zia bingung.“Apa yang kamu cari, Gadis Kecil?” tanya Sean menghentikan pemindaian Zia pada kamarnya.Zia tersadar. Ia langsung tersenyum. Indera penglihatannya kembali menangkap rambut basah Sean dan dada bidangnya, hingga ia terpaksa h
last updateLast Updated : 2023-05-01
Read more

Sean Meresahkan 2

Zia terdiam hingga detik kelima dan terus menatap wajah lelaki di hadapannya. Sean tersenyum tipis. Tampaknya ia tak bisa menebak ekspresi diamnya Zia. Tentu saja! Biasanya Zia memasang wajah panik atau salah tingkah. Kini gadis itu benar-benar diam tanpa ekspresi. Sean berdeham pelan. “Lupakan saja kalau begitu dan ja--” “Tuan Sean!” panggil Zia memotong kalimat Sean. “Aku yakin Tuan punya alasan baik. Bukankah Tuan sendiri yang meminta untuk tak memasukkan pertanyaan itu daftar interview?” Zia tersenyum tipis mengakhiri ucapannya. Sean mendesis pelan. Kemudian ia tersenyum tipis, Sean bisa menebak isi pikiran gadis kecilnya. Benar, Zia penasaran dengan pertanyaannya. Tentu saja, Sean melihat jelas wajah gadis itu memerah dan tersipu malu saat ia mengunjunginya siang tadi hanya untuk mengatakan penolakan perjodohannya. Namun, gadis kecilnya terus menahan dirinya untuk mengakui kalau sebenarnya ia bahagia. Sean seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Ia memikirkan ca
last updateLast Updated : 2023-05-03
Read more

Ciuman Lembut

Kedua bola mata Zia langsung membulat sempurna. Ia terdiam dalam satu detik. Detik kedua, saat bibirnya merasakan lembutnya bibir Sean, kedua bola matanya langsung menutup sempurna. Sean tak menyia-nyiakannya. Ia langsung melumat lembut bibir Zia. Gadis kecilnya tak menolaknya, kedua bola matanya masih tertutup. Tunggu! Zia membalas lumatan bibir Sean? Benar, ia membalasnya. Bukan hanya Sean yang tergoda pada bibirnya, tetapi ia juga. Ya, sejak Sean membuka pintu kamarnya dengan rambut basah dan dadanya yang terbuka. Zia tahu Sean sengaja, dan saat lelaki itu memainkan bibirnya, ia juga tahu kalau Sean sengaja menggodanya. Zia masih bisa menahannya. Namun, kenapa sekarang ia membalasnya? Zia pun tak tahu. Ia hanya ingin menghilangkan sedikit rasa frustasinya karena godaan Sean. Mungkinkah dulu, lima tahun yang lalu kejadiannya seperti ini? Belum sempat Zia menerawang pikirannya sendiri, Sean sudah menyudahi gerakan bibirnya membuyarkan semua pikirannya yang tak karuan. Tentu saja
last updateLast Updated : 2023-05-03
Read more

Tuan Alan

Wajah Zia panik. Tatapan tuan Alan, lebih membuatnya tak berdaya dibandingkan anaknya, Sean. Ia refleks menundukkan tubuhnya. “Maaf, Tuan. Sa—saya Zia,” suara Zia gagap. Ia tak berani menaikkan wajahnya. “Zia? Zia siapa? Kenapa kamu bisa berada di mansion anakku?” Tuan Alan mencecarnya seraya berjalan mendekat pada Zia. Tubuh Zia gemetar hebat. Ia gugup. Tentu saja ia dapat melihat lelaki setengah baya itu bergerak ke arahnya melalui pantulan lantai di bawahnya. “Tuan Alan!” Suara bi Asti menghentikan langkah kaki lelaki itu. Tuan Sean langsung menoleh ke arah suara asisten rumah tangga anaknya. Bi Asti tersenyum dan melangkah cepat ke arahnya. “Kapan Tuan sampai? Kenapa tak mengabari jika hendak datang?” bi Asti mencecar ayah dari majikannya seperti seorang teman. “Haruskah aku izin padamu dulu jika ingin menemui anakku sendiri,” ketus tuan Alan seraya memasang wajah kesal. Bi Asti tertawa kecil, membuat Zia bingung. Bagaimana bisa bi Asti berani membuat ayah majikannya marah?
last updateLast Updated : 2023-05-04
Read more

Zia Kesal

“Jangan hiraukan saya, Nona ...,”“Nona Zia, Tuan Alan,” sambung bi Asti, tampaknya lelaki itu belum menangkap jelas nama gadis di hadapannya. “Oh, Nona Zia. Tolong jangan hiraukan saya, yah! Saya hanya ingin mengunjungi anak saya saja, tapi sepertinya Sean sudah berangkat,” tuan Sean menyambung penjelasannya.Zia melebarkan senyumannya, sedangkan wajahnya makin terlihat kebingungan. Ia lantas memilih berbalik bergerak menuju meja makan, mengikuti gerakan tangan tuan Alan yang memintanya mengabaikan lelaki itu dan bi Asti. Setelah Zia benar-benar membelakangi tuan Alan dan bi Asti, mereka berdua langsung berbalik juga.“Jangan buat gadis itu canggung!” Suara tuan Alan yang memberi perintah pada bi Asti dapat tertangkap jelas pada indera pendengaran Zia. Namun, suara keluhan cacing dalam perutnya kembali terdengar. Ia pun memilih fokus pada tugasnya, meredamkan bunyi cacing sebelum fokus pada pekerjaannya.Benar, Zia belum sempat menyelesaikan hasil interview nya tadi malam dengan Se
last updateLast Updated : 2023-05-05
Read more

Zia Marah

“Cukup, Nyonya!” Suara Zia tak terlalu tinggi dan juga tak terlalu rendah, tetapi langsung membuat nyonya Felicia dan tuan Alan terkejut. Begitu juga dengan Niko, ia makin menatap Zia penuh curiga. Mereka bertiga menatap Zia heran. Zia sadar diri, memang dirinya tidak selevel dengan Sean. Alasan itu juga yang membuat dirinya merasa rendah diri saat Sean menunjukkan rasa suka dan pedulinya. Namun, ucapan Niko dan nyonya melukai harga dirinya.“Tuan Sean yang meminta saya menjadi penulisnya dan meminta saya tinggal di sini karena lebih memudahkan tuan Sean saat saya harus melakukan sesi interview kalau tuan Sean sudah di rumah. Pastinya Nyonya tahu kalau tuan Sean selalu sibuk ‘kan?” terang Zia menahan rasa sesak di dadanya. “Saya sadar diri kalau saya memang tidak sekelas dengan tuan Sean, tetapi keberadaan saya di sini karena pekerjaan saya sebagai seorang penulis bukan seorang penggoda seperti yang nyonya sangkakan,” pungkasnya.Gadis itu memutar sedikit tubuhnya menghadap tuan Ala
last updateLast Updated : 2023-05-05
Read more
PREV
1
...
34567
...
20
DMCA.com Protection Status