Semua Bab Nama Putriku Nama Mantannya : Bab 1 - Bab 10

104 Bab

01. Ida Mau Melahirkan

"Ida, ngapain kamu di dapur, sini sama Ummi!" ajak mertuanya dengan lembut."Iya Mi, bentar Ida lagi goreng ikan!" teriaknya dari dapur."Sudah-sudah biar Mbok Siti saja yang urus, kamu sebentar lagi mau melahirkan jangan terlalu capek sini duduk sama Ummi, biar kamu rileks dulu, kasihan itu cucu Ummi nanti kecapean juga."Ida pun segera menuruti permintaan mertuanya untuk duduk santai di ruang tengah tempat keluarga bersantai sejenak dari rutinitas pekerjaan yang padat."Gimana nggak kram lagi perutnya?" tanya Umi yang khawatir."Alhamdulillah nggak apa-apa Mi!""Memang kalau hamil harus banyak gerak, tetapi jangan di forsir juga tenaganya.""Kakimu bengkak Nak, jangan di gantung duduknya, kamu itu boleh bantu-bantu Mbok Siti cuma jangan terlalu capek, kasihan si dedeknya," ucap mertuanya yang dipanggil Ummi itu dengan lembut."Iya Ummi, jangan khawatir Ida baik-baik saja, nanti kalau capek Ida juga berhenti kok Mi," sahut Ida menantunya."Kapan kata bidan kamu melahirkan, Sayang?""
Baca selengkapnya

02. Ida Masuk Ruang Operasi

"Memang kamu tahu kalau Ida akan melahirkan anak perempuan?" tanya Uminya bingung."Mudahan saja Um, soalnya dia tidak pernah memberitahukan jenis kelamin bayiku ketika dia memeriksa kandungannya," jawab Sulthan kesal."Kamu seharusnya lebih memperhatikan Ida, kasihan dia punya suami tapi sepertinya nggak punya suami," ucap Umi kesal."Kan ada Ummi dan Mbok Siti, Sulthan sibuk di kantor tidak bisa menjaganya dua puluh empat jam, lagian dia bukan anak kecil yang harus di layani kan?" kilah Sulthan tak mau kalah."Ummi tahu sendiri kan Sulthan dari dulu tidak menyukai Ida, dia itu sudah Sulthan anggap seperti adik sendiri," jawabnya lagi. Tak lama kemudian dokter menghampiri mereka dan mengatakan bahwa dia harus segera mengambil tindakan, karena bayinya sudah banyak meminum air ketuban."Lakukan yang terbaik untuk bayiku Om," jawabnya dengan tegas."Satu lagi yang harus saya sampaikan nyawa mereka dalam bahaya, mungkin diantara salah satunya ada yang tidak tertolong mengingat kondisi
Baca selengkapnya

03. Pengakuan Sulthan

Kemudian beliau menaruhnya diatas dada ibunya yang masih terasa hangat.Selama beberapa detik Ida mulai kembali menitikkan air matanya walau matanya tertutup sangat rapat.Selang beberapa saat kemudian kulit bayi itu sedikit demi sedikit birunya memudar dan perlahan-lahan ada gerakan-gerakan kecil.Dokter Imran, Bidan Lusi dan dua dokter lainnya serta perawat menyaksikan secara saksama."Dok, apa saya nggak salah lihat itu ada gerakan kecil pada kakinya?" ucap Bidan Lusi yang tercengang melihat bayi itu seperti mengentakkan kaki mungilnya.Sedikit demi sedikit bayi mungil itu mengentak kakinya dan lama-kelamaan seluruh tubuhnya di gerakkan sehingga pecah tangis pun terdengar.Dokter Imran langsung bersembah sujud di ruangan itu sambil menangis, semuanya heran dan terkesima melihat pemandangan ini.Bagaimana tidak dokter yang terkenal sangat ramah ini tidak pernah menangis seperti itu."Terima kasih Ya Allah engkau Maha Penyayang, Engkau memberi kehidupan baru bagi bayi ini," ucapnya s
Baca selengkapnya

04. Dilema Sultan

Keesokan harinya sesuai dengan yang dikatakan oleh Sulthan akhirnya acara aqiqahan putrinya pun digelar sangat meriah.Tak lupa Sulthan memanggil anak panti asuhan kurang lebih 300 orang.Pagi harinya ibu-ibu pengajian Ummi Syifa berdatangan dan para sahabat serta teman, kolega sesama pebisnis turut serta ambil bagian dalam acara itu.Menghadirkan Penceramah di kota itu, melantunkan ayat-ayat suci Al Quran yang syahdu menenggelamkan sesaat hati ini.Umi Syifa melihat Sulthan menitikkan air mata, entah apa yang dirasakan anaknya."Kenapa kamu Nak, kok nangis ada apa?" tanya Ummi Syifa dengan lembut."Nggak apa-apa Um, cuma Sulthan sudah lama tidak mengaji, bahkan Sulthan sudah lama cara mengaji Um!""Apakah kamu mau Umi ajarkan seperti waktu kamu masih kecil, Nak?""Nanti saja Um!"Sulthan langsung berdiri meninggalkan Ummi Syifa yang masih bingung dengan sikapnya.Umi Syifa sangat tahu kalau anaknya sangat keras kepala seperti almarhum papahnya.Sulthan selalu menyembunyikan luka bat
Baca selengkapnya

05. Masa Lalu Sulthan

"Dia begitu kurus mungkin tinggal tulang, cepat bangun Ida, putrimu sangat membutuhkanmu," lirihnya.Sulthan pun tertidur di sebelah putri kecilnya itu. Tante Mayang yang dari tadi masih menunggui Sulthan dari balik pintu kamarnya, merasa kasihan kepada Sulthan dan beliau pun kembali masuk ke dalam kamar Sulthan untuk menjaga bayinya itu takut nanti tengah malam akan menangis.Setelah meletakkan bayi mungilnya di dalam box bayi, Tante Mayang kembali ke luar dan mendatangi kakak iparnya Ummi Syifa.Pintu Ummi Syifa terbuka sedikit sehingga memudahkan Tante Mayang melihatnya jelas Ummi Syifa yang melamun di atas tempat tidur.Nampak terlihat kesedihan yang mendalam di raut wajah Ummi Syifa. Entah apa yang dipikirkan beliau di satu sisi Sulthan yang masih terbelenggu dengan masa lalunya dilain sisi merasa kasihan kepada Ida jika dia tahu kalau nama putrinya adalah nama mantan kekasih anaknya.Ummi Syifa tahu betul watak dan sifat keras kepalanya Sulthan karena itu dia tidak ingin berdeb
Baca selengkapnya

06. Kenangan Masa Lalu

Ummi Syifa pun sangat senang dengan Fina selain pintar juga baik, wajahnya yang cantik menurut Ummi Syifa dan hatinya pun terpancar kecantikan dari dalam.Selama bertahun-tahun mengenal Fina sejak kecil kini dia kembali menjelma sebagai gadis yang cantik dan baik bagaikan bidadari.Semua terlihat sempurna di mata Ummi Syifa dan Sulthan. Keceriaan Fina membawa dampak yang baik bagi hubungan mereka.Semua berjalan dengan lancar, hubungan Sulthan dan Fina semakin erat, bahkan setelah selesai kuliah pun mereka sepakat akan mempererat hubungan mereka ke jenjang pernikahan.Kedua belah pihak sangat menyetujui usul mereka, apalagi setelah Abi nya Sulthan meninggal Umi Syifa lah yang mengganti posisi suaminya sampai Sulthan benar-benar siap terjun ke dunia bisnis.Rencana pernikahan sudah di siapkan, dari katering, gedung, pakaian dan segala macam atribut untuk pernikahan sudah mencapai 80%.Semua nampak bahagia menyambut hari pernikahan mereka yang tinggal sebulan lagi.Namun tiba-tiba Fina
Baca selengkapnya

07. Ida Sudah Sadar Than

Wanita itu sangat cantik, memakai jilbab segi empat bermotif bunga berwarna merah, dipadu padankan dengan baju terusan yang sangat elegan, ditambah sepatu hak tinggi berwarna merah dan warna senada tas ditangannya.Kulitnya putih dan tinggi menambah indah dipandang mata tak lupa memakai kaca mata hitam."Assalamualaikum!" sapa wanita cantik itu."Walaikumsalam! jawab mereka serentak."Maaf Mbak, saya bisa bertemu dengan Bapak Sulthan Yazid Zidan?" tanya wanita itu dengan sopan dan ramah."Maaf Mbak, Bapak Sulthan sedang tidak ada di tempat, lagi keluar, kalau boleh saya tahu dengan Mbak siapa?" tanya Agnes penasaran."Maaf kapan dia balik ke kantor?" tanyanya lagi."Kurang tahu Mbak, soalnya beliau tidak memberitahukan kepada saya, ada pesan, Mbak?" tanya balik Agnes."Oh nggak usah, nanti saya balik saja ke sini, kalau begitu saya permisi dulu.""Tunggu Mbak, nanti kalau saya kasih tahu ada tamu yang mencari beliau, siapa namanya Mbak?" tanya Agnes yang masih penasaran."Hemmh ... ka
Baca selengkapnya

08. Ida Sudah Sadar Dari Koma

"Iya saya juga Bu, kasihan Neng Ida, kita harus membuat mereka bersatu lagi, tapi bagaimana Bu, bukannya ini sudah masuk talak satu?""Justru itu nanti setelah Ida bisa dinyatakan membaik kita akan mengadakan syukuran dan sekalian mengikrarkan kembali perkawinan mereka.""Ayuk kita masuk kasihan dia sendiri di dalam!" ajak Umi Syifa."Assalamualaikum!”"Walaikumsalam!" jawab Ida pelan dan tersenyum."Eh Ummi ... augh ... " ucap Ida merintih kesakitan karena ingin bersandar tetapi punggungnya susah di gerakkan akibat terlalu lama berbaring."Ida jangan dipaksa Sayang, kamu belum pulih benar, pelan-pelan Sayang," sahut Ummi Syifa merasa khawatir dengan Ida.“Ida nggak apa-apa Mi, Cuma agak sedikit sakit mungkin karena kelamaan berbaring,” jawabnya pelan.“Wajahmu tirus dan badanmu menjadi kurus Sayang, sudah hampir setahun kamu koma, tetapi Allah masih sayang sama kamu, hari ini kamu sudah sadar dan kembali di dalam keluarga kami,” ucap Ummi Syifa sembari mengelus pipi Ida dengan lembut
Baca selengkapnya

09. Siapa Wanita Cantik Itu

@Agnes{Maaf Pak, dia sendiri yang tidak ingin memberikan nomor ponselnya, mungkin kalau diminta sekarang namanya bukan kejutan}{Coba Bapak pikirkan baik-baik, apakah itu yang dinamakan penasaran, jika memang betul-betul dia rindu sama Bapak pasti dia akan menunggu Bapak sampai balik ke kantor, tetapi buktinya dia pergi dengan banyak misteri?}Seketika Sulthan berpikir sejenak, apa yang dikatakan Agnes ada benarnya, seharusnya dia menunggu Sulthan, tetapi kenapa dia membuat Sulthan menjadi penasaran, apa maksud dan tujuannya kali ini?@Sulthan{Tumben kamu pintar, oke saya terima argumenmu, kalau begitu sebentar lagi saya ke kantor, siapkan berkas-berkas yang akan di bawa untuk bertemu dengan Pak Jodi dan saya minta maaf sudah berkata kasar ke kamu}@Agnes{Iya Pak, sama-sama, selamat siang Pak}@Sulthan{Selamat siang}Sulthan pun mengakhiri percakapan dengan sekretarisnya dan ingin beristirahat sebentar di dalam mobilnya, namun saat Sulthan hendak memejamkan matanya sebentar tiba-
Baca selengkapnya

10. Dilema Hati Ida

Tepat jam lima sore waktunya karyawan pulang kerja, hal ini di nanti-nantikan oleh ketiga serangkai geng rempong untuk menjenguk istri Bos mereka di rumah sakit.Tak lupa mereka membawa buah tangan berupa buah-buahan kesukaan Ida.Menempuh perjalanan yang sedikit panas, tidak menyulutkan niat mereka dari awal untuk datang ke rumah sakit selain untuk menjenguk dan juga untuk misi mereka.***“Selamat sore, Mbak?”“Selamat sore, ada yang bisa kami bantu?” tanya resepsionis itu dengan ramah.“Iya Mbak, numpang tanya kami mau bertemu dengan pasien yang bernama Sayyidah Latifah, di kamar nomor berapa ya Mbak?” tanya Agnes kepada resepsionis rumah sakit itu.“Oh ... sebentar ya Mbak, saya cek dulu!” jawabnya.“Pasien atas nama Ibu Sayyidah Latifah istri dari Bapak Sulthan Yazid Zidan sekarang di rawat di kamar Anyelir lantai lima nomor 67, Mbak!” ucap resepsionis itu dengan ramah.“Terima kasih, permisi Mbak,” ucap Agnes tersenyum.“Sama-sama, Mbak," sahutnya ramah.Mereka pun pergi ke kama
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status