Home / Romansa / Nama Putriku Nama Mantannya / 02. Ida Masuk Ruang Operasi

Share

02. Ida Masuk Ruang Operasi

Author: Meriatih Fadilah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

 

"Memang kamu tahu kalau Ida akan melahirkan anak perempuan?" tanya Uminya bingung.

"Mudahan saja Um, soalnya dia tidak pernah memberitahukan jenis kelamin bayiku ketika dia memeriksa kandungannya," jawab Sulthan kesal.

"Kamu seharusnya lebih memperhatikan Ida, kasihan dia punya suami tapi sepertinya nggak punya suami," ucap Umi kesal.

"Kan ada Ummi dan Mbok Siti, Sulthan sibuk di kantor tidak bisa menjaganya dua puluh empat jam, lagian dia bukan anak kecil yang harus di layani kan?" kilah Sulthan tak mau kalah.

"Ummi tahu sendiri kan Sulthan dari dulu tidak menyukai Ida, dia itu sudah Sulthan anggap seperti adik sendiri," jawabnya lagi.

Tak lama kemudian dokter menghampiri mereka dan mengatakan bahwa dia harus segera mengambil tindakan, karena  bayinya sudah banyak meminum air ketuban.

"Lakukan yang terbaik untuk bayiku Om," jawabnya dengan tegas.

"Satu lagi yang harus saya sampaikan nyawa mereka dalam bahaya, mungkin diantara salah satunya ada yang tidak tertolong mengingat kondisi pasien dan bayinya sama-sama kritis," ucap Dokter itu.

Sulthan berpikir sejenak dan dengan mantap dia mengatakannya sesuatu sehingga membuat Uminya tertunduk lesu dan menangis.

"Selamatkan bayiku saja Om, tidak usah ibunya!" titahnya.

Seketika Ummi Syifa dan Dokter Imran syok dan terkejut atas ucapan Sulthan yang hanya menginginkan bayinya saja tidak dengan ibunya.

"Apa yang kamu katakan Than, kamu hanya menginginkan bayi itu tanpa memedulikan Ida, sungguh keterlaluan kamu!" ucap Ummi Syifa kesal.

Sulthan tidak mau kehilangan bayi itu biarkan saja ibunya lagian Sulthan tidak mencintainya Um!"

"Om lakukan apa saja yang penting selamatkan dulu bayiku, masalah ibunya selamat atau tidak terserah Yang Diatas," jawabnya dengan tenang.

"Baiklah Than, silakan tanda tangan surat ini, sehingga jika terjadi sesuatu pada salah satunya kami tidak bertanggung jawab."

"Baiklah Om, saya siap!"

Setelah menandatangani semua berkas yang di sodorkan perawat itu, mereka tim dokter itu telah menyiapkan ruang operasi.

Ummi Syifa tak henti-hentinya berdoa, mulut dan hatinya membaca doa-doa guna menyelamatkan keduanya.

"Mbak maaf saya berbicara seperti itu, karena saya takut kalian akan lebih syok ketika tahu salah satu dari mereka tidak bisa kami selamatkan, semoga ada keajaiban Mbak," ucap Dokter itu sedih.

"Saya tahu kamu dalam dilema karena kamu sebagai dokter di sini sekaligus kamu pamannya Sulthan, tapi Mbak mohon lakukan yang terbaik aku sangat menyayangi Ida, dia sudah aku anggap seperti anakku sendiri, tolong dia, dia orang baik, aku belum siap jika kehilangan diantara mereka berdua," jelas Bu Syifa sembari menangis tersedu-sedu.

"Insya Allah Mbak, doakan saja yang terbaik, kalau begitu saya permisi dulu Mbak!"

Dokter Imran pergi meninggalkan mereka dalam kekhawatiran yang dalam terlebih lagi Ummi Syifa yang mondar mandir tidak tenang dengan keadaan Ida di dalam kamar operasi itu.

Ingin rasanya memberi kekuatan kepada menantu kesayangannya itu, tetapi peraturan rumah sakit tidak memperbolehkan pasien di temani apalagi di ruang operasi, akan mengganggu tim dokter.

Di dalam ruang operasi Dokter Imran memberitahukan tentang keputusan suaminya kalau dia hanya menginginkan bayinya saja.

Ida tersenyum bahagia setidaknya dia masih mau menerima bayi yang dikandung dalam dirinya.

Sama halnya Sultan ingin bayi itu selamat begitu juga Ida biarlah dia yang berjuang antara hidup dan mati yang terpenting bayinya harus selamat.

Dokter memberikan semangat kepada pasiennya, karena beliau juga merasa terpukul atas sikap keponakannya itu.

"Om jangan khawatir, Ida baik-baik saja, selamatkan bayi Ida ya Om, jangan salahkan Mas Sulthan," ucapnya pelan.

"Om nggak habis pikir dengan sikap Sulthan, baiklah Ida jika Allah menghendaki maka terjadilah, semoga ada keajaiban agar kalian bisa selamat, bersiaplah Ida, kamu wanita kuat dan hebat, Allah pasti membantumu," sahut Dokter Imran yang tak lain adalah adik kandung ayahnya Sulthan.

Setelah semua siap, Ida lalu diberi obat bius setengah badan sehingga dari pinggang ke bawah tidak terasa sedangkan dari pinggang ke atas tidak di bius.

Ada tetesan air mata yang mengalir di sudut matanya, tak kuasa melihat istri keponakannya menangis, segera dokter Imran memberikan instruksi kepada susternya untuk menyemangati Ida.

"Ibu tenang ya, perbanyak zikir dalam hati Bu, yakinlah Allah itu selalu bersama kita" ucap suster itu pelan dibisikkan di telinganya.

Tak lama kemudian Ida memejamkan matanya dengan tetesan air mata yang mengalir terus.

"Ya Allah kuserahkan hidup dan matiku kepada Mu, selamatkan bayiku ini, berilah kehidupan yang layak, dia berhak hidup, berhak melihat indahnya dunia, jangan Kau ambil di sisi ayahnya," Allahu Akbar."

Ida menutup matanya dengan rapat dan di bawah alam sadar mimpinya.

"Nduk, Assalamualaikum!"

"Wa-Walaikumsalam!"

"Ida-- Ida lagi ada di mana ini? mengapa banyak sekali bunga di sini?"

"Apa kamu suka Sayang? Apa kamu mau tinggal di sini bersama Ibu dan Bapak, Nak?"

"Wah ini bagus banget Bu, tempat apa ini, seumur-umur Ida belum pernah melihat taman seperti ini, di mana ini Bu? boleh dong kita selfie buat kenang-kenangan," jawabnya semringah.

"Jangan dong Bu, kasihan cucu kita nggak ada yang jaga," kilah Bapaknya yang masih terlihat sehat.

"Si Ida di sana tidak dicintai oleh suaminya juga kok Pak, lebih baik di sini temanin Ibu, biar saja anaknya Ida mereka yang urus, mau ya kamu Nduk tinggal sama Ibu?"

"Loh kok ada Bapak sama Ibu di sini, mau jemput Ida ya, ikut ya Bu, Ida nggak betah di sana!"

"Jangan dia harus bersama anaknya, kasihan masa masih bayi sudah nggak ada ibunya, suatu saat nanti suaminya akan mencintai anak kita dengan ikhlas bahkan tidak mau melepaskan Ida dengan orang lain," sahut Bapaknya.

"Kembalilah bersama keluargamu Ida, anakmu membutuhkanmu sebagai ibunya, kelak suatu saat nanti kamu akan bahagia lahir dan batin, tetapi perjuanganmu masih panjang dan berliku banyak kerikil tajam yang harus kamu lewati, bahkan mungkin sekali lagi nyawamu menjadi taruhannya."

"Ida, Bapak antar kamu pulang kembalilah Nak, suatu saat kita akan bertemu lagi."

"Tempatmu bukan di sini Ida, belum waktunya, masih banyak perjuangan di sana yang menantimu, percayalah pada dirimu sendiri kalau kamu bisa melewati masalahmu."

"Tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau berusaha, kamu akan menemui kebahagiaanmu jika kamu niat mencarinya."

Setelah berhasil mengeluarkan bayinya yang sudah membiru, tidak ada detak jantung bayi itu, dokter pun berusaha semaksimal mungkin agar bayi itu menangis.

Lima menit, sepuluh menit bahkan sudah lima belas menit kemudian bayi itu tetap tidak menangis. Dokter Imran kembali memeriksa denyut nadi bayi itu tetapi tidak ada denyut nadinya, bahkan tubuh bayi itu mulai membiru.

Dokter Imran serba salah di satu sisi bayi itu sudah tidak bernyawa sedangkan ibunya mulai kritis dan denyut nadinya semakin lemah.

Teringat pesan Sulthan kalau beliau harus menyelamatkan bayi itu, tetapi Allah berkehendak lain.

"Bagaimana ini ya Allah, mengapa bayinya Ida tidak menangis?" lirihnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Dok gimana bayi ini sudah tidak bisa di selamatkan, apakah kita langsung beritahu saja dengan keluarga pasien di luar?" tanya salah satu perawat itu

"Tunggu sebentar, saya ingin memberikan bayi itu dulu ke ibunya, untuk terakhir kalinya sebelum diserahkan ke keluarga," jawab Dokter Imran bergetar.

Dokter Imran mencium kening bayi yang berjenis kelamin perempuan itu walaupun sudah membiru masih terlihat kulitnya pasti putih, wajahnya cantik seperti ibunya, bibirnya yang mungil seperti tersenyum.

Related chapters

  • Nama Putriku Nama Mantannya    03. Pengakuan Sulthan

    Kemudian beliau menaruhnya diatas dada ibunya yang masih terasa hangat.Selama beberapa detik Ida mulai kembali menitikkan air matanya walau matanya tertutup sangat rapat.Selang beberapa saat kemudian kulit bayi itu sedikit demi sedikit birunya memudar dan perlahan-lahan ada gerakan-gerakan kecil.Dokter Imran, Bidan Lusi dan dua dokter lainnya serta perawat menyaksikan secara saksama."Dok, apa saya nggak salah lihat itu ada gerakan kecil pada kakinya?" ucap Bidan Lusi yang tercengang melihat bayi itu seperti mengentakkan kaki mungilnya.Sedikit demi sedikit bayi mungil itu mengentak kakinya dan lama-kelamaan seluruh tubuhnya di gerakkan sehingga pecah tangis pun terdengar.Dokter Imran langsung bersembah sujud di ruangan itu sambil menangis, semuanya heran dan terkesima melihat pemandangan ini.Bagaimana tidak dokter yang terkenal sangat ramah ini tidak pernah menangis seperti itu."Terima kasih Ya Allah engkau Maha Penyayang, Engkau memberi kehidupan baru bagi bayi ini," ucapnya s

  • Nama Putriku Nama Mantannya    04. Dilema Sultan

    Keesokan harinya sesuai dengan yang dikatakan oleh Sulthan akhirnya acara aqiqahan putrinya pun digelar sangat meriah.Tak lupa Sulthan memanggil anak panti asuhan kurang lebih 300 orang.Pagi harinya ibu-ibu pengajian Ummi Syifa berdatangan dan para sahabat serta teman, kolega sesama pebisnis turut serta ambil bagian dalam acara itu.Menghadirkan Penceramah di kota itu, melantunkan ayat-ayat suci Al Quran yang syahdu menenggelamkan sesaat hati ini.Umi Syifa melihat Sulthan menitikkan air mata, entah apa yang dirasakan anaknya."Kenapa kamu Nak, kok nangis ada apa?" tanya Ummi Syifa dengan lembut."Nggak apa-apa Um, cuma Sulthan sudah lama tidak mengaji, bahkan Sulthan sudah lama cara mengaji Um!""Apakah kamu mau Umi ajarkan seperti waktu kamu masih kecil, Nak?""Nanti saja Um!"Sulthan langsung berdiri meninggalkan Ummi Syifa yang masih bingung dengan sikapnya.Umi Syifa sangat tahu kalau anaknya sangat keras kepala seperti almarhum papahnya.Sulthan selalu menyembunyikan luka bat

  • Nama Putriku Nama Mantannya    05. Masa Lalu Sulthan

    "Dia begitu kurus mungkin tinggal tulang, cepat bangun Ida, putrimu sangat membutuhkanmu," lirihnya.Sulthan pun tertidur di sebelah putri kecilnya itu. Tante Mayang yang dari tadi masih menunggui Sulthan dari balik pintu kamarnya, merasa kasihan kepada Sulthan dan beliau pun kembali masuk ke dalam kamar Sulthan untuk menjaga bayinya itu takut nanti tengah malam akan menangis.Setelah meletakkan bayi mungilnya di dalam box bayi, Tante Mayang kembali ke luar dan mendatangi kakak iparnya Ummi Syifa.Pintu Ummi Syifa terbuka sedikit sehingga memudahkan Tante Mayang melihatnya jelas Ummi Syifa yang melamun di atas tempat tidur.Nampak terlihat kesedihan yang mendalam di raut wajah Ummi Syifa. Entah apa yang dipikirkan beliau di satu sisi Sulthan yang masih terbelenggu dengan masa lalunya dilain sisi merasa kasihan kepada Ida jika dia tahu kalau nama putrinya adalah nama mantan kekasih anaknya.Ummi Syifa tahu betul watak dan sifat keras kepalanya Sulthan karena itu dia tidak ingin berdeb

  • Nama Putriku Nama Mantannya    06. Kenangan Masa Lalu

    Ummi Syifa pun sangat senang dengan Fina selain pintar juga baik, wajahnya yang cantik menurut Ummi Syifa dan hatinya pun terpancar kecantikan dari dalam.Selama bertahun-tahun mengenal Fina sejak kecil kini dia kembali menjelma sebagai gadis yang cantik dan baik bagaikan bidadari.Semua terlihat sempurna di mata Ummi Syifa dan Sulthan. Keceriaan Fina membawa dampak yang baik bagi hubungan mereka.Semua berjalan dengan lancar, hubungan Sulthan dan Fina semakin erat, bahkan setelah selesai kuliah pun mereka sepakat akan mempererat hubungan mereka ke jenjang pernikahan.Kedua belah pihak sangat menyetujui usul mereka, apalagi setelah Abi nya Sulthan meninggal Umi Syifa lah yang mengganti posisi suaminya sampai Sulthan benar-benar siap terjun ke dunia bisnis.Rencana pernikahan sudah di siapkan, dari katering, gedung, pakaian dan segala macam atribut untuk pernikahan sudah mencapai 80%.Semua nampak bahagia menyambut hari pernikahan mereka yang tinggal sebulan lagi.Namun tiba-tiba Fina

  • Nama Putriku Nama Mantannya    07. Ida Sudah Sadar Than

    Wanita itu sangat cantik, memakai jilbab segi empat bermotif bunga berwarna merah, dipadu padankan dengan baju terusan yang sangat elegan, ditambah sepatu hak tinggi berwarna merah dan warna senada tas ditangannya.Kulitnya putih dan tinggi menambah indah dipandang mata tak lupa memakai kaca mata hitam."Assalamualaikum!" sapa wanita cantik itu."Walaikumsalam! jawab mereka serentak."Maaf Mbak, saya bisa bertemu dengan Bapak Sulthan Yazid Zidan?" tanya wanita itu dengan sopan dan ramah."Maaf Mbak, Bapak Sulthan sedang tidak ada di tempat, lagi keluar, kalau boleh saya tahu dengan Mbak siapa?" tanya Agnes penasaran."Maaf kapan dia balik ke kantor?" tanyanya lagi."Kurang tahu Mbak, soalnya beliau tidak memberitahukan kepada saya, ada pesan, Mbak?" tanya balik Agnes."Oh nggak usah, nanti saya balik saja ke sini, kalau begitu saya permisi dulu.""Tunggu Mbak, nanti kalau saya kasih tahu ada tamu yang mencari beliau, siapa namanya Mbak?" tanya Agnes yang masih penasaran."Hemmh ... ka

  • Nama Putriku Nama Mantannya    08. Ida Sudah Sadar Dari Koma

    "Iya saya juga Bu, kasihan Neng Ida, kita harus membuat mereka bersatu lagi, tapi bagaimana Bu, bukannya ini sudah masuk talak satu?""Justru itu nanti setelah Ida bisa dinyatakan membaik kita akan mengadakan syukuran dan sekalian mengikrarkan kembali perkawinan mereka.""Ayuk kita masuk kasihan dia sendiri di dalam!" ajak Umi Syifa."Assalamualaikum!”"Walaikumsalam!" jawab Ida pelan dan tersenyum."Eh Ummi ... augh ... " ucap Ida merintih kesakitan karena ingin bersandar tetapi punggungnya susah di gerakkan akibat terlalu lama berbaring."Ida jangan dipaksa Sayang, kamu belum pulih benar, pelan-pelan Sayang," sahut Ummi Syifa merasa khawatir dengan Ida.“Ida nggak apa-apa Mi, Cuma agak sedikit sakit mungkin karena kelamaan berbaring,” jawabnya pelan.“Wajahmu tirus dan badanmu menjadi kurus Sayang, sudah hampir setahun kamu koma, tetapi Allah masih sayang sama kamu, hari ini kamu sudah sadar dan kembali di dalam keluarga kami,” ucap Ummi Syifa sembari mengelus pipi Ida dengan lembut

  • Nama Putriku Nama Mantannya    09. Siapa Wanita Cantik Itu

    @Agnes{Maaf Pak, dia sendiri yang tidak ingin memberikan nomor ponselnya, mungkin kalau diminta sekarang namanya bukan kejutan}{Coba Bapak pikirkan baik-baik, apakah itu yang dinamakan penasaran, jika memang betul-betul dia rindu sama Bapak pasti dia akan menunggu Bapak sampai balik ke kantor, tetapi buktinya dia pergi dengan banyak misteri?}Seketika Sulthan berpikir sejenak, apa yang dikatakan Agnes ada benarnya, seharusnya dia menunggu Sulthan, tetapi kenapa dia membuat Sulthan menjadi penasaran, apa maksud dan tujuannya kali ini?@Sulthan{Tumben kamu pintar, oke saya terima argumenmu, kalau begitu sebentar lagi saya ke kantor, siapkan berkas-berkas yang akan di bawa untuk bertemu dengan Pak Jodi dan saya minta maaf sudah berkata kasar ke kamu}@Agnes{Iya Pak, sama-sama, selamat siang Pak}@Sulthan{Selamat siang}Sulthan pun mengakhiri percakapan dengan sekretarisnya dan ingin beristirahat sebentar di dalam mobilnya, namun saat Sulthan hendak memejamkan matanya sebentar tiba-

  • Nama Putriku Nama Mantannya    10. Dilema Hati Ida

    Tepat jam lima sore waktunya karyawan pulang kerja, hal ini di nanti-nantikan oleh ketiga serangkai geng rempong untuk menjenguk istri Bos mereka di rumah sakit.Tak lupa mereka membawa buah tangan berupa buah-buahan kesukaan Ida.Menempuh perjalanan yang sedikit panas, tidak menyulutkan niat mereka dari awal untuk datang ke rumah sakit selain untuk menjenguk dan juga untuk misi mereka.***“Selamat sore, Mbak?”“Selamat sore, ada yang bisa kami bantu?” tanya resepsionis itu dengan ramah.“Iya Mbak, numpang tanya kami mau bertemu dengan pasien yang bernama Sayyidah Latifah, di kamar nomor berapa ya Mbak?” tanya Agnes kepada resepsionis rumah sakit itu.“Oh ... sebentar ya Mbak, saya cek dulu!” jawabnya.“Pasien atas nama Ibu Sayyidah Latifah istri dari Bapak Sulthan Yazid Zidan sekarang di rawat di kamar Anyelir lantai lima nomor 67, Mbak!” ucap resepsionis itu dengan ramah.“Terima kasih, permisi Mbak,” ucap Agnes tersenyum.“Sama-sama, Mbak," sahutnya ramah.Mereka pun pergi ke kama

Latest chapter

  • Nama Putriku Nama Mantannya    104. Kisah Terakhir (TAMAT)

    Tak lama kemudian Ummi Syifa masuk ke kamar Ida, ingin melihat kondisinya dan dengan saja mengendong baby Salsa dengan tujuan agar bisa sadar jika merasakan sentuhan lembut tangan baby Salsa.“Bu, bagaimana?” tanya Ummi Syifa kepada Bu Lina yang masih menangis tersedu-sedu.“Belum ada kemajuan Bu, bagaimana ini, apakah Ida akan sembuh, Bu?” tanyanya dengan linangan air mata kembali.“Kita, berdo’a saja Bu, dan mungkin dengan kehadiran Salsa bisa memberikan respon walaupun sedikit.”“Tidak salahnya kalau kita mecoba dulu, kasihan juga dengan Sulthan mudah-mudahan mereka cepat sembuh dan bisa seperti semula lagi,” ucap Ummi Syifa menjelaskan.“Aamiin, semoga ya Bu!”Ummi Syifa lalu menaruh baby Salsa di tempat tidur, Salsa yang sudah berusia dua tahun itu seakan-akan mengerti kalau Mamahnya sedang sakit.Lalu dengan spontan baby Salsa mencium pipi Ida dengan lembutndan berkata. “Mah ... Mam ... Mah!”“Dielus-elus pipi Ida dengan tangan mungilnya terus menerus, sehingga lima menit kemudi

  • Nama Putriku Nama Mantannya    103. Pengorbanan Fina

    Ida lalu mengikat kedua tangan Bu Romlah dan kakinya, sehingga dia pun merasa kesakitan.“Bas... tolong Mamah, Bas!”“Mereka ingin membunuh Mamah, tolong!” teriak Bu Romlah histeris.Abbas mendengar teriakan Bu Romlah, dan menoleh ke arah Ida yang sedang sibuk mengikatkan tali ke tangan dan kakinya.Abbas lalu memukul kepala Sulthan dengan sebuah guci sehingga Sulthan terhuyung dan mengeluarkan cairan berwarna merah itu kembali.Saat Sulthan jatuh, Abbas lalu mengambil kembali pecahan kaca dan ingin menusuk Ida dari belakang.“Ida awas ada Abbas!” teriak Fina tetapi Ida tidak mendengar dia sibuk mengikat Bu Romlah yang terlihat kesakitan.“Ida!”“Sulthan yang mendengar suara teriakan Fina berusaha melihat walau tubuh dan kepalanya sudah dipenuhi darah segara sehingga agak sulit melihatnya.“Ya Allah, istriku dalam bahaya, selamatkan ya Allah!” Sulthan berusaha kembali bangkit dan berdiri tetapi luka yang dideritanya cukup parah, sehingga sulit untuk berlari sampai ke arah istrinya.Se

  • Nama Putriku Nama Mantannya    102. Perkelahian

    “Abbas, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menemukan kita,” usul Bu Romlah yang merasa takut dan juga panik.j“Ayok Abbas!” Bu Romlah mengajak Abbas pergi dari rumah itu debelum polisi datang.“Mah, tetapi Sulthan belum menandatangi surat-surat itu, dan aku kehilangan wanita itu yang mirip dengan Saskia!”“Tidak, Mah, aku sudah mulai mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia!”“Aku nggak mau rencana yang kita susun selama ini hilang begitu saja, kita sudah menunggunya lama, Mah!”“Kita sudah banyak berkorban tetapi aku harus mendapatkan dulu yang aku mau!” Abbas belum merasa puas untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sukthan fan dia.melihat sebuah pisau yang tertancap di buah, lalu dia mengambilnya dan mengacungkannya di depan wajah Sulthan.“Cepat tanda tangan surat itu, kalau tidak!”“Kalau tidak apa!”bentak Sulthan tidak takut dengan ancaman Abbas.“Baiklah.” Abbas lalu mendekati Fina lalu mengacungkan kembali pisau itu di wajahnya.“Apa yang kamu mau lakukan, Abb

  • Nama Putriku Nama Mantannya    101. Kenyataan Yang Pahit

    “Jaga omonganmu, Sulthan!”“Apa yang coba kamu katakan?”“Oh ya kamu pura-pura tidak tahu atau kamu tidak mau mengakui kesahanmu Fina?”“Baiklah akan aku ceritakan sampai mana kamu terlibat dalam masalah ini!”“Kamu tahu hanya karena kamu tidak jujur dengan Mamahmu siapa Saskia sebenarnya, Mamah kamu selalu membuatnya menderita, bahkan anakmu juga menjadi sasaran empuk umtuk melampiaskan kemarahannya.”“Sampai Saskia dinyatakan hamil lagi dan setelah mengetahui jenis kelamin cucu keduanya perempuan Mamahmu semakin membencinya, apakah aku benar Tante?”“Sampai usia kehamilan memasuki delapan bulan, Mamahmu pun merencanakan sebuah kejahatan, apakah itu benar, Tante?”“Tidak ... tidak, ja... jangan kamu dengarkan si Sulthan, Nak!”“Dan kamu Sulthan tahu dari mana masalah ini jangan kamu membuat aku dan Abbas salah paham atau ini bagian dari rencanamu, agar membuat kami bertengkar, iya kan?” tanyanya emosi.“Kenapa Tante, apakah Tante takut semuanya terbongkar di depan Abbas?”“Kurang aj

  • Nama Putriku Nama Mantannya    100. Pengakuan Abbas

    “Bos!” Bos!” teriak salah satu anak buahnya dari kejauhan dan berlari menghampiri Abbas.“Ada apa, kenapa kamu?” tanya Abbas terlihat marah.“Itu Bos ... anu Bos ... itu!”“Ada apa, kalau ngomong yang jelas!” bentaknya seketika.“Itu Bos ... anak kecil itu tidak ada di kamar!” pekiknya dengan napas ngos-ngosan.“Apa ... kenapa bisa dia hilang, bagaimana kerja kalian?” hardiknya emosi.“Tadi saya dengar ada suara yang jatuh, ya saya ke sana tetapi nggak ada, terus saya balik nggak ada yang mencurigakan, Bos,” jelasnya yang juga bingung kenapa bisa tidak ada gadis kecil itu.“Mengurus anak kecil saja tidak bisa, cepat cari sampai dapat, pasti belum jauh dari sini perginya!” perintahnya menyuruh semua anak buahnya ikut mencari.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku, akan kupastikan nyawamu juga menjadi taruhannya!” “Hahaha ... memang kamu bisa apa Sulthan, kamu tidak bisa apa-apa, bahkan tubuh mu saja susah untuk digerakkan,” ejek Abbas dan tersenyum sinis.“Dengar Sulthan, ini ada

  • Nama Putriku Nama Mantannya    99. Balas Dendam

    “Apa yang kalian mau dari aku?”“Mengapa semuanya menjadi rumit, dan mengapa kalian ingin menghancurkan keluarga kami dan sungguh terlalu kalian!”“Cepat katakan apa yang kalian inginkan dari aku?” tanya Sulthan yang masih bingung dengan semuanya ini.“Aku mau kekuasaan, kekayaan dan terlebih utama adalah nyawamu Sulthan, hahaha ... tawanya menggelegar.“Baiklah, akan aku ceritakan dari awal agar kamu mengerti apa yang kami mau dari kamu dan juga keluargamu, Sulthan!” Abbas menyeringai dan merasa puas karena satu persatu rencananya pun hampir berhasil bahkan Fina pun tidak tahu rencana sebenarnya.“Kamu mungkin tidak tahu kalau semua sudah direncanakan oleh seseorang yang mungkin kamu akan tidak percaya siapa dalang semuanya ini!”“Namun sayang, dia sudah ditangkap oleh polisi karena ulah ibumu sendiri!”“Ya, kamu pasti bertanya apa hubunganya dengan Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma dengan masalah ini kan?” “Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma adalah ayahku , suami dari ibuku Romlah Nirma

  • Nama Putriku Nama Mantannya    98. Siksaan

    Bu Romlah datang di akhir pertemuan mereka, dan membuat Fina bertambah bingung, siapa yang harus dipercaya toh pada kenyataannya adalah semua memang sudah direncanakan.“Apa maksud kalian semua?”“Aku tidak mengerti!” Fina hanya bisa melihat mereka yang tertawa puas atas semua tindakan yang dilakukannya berhasil membuat keluarga Sulthan berantakan.“Kamu ingin tahu bagimana dan kenapa semua ini harus dilakukan, bahkan kamu saja tidak mampu menganalisis siapa lawan dan kawanmu, Fina!”“Kamu hanya terobsesi oleh satu tujuan saja yaitu Sulthan!”“Sedangkan kami begitu banyak tujuan tetapi mengarah kepada Sulthan!”“Bahkan Oh ya adiknya juga yang bernama ... siapa namanya ...”“Papah Ridwan, Mah,” sahut Angga spontan.Seketika Fina semakin bingung saat Angga memanggil Bu Romlah dengan sebutan Mah.“Mah ... maksudmu Mamah?” tanyanya untuk meyakinkan.“Hahaha ... Fina ... Fina kamu ternyata lebih polos dari Ida.”“Ya ... kamu benar sekali, Angga Bramana Danendra adalah anak kandungku, pu

  • Nama Putriku Nama Mantannya    97. Kebenaran Yang Hampir Terkuak

    Agnes mencoba menghubungi di antara mereka tetapi tidak ada yang menjawab, membuat dirinya juga ikutan khawatir.“Berkali-kali menghubunginya sampai setengah jam kemudian tiba-tiba layar ponsel Agnes berdering.“Kringg ... Kringg ...“Siapa Nes, Ida, atau Sulthan yang telepon kamu?” tanya Ummi Syifa semringah.“Ida, Ummi!” teriaknya bahagia.“Cepat kamu angkat!”perintahnya yang tak sabar ingin mendengar suara mereka.“Baik, Ummi!”“Tunggu di speaker saja, biar Ummi bisa langsung mendengarkan suara mereka!”“Iya, Ummi!Agnes dengan segera melaksanakan perintah Ummi Syifa.[Halo, Assalamu’alaikum, Da?][Kamu di mana sih, susah sekali dihubungi, aku dan Ummi sangat khawatir dengan kalian?][Tetus ponsel Sulthan juga nggak bisa dihubungi, memang kalian itu ada di mana, kenapa nggak kabar ke kita?][Maaf, sebelumnya saya menemukan ponsel ini tidak jauh dari mobil si korban yang terbakar, Bu][Maaf, korban? Korban apa Pak, dan siapa Anda?][Kami tidak melihat seseorang di sini Bu, hanya mo

  • Nama Putriku Nama Mantannya    96. Kecelakaan

    Udara dingin menyelimuti malam itu, tidak ada rembulan atau bintang yang menerangi jalan yang mereka lalui.Di dalam mobil mereka terdiam sejenak, pandangan Ida lurus ke depan tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Sesekali bening-bening air kristal itu keluar begitu saja dari pelupuk matanya yang indah. Tangannya mengepal memegang ujung hijabnya.Sulthan lalu memegang tangan Ida, berharap dengan sentuhan hangat dari suaminya bisa merendam amarah yang bergejolak di dalam hatinya.Dan benar saja, saat tangan Ida tersentuh oleh tangan suaminya, kepalannya merenggang dan dia menoleh ke arah Sulthan.“Terima kasih, Mas, masih ada di samping untuk menguatkanku!” “Aku nggak habis pikir jika Ibu bisa mengatakan seperti itu!”“Aku memang menyayangi Ibu, tetapi aku juga tidak mau kehilangan anakku, Mas. Aku bingung!”“Aku tidak mau ibu menganggapku sebagai anak durhaka, aku ingin Ibu tahu kalau aku memang menyayanginya tetapi aku tidak tega melihat anakku terpisah dariku, Mas ... hiks ...

DMCA.com Protection Status