Keesokan harinya sesuai dengan yang dikatakan oleh Sulthan akhirnya acara aqiqahan putrinya pun digelar sangat meriah.Tak lupa Sulthan memanggil anak panti asuhan kurang lebih 300 orang.Pagi harinya ibu-ibu pengajian Ummi Syifa berdatangan dan para sahabat serta teman, kolega sesama pebisnis turut serta ambil bagian dalam acara itu. Menghadirkan Penceramah di kota itu, melantunkan ayat-ayat suci Al Quran yang syahdu menenggelamkan sesaat hati ini. Umi Syifa melihat Sulthan menitikkan air mata, entah apa yang dirasakan anaknya."Kenapa kamu Nak, kok nangis ada apa?" tanya Ummi Syifa dengan lembut."Nggak apa-apa Um, cuma Sulthan sudah lama tidak mengaji, bahkan Sulthan sudah lama cara mengaji Um!""Apakah kamu mau Umi ajarkan seperti waktu kamu masih kecil, Nak?""Nanti saja Um!"Sulthan langsung berdiri meninggalkan Ummi Syifa yang masih bingung dengan sikapnya.Umi Syifa sangat tahu kalau anaknya sangat keras kepala seperti almarhum papahnya.Sulthan selalu menyembunyikan luka batinnya setelah kepergian kekasihnya itu.Setelah selesai pengajian tiba waktunya pemberian nama kepada putrinya, Pak Ustaz meminta Sulthan menuliskan nama putrinya yang akan di bacakan doa dan pada saat itu juga Ummi Syifa sangat terkejut ketika nama yang disebutkan adalah nama mantan kekasihnya.Ingin menolak tetapi Sulthan melarangnya karena tidak mau sampai membuat acaranya terganggu.Hati Ummi Syifa sakit, ketika nama cucu pertamanya di beri nama oleh Sulthan, dan beliau meninggalkan acara itu dengan alasan kepala pusing.Raut wajah Ummi Syifa yang tadi bahagia mempunyai cucu seketika itu juga beliau menjadi sedih."Mbok tolong dilanjuti acaranya, saya mau ke dalam dulu, nggak tahu nih tiba-tiba kelapa saya jadi pusing, tolong kasih tahu Sulthan!" ucapnya sembari pergi di tengah acara itu."Sulthan yang melihat Umminya masuk ke dalam, berusaha mengikuti beliau, namun Ummi Syifa enggan bertemu Sulthan."Umi ada apa, apa Ummi sakit?" tanyanya penasaran."Nggak apa-apa, kamu kan tidak perlu Ummi lagi, jadi tolong kamu atur saja semuanya, Ummi lagi pusing!" jawab Umi Syifa dengan kesal dan berlalu meninggalkan Sulthan yang masih berdiri di pintu kamar Uminya."Tunggu Ummi!""Apa Ummi marah sama Sulthan karena nama itu?" tanya Sulthan di balik pintu kamar Ummi nya yang sudah di kunci dari dalam."Tolong buka dulu Ummi, acaranya belum selesai, Sulthan mohon!""Kamu saja yang atur, kamu 'kan pengusaha handal, masalah seperti ini bisa kamu atasi sendiri, Ummi butuh ketenangan sebentar, Than!" jawab Ummi Syifa yang sudah mengeluarkan air matanya."Baiklah Ummi, tapi Sulthan lihat Ummi belum ada makan dari tadi, biar Sulthan ambilkan ya Um!""Nggak usah Than, Ummi bisa sendiri sudah sana temui tamu-tamu jangan sampai tidak ada tuan rumahnya!" sahut Umi Syifa.Sulthan merasa bersalah kepada Ummi nya, namun sudah terlanjur, bahkan akta kelahiran putrinya pun sudah jadi bersamaan dengan kartu keluarga Sulthan.Dia tidak melihat dampaknya ketika nama itu yang dijadikan nama bayinya yang masih merah.Entah mengapa selalu nama itu yang ada di pikiran Sulthan."Maaf Den, para tamu ada yang mau pulang, mereka mencari Den Sulthan atau Umi Syifa," ucap Mbok Siti dengan sopan."Iya Mbok, nanti Sulthan ke bawah!""Oh ya Mbok tolong urus Ummi, beliau belum makan sejak tadi pagi," sahut Sulthan yang merasa ikut sedih."Iya Den!"Sulthan pun akhirnya pergi ke bawah menemui tamu undangan."Kamu dari mana saya Than, itu loh sudah ditunggui oleh Pak Ustaz mau pulang!" ucap Om Imran saudara kandung Umi nya."Iya maaf Om dari kamar Ummi!""Maaf Pak Ustaz Ummi nggak bisa hadir soalnya tiba-tiba kepalanya pusing," jawab Sulthan."Iya nggak apa-apa, kasihan Ummimu mengurus semuanya sendirian, biarkan beliau istirahat.""Kalau begitu kami permisi dulu!""Assalamualaikum warohmatullohi wabarakatuh!""Wa’alaikumsalam!"Setelah selesai acara, Om Imran masih tetap tinggal di rumah mengingat saudaranya Ummi Syifa yang tidak enak badan, beliau khawatir dan ingin mendatangi kamar saudara iparnya itu.Namun saat ingin pergi ke kamarnya Sulthan langsung menghentikan langkah kaki Om Imran ."Tunggu Om!""Ada apa Than, kenapa kamu menghentikan Om?""Maaf Om nggak usah ikut campur, Sulthan tahu mengapa Ummi tiba-tiba kepalanya pusing," jawab Sulthan."Maksud kamu?""Sebenarnya Ummi sakit gara-gara Sulthan Om!""Maksudmu karena tadi nama putrimu itu kamu beri nama mantan kekasihmu Than?""Iya Om.""Aduh Than kok bisa sih, ya pantas saja Ummi kamu marah, memang nggak ada nama lain, apakah harus nama itu?" tanya Om Imran emosi."Kamu sudah kelewatan Than!""Bagaimana kalau Ida bangun dari komanya, dan dia tahu kalau nama anaknya adalah nama mantan kekasihmu, apa kamu nggak berpikir sama sekali, setidaknya jika memang kamu tidak mencintai Ida setidaknya jangan kamu menambah lukanya!" jelas Om Imran yang masih kelihatan emosi."Sulthan nggak tahu Om, hanya nama itu yang sangat indah untuk anakku, hanya nama itu yang selalu Sulthan ingat, hanya nama itu yang membuat hati Sulthan sejuk!" kilah Sulthan."Kamu hanya mementingkan dirimu sendiri Than, tidak memikirkan sebab akibat ke depannya," ucap om Imran."Biar itu menjadi urusan Sulthan Om, jika Ida telah sembuh dari komanya, Sulthan akan menceraikan Ida, toh Ida juga tahu kalau Sulthan tidak mencintainya juga," ucapnya santai.Sulthan pun pergi meninggalkan Om Imran yang masih emosi melihat tingkah laku Sulthan yang tidak bisa menghilangkan bayangan mantan kekasihnya itu.Sulthan pergi ke kamarnya untuk melihat putrinya yang di jaga oleh Tante Mayang istri dari Om Hendra."Gimana Tante, apa putriku masih tidur?" tanya Sulthan melihat putrinya dan tersenyum di gendongan Tante Mayang."Iya Than, dia masih tidur setelah Tante kasih susu formula, haus banget anak ini, iya kan sayang," jawab Tante Mayang yang gemas dengan bayi Sulthan."Lucunya kamu sayang, kulitmu putih, hidung mancung, bibir sudah merah, wajahmu sangat cantik seperti mamahnya.""Sabar ya Sayang sebentar lagi Mamahmu akan bangun dari komanya, dan kamu pasti di sayang, do’ain Mamah ya supaya cepat sembuh dan bisa menyusui kamu nak," ucapnya lagi sembari mencium pipi bayi itu yang chuby dan menangis."Apa Tante juga menyalahkan Sulthan?""Menurut Sulthan?" tanya balik Tante Mayang sembari menaruh bayinya kembali di Box tempat tidur."Apa kamu tidak bisa melihat anakmu?""Dia butuh kasih sayang seorang Ibu, tidak kah kamu lihat wajahnya sangat mirip dengan ibunya?""Kata orang setiap bayi akan selalu berubah-rubah, mungkin nanti dia akan mirip dengan Sulthan.""Apa yang kamu pikirkan, Than?""Tak adakah rasa kasih sayangmu untuk Ida, bahkan kamu sudah mempunyai anak darinya dari rahimnya, untuk apa Than, toh akhirnya kamu juga ingin menceraikannya?" tanya Tante Mayang sedih."Sulthan khilaf Tante, saat itu Sulthan melihat Ida seperti Fina!""Lantas kamu mau buang Ida begitu saja, jangan sampai kamu menyesal Than, pikirkan baik-baik, jangan salah langkah setidaknya kamu harus pikirkan masa depan anakmu, jangan sampai nanti besarnya dia tidak punya seorang Ibu, jangan kamu pisahkan dari anaknya.""Seandainya kamu di posisinya, tempatkan sekali saja Than, apa yang kamu rasakan, apa kata hatimu yang paling dalam?" jelas Tante Mayang yang duduk di sebelah Sulthan."Tante pergi dulu, kalau ada apa-apa langsung kasih tahu Tante, untuk beberapa hari ini biar Tante yang mengurus Salsa, biar Umi kamu merawat Ibunya, agar cepat bangun dari komanya.""Tante nggak tega Than, melihat bayi sekecil ini tidak bersama ibu kandungnya!" sahut Tante Mayang."Kalau begitu Tante pergi ya Nak, jaga juga kesehatanmu.""Terima kasih ya Tan, sudah menjaga putri Sulthan," ucapnya tersenyum."Sama-sama Sayang!"Sulthan merasa dilema dengan perkataan mereka, dia pun bingung apakah tindakannya salah, sehingga membuat Uminya bersedih dan menangis?"Apakah harus ganti nama anaknya, tetapi nama itu sudah menjadi identitasnya, sudah menjadi doanya?"Aku tak mungkin mengganti nama anakku lagi sudah terlambat, maafkan Sulthan Ummi," ucapnya sembari mencium hangat pipi tembem bayinya."Dengar Nak, Papah tidak akan mengganti namamu, tak akan meninggalkanmu, kamu adalah pelita Papah, cahaya yang akan menerangi pintu hati Papah, jadilah anak yang solehah seperti Ibumu yang telah melahirkanmu ke dunia ini, jadilah penyemangat hidup bagi keluargamu Sayang, my princess, muach!" ucapnya sembari mencium kembali bayi mungilnya.Tiba-tiba Sulthan terbayang wajah Ida tersenyum manis, namun segera dia tepis."Ah, kenapa aku ini, mengapa aku jadi teringat Ida di rumah sakit?""Bukankah aku sangat membencinya?" gerutunya.
"Dia begitu kurus mungkin tinggal tulang, cepat bangun Ida, putrimu sangat membutuhkanmu," lirihnya.Sulthan pun tertidur di sebelah putri kecilnya itu. Tante Mayang yang dari tadi masih menunggui Sulthan dari balik pintu kamarnya, merasa kasihan kepada Sulthan dan beliau pun kembali masuk ke dalam kamar Sulthan untuk menjaga bayinya itu takut nanti tengah malam akan menangis.Setelah meletakkan bayi mungilnya di dalam box bayi, Tante Mayang kembali ke luar dan mendatangi kakak iparnya Ummi Syifa.Pintu Ummi Syifa terbuka sedikit sehingga memudahkan Tante Mayang melihatnya jelas Ummi Syifa yang melamun di atas tempat tidur.Nampak terlihat kesedihan yang mendalam di raut wajah Ummi Syifa. Entah apa yang dipikirkan beliau di satu sisi Sulthan yang masih terbelenggu dengan masa lalunya dilain sisi merasa kasihan kepada Ida jika dia tahu kalau nama putrinya adalah nama mantan kekasih anaknya.Ummi Syifa tahu betul watak dan sifat keras kepalanya Sulthan karena itu dia tidak ingin berdeb
Ummi Syifa pun sangat senang dengan Fina selain pintar juga baik, wajahnya yang cantik menurut Ummi Syifa dan hatinya pun terpancar kecantikan dari dalam.Selama bertahun-tahun mengenal Fina sejak kecil kini dia kembali menjelma sebagai gadis yang cantik dan baik bagaikan bidadari.Semua terlihat sempurna di mata Ummi Syifa dan Sulthan. Keceriaan Fina membawa dampak yang baik bagi hubungan mereka.Semua berjalan dengan lancar, hubungan Sulthan dan Fina semakin erat, bahkan setelah selesai kuliah pun mereka sepakat akan mempererat hubungan mereka ke jenjang pernikahan.Kedua belah pihak sangat menyetujui usul mereka, apalagi setelah Abi nya Sulthan meninggal Umi Syifa lah yang mengganti posisi suaminya sampai Sulthan benar-benar siap terjun ke dunia bisnis.Rencana pernikahan sudah di siapkan, dari katering, gedung, pakaian dan segala macam atribut untuk pernikahan sudah mencapai 80%.Semua nampak bahagia menyambut hari pernikahan mereka yang tinggal sebulan lagi.Namun tiba-tiba Fina
Wanita itu sangat cantik, memakai jilbab segi empat bermotif bunga berwarna merah, dipadu padankan dengan baju terusan yang sangat elegan, ditambah sepatu hak tinggi berwarna merah dan warna senada tas ditangannya.Kulitnya putih dan tinggi menambah indah dipandang mata tak lupa memakai kaca mata hitam."Assalamualaikum!" sapa wanita cantik itu."Walaikumsalam! jawab mereka serentak."Maaf Mbak, saya bisa bertemu dengan Bapak Sulthan Yazid Zidan?" tanya wanita itu dengan sopan dan ramah."Maaf Mbak, Bapak Sulthan sedang tidak ada di tempat, lagi keluar, kalau boleh saya tahu dengan Mbak siapa?" tanya Agnes penasaran."Maaf kapan dia balik ke kantor?" tanyanya lagi."Kurang tahu Mbak, soalnya beliau tidak memberitahukan kepada saya, ada pesan, Mbak?" tanya balik Agnes."Oh nggak usah, nanti saya balik saja ke sini, kalau begitu saya permisi dulu.""Tunggu Mbak, nanti kalau saya kasih tahu ada tamu yang mencari beliau, siapa namanya Mbak?" tanya Agnes yang masih penasaran."Hemmh ... ka
"Iya saya juga Bu, kasihan Neng Ida, kita harus membuat mereka bersatu lagi, tapi bagaimana Bu, bukannya ini sudah masuk talak satu?""Justru itu nanti setelah Ida bisa dinyatakan membaik kita akan mengadakan syukuran dan sekalian mengikrarkan kembali perkawinan mereka.""Ayuk kita masuk kasihan dia sendiri di dalam!" ajak Umi Syifa."Assalamualaikum!”"Walaikumsalam!" jawab Ida pelan dan tersenyum."Eh Ummi ... augh ... " ucap Ida merintih kesakitan karena ingin bersandar tetapi punggungnya susah di gerakkan akibat terlalu lama berbaring."Ida jangan dipaksa Sayang, kamu belum pulih benar, pelan-pelan Sayang," sahut Ummi Syifa merasa khawatir dengan Ida.“Ida nggak apa-apa Mi, Cuma agak sedikit sakit mungkin karena kelamaan berbaring,” jawabnya pelan.“Wajahmu tirus dan badanmu menjadi kurus Sayang, sudah hampir setahun kamu koma, tetapi Allah masih sayang sama kamu, hari ini kamu sudah sadar dan kembali di dalam keluarga kami,” ucap Ummi Syifa sembari mengelus pipi Ida dengan lembut
@Agnes{Maaf Pak, dia sendiri yang tidak ingin memberikan nomor ponselnya, mungkin kalau diminta sekarang namanya bukan kejutan}{Coba Bapak pikirkan baik-baik, apakah itu yang dinamakan penasaran, jika memang betul-betul dia rindu sama Bapak pasti dia akan menunggu Bapak sampai balik ke kantor, tetapi buktinya dia pergi dengan banyak misteri?}Seketika Sulthan berpikir sejenak, apa yang dikatakan Agnes ada benarnya, seharusnya dia menunggu Sulthan, tetapi kenapa dia membuat Sulthan menjadi penasaran, apa maksud dan tujuannya kali ini?@Sulthan{Tumben kamu pintar, oke saya terima argumenmu, kalau begitu sebentar lagi saya ke kantor, siapkan berkas-berkas yang akan di bawa untuk bertemu dengan Pak Jodi dan saya minta maaf sudah berkata kasar ke kamu}@Agnes{Iya Pak, sama-sama, selamat siang Pak}@Sulthan{Selamat siang}Sulthan pun mengakhiri percakapan dengan sekretarisnya dan ingin beristirahat sebentar di dalam mobilnya, namun saat Sulthan hendak memejamkan matanya sebentar tiba-
Tepat jam lima sore waktunya karyawan pulang kerja, hal ini di nanti-nantikan oleh ketiga serangkai geng rempong untuk menjenguk istri Bos mereka di rumah sakit.Tak lupa mereka membawa buah tangan berupa buah-buahan kesukaan Ida.Menempuh perjalanan yang sedikit panas, tidak menyulutkan niat mereka dari awal untuk datang ke rumah sakit selain untuk menjenguk dan juga untuk misi mereka.***“Selamat sore, Mbak?”“Selamat sore, ada yang bisa kami bantu?” tanya resepsionis itu dengan ramah.“Iya Mbak, numpang tanya kami mau bertemu dengan pasien yang bernama Sayyidah Latifah, di kamar nomor berapa ya Mbak?” tanya Agnes kepada resepsionis rumah sakit itu.“Oh ... sebentar ya Mbak, saya cek dulu!” jawabnya.“Pasien atas nama Ibu Sayyidah Latifah istri dari Bapak Sulthan Yazid Zidan sekarang di rawat di kamar Anyelir lantai lima nomor 67, Mbak!” ucap resepsionis itu dengan ramah.“Terima kasih, permisi Mbak,” ucap Agnes tersenyum.“Sama-sama, Mbak," sahutnya ramah.Mereka pun pergi ke kama
Setelah mereka pergi, Ida masih diam tak bersuara dan Mbok Siti tidak ingin mengganggu Ida.Mbok, apakah Ida harus bertahan atau tidak ya, Mbok?” tanya Ida seketika.“Maksud Neng Ida apa?” tanya balik Mbok Siti lembut.“Ida capek Mbok, Ida ingin hidup bahagia, bisakah Ida raih kebahagiaan itu?” tanya Ida sembari menatap langit-langit.“Neng, ada yang ingin Mbok tanyakan?” tanya Mbok Siti mendekati Ida dan duduk di sampingnya.“Apa Mbok?” tanya Ida tanpa melihat Mbok Siti.“Neng Ida, Mbok masih bingung, dari mana Neng Ida tahu kalau Den Sulthan masih mengingat masa lalunya?” tanya Mbok Siti hati-hati.“Mas Sulthan sendiri yang mengatakan semuanya Mbok!” jawab Ida pelan.“Maksud Neng Ida, bukannya Neng masih koma waktu itu? ”tanya Mbok Siti yang semakin bingung.“Mas Sulthan datang ke rumah sakit, dan dia menjelaskan masa lalunya dan Ida tahu kalau nama yang diberikan anak kami adalah nama mantannya Dafina Salsabila Zidan, betulkan kan Mbok itu nama perempuan itu?” tanya balik Ida kepa
Baiklah, terserah Ummi saja!” ucap Ida tersenyum.Tak lama kemudian Sulthan datang ke rumah sakit, Ummi Syifa yang dari tadi sibuk membereskan perlengkapan Ida, dibuatnya terkejut dan terkesima dengan Sulthan.“Assalamualaikum!”“Wa’alaikumsalam ... Sulthan!”Seketika Ida ikut terkejut melihat kedatangan suaminya itu. Sulthan memandang wajah Ida yang lebih segar dari biasanya, entah wajah itu akhir-akhir ini selalu muncul di pikiran Sulthan.“Alhamdulillah akhirnya kamu datang Nak!” ucap Ummi Syifa bahagia.“Iya Um, kebetulan ada klien Sulthan sedang dirawat di sini, jadi sekalian mampir siapa tahu Ida sudah boleh pulang hari ini,” kilahnya sembari menatap Ida sekilas lalu membuang mukanya ke samping.Ida pun tahu kalau suaminya sedikit mencuri pandang, tetapi mungkin karena menjaga image nya, dia pun tak ingin terlihat kaku di mata Ida.Ida tersenyum setidaknya ada sedikit celah untuk dirinya bisa menaklukkan hati Sulthan yang sedingin es itu.“Terima kasih Mas, sudah mau datang ke s
Tak lama kemudian Ummi Syifa masuk ke kamar Ida, ingin melihat kondisinya dan dengan saja mengendong baby Salsa dengan tujuan agar bisa sadar jika merasakan sentuhan lembut tangan baby Salsa.“Bu, bagaimana?” tanya Ummi Syifa kepada Bu Lina yang masih menangis tersedu-sedu.“Belum ada kemajuan Bu, bagaimana ini, apakah Ida akan sembuh, Bu?” tanyanya dengan linangan air mata kembali.“Kita, berdo’a saja Bu, dan mungkin dengan kehadiran Salsa bisa memberikan respon walaupun sedikit.”“Tidak salahnya kalau kita mecoba dulu, kasihan juga dengan Sulthan mudah-mudahan mereka cepat sembuh dan bisa seperti semula lagi,” ucap Ummi Syifa menjelaskan.“Aamiin, semoga ya Bu!”Ummi Syifa lalu menaruh baby Salsa di tempat tidur, Salsa yang sudah berusia dua tahun itu seakan-akan mengerti kalau Mamahnya sedang sakit.Lalu dengan spontan baby Salsa mencium pipi Ida dengan lembutndan berkata. “Mah ... Mam ... Mah!”“Dielus-elus pipi Ida dengan tangan mungilnya terus menerus, sehingga lima menit kemudi
Ida lalu mengikat kedua tangan Bu Romlah dan kakinya, sehingga dia pun merasa kesakitan.“Bas... tolong Mamah, Bas!”“Mereka ingin membunuh Mamah, tolong!” teriak Bu Romlah histeris.Abbas mendengar teriakan Bu Romlah, dan menoleh ke arah Ida yang sedang sibuk mengikatkan tali ke tangan dan kakinya.Abbas lalu memukul kepala Sulthan dengan sebuah guci sehingga Sulthan terhuyung dan mengeluarkan cairan berwarna merah itu kembali.Saat Sulthan jatuh, Abbas lalu mengambil kembali pecahan kaca dan ingin menusuk Ida dari belakang.“Ida awas ada Abbas!” teriak Fina tetapi Ida tidak mendengar dia sibuk mengikat Bu Romlah yang terlihat kesakitan.“Ida!”“Sulthan yang mendengar suara teriakan Fina berusaha melihat walau tubuh dan kepalanya sudah dipenuhi darah segara sehingga agak sulit melihatnya.“Ya Allah, istriku dalam bahaya, selamatkan ya Allah!” Sulthan berusaha kembali bangkit dan berdiri tetapi luka yang dideritanya cukup parah, sehingga sulit untuk berlari sampai ke arah istrinya.Se
“Abbas, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menemukan kita,” usul Bu Romlah yang merasa takut dan juga panik.j“Ayok Abbas!” Bu Romlah mengajak Abbas pergi dari rumah itu debelum polisi datang.“Mah, tetapi Sulthan belum menandatangi surat-surat itu, dan aku kehilangan wanita itu yang mirip dengan Saskia!”“Tidak, Mah, aku sudah mulai mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia!”“Aku nggak mau rencana yang kita susun selama ini hilang begitu saja, kita sudah menunggunya lama, Mah!”“Kita sudah banyak berkorban tetapi aku harus mendapatkan dulu yang aku mau!” Abbas belum merasa puas untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sukthan fan dia.melihat sebuah pisau yang tertancap di buah, lalu dia mengambilnya dan mengacungkannya di depan wajah Sulthan.“Cepat tanda tangan surat itu, kalau tidak!”“Kalau tidak apa!”bentak Sulthan tidak takut dengan ancaman Abbas.“Baiklah.” Abbas lalu mendekati Fina lalu mengacungkan kembali pisau itu di wajahnya.“Apa yang kamu mau lakukan, Abb
“Jaga omonganmu, Sulthan!”“Apa yang coba kamu katakan?”“Oh ya kamu pura-pura tidak tahu atau kamu tidak mau mengakui kesahanmu Fina?”“Baiklah akan aku ceritakan sampai mana kamu terlibat dalam masalah ini!”“Kamu tahu hanya karena kamu tidak jujur dengan Mamahmu siapa Saskia sebenarnya, Mamah kamu selalu membuatnya menderita, bahkan anakmu juga menjadi sasaran empuk umtuk melampiaskan kemarahannya.”“Sampai Saskia dinyatakan hamil lagi dan setelah mengetahui jenis kelamin cucu keduanya perempuan Mamahmu semakin membencinya, apakah aku benar Tante?”“Sampai usia kehamilan memasuki delapan bulan, Mamahmu pun merencanakan sebuah kejahatan, apakah itu benar, Tante?”“Tidak ... tidak, ja... jangan kamu dengarkan si Sulthan, Nak!”“Dan kamu Sulthan tahu dari mana masalah ini jangan kamu membuat aku dan Abbas salah paham atau ini bagian dari rencanamu, agar membuat kami bertengkar, iya kan?” tanyanya emosi.“Kenapa Tante, apakah Tante takut semuanya terbongkar di depan Abbas?”“Kurang aj
“Bos!” Bos!” teriak salah satu anak buahnya dari kejauhan dan berlari menghampiri Abbas.“Ada apa, kenapa kamu?” tanya Abbas terlihat marah.“Itu Bos ... anu Bos ... itu!”“Ada apa, kalau ngomong yang jelas!” bentaknya seketika.“Itu Bos ... anak kecil itu tidak ada di kamar!” pekiknya dengan napas ngos-ngosan.“Apa ... kenapa bisa dia hilang, bagaimana kerja kalian?” hardiknya emosi.“Tadi saya dengar ada suara yang jatuh, ya saya ke sana tetapi nggak ada, terus saya balik nggak ada yang mencurigakan, Bos,” jelasnya yang juga bingung kenapa bisa tidak ada gadis kecil itu.“Mengurus anak kecil saja tidak bisa, cepat cari sampai dapat, pasti belum jauh dari sini perginya!” perintahnya menyuruh semua anak buahnya ikut mencari.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku, akan kupastikan nyawamu juga menjadi taruhannya!” “Hahaha ... memang kamu bisa apa Sulthan, kamu tidak bisa apa-apa, bahkan tubuh mu saja susah untuk digerakkan,” ejek Abbas dan tersenyum sinis.“Dengar Sulthan, ini ada
“Apa yang kalian mau dari aku?”“Mengapa semuanya menjadi rumit, dan mengapa kalian ingin menghancurkan keluarga kami dan sungguh terlalu kalian!”“Cepat katakan apa yang kalian inginkan dari aku?” tanya Sulthan yang masih bingung dengan semuanya ini.“Aku mau kekuasaan, kekayaan dan terlebih utama adalah nyawamu Sulthan, hahaha ... tawanya menggelegar.“Baiklah, akan aku ceritakan dari awal agar kamu mengerti apa yang kami mau dari kamu dan juga keluargamu, Sulthan!” Abbas menyeringai dan merasa puas karena satu persatu rencananya pun hampir berhasil bahkan Fina pun tidak tahu rencana sebenarnya.“Kamu mungkin tidak tahu kalau semua sudah direncanakan oleh seseorang yang mungkin kamu akan tidak percaya siapa dalang semuanya ini!”“Namun sayang, dia sudah ditangkap oleh polisi karena ulah ibumu sendiri!”“Ya, kamu pasti bertanya apa hubunganya dengan Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma dengan masalah ini kan?” “Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma adalah ayahku , suami dari ibuku Romlah Nirma
Bu Romlah datang di akhir pertemuan mereka, dan membuat Fina bertambah bingung, siapa yang harus dipercaya toh pada kenyataannya adalah semua memang sudah direncanakan.“Apa maksud kalian semua?”“Aku tidak mengerti!” Fina hanya bisa melihat mereka yang tertawa puas atas semua tindakan yang dilakukannya berhasil membuat keluarga Sulthan berantakan.“Kamu ingin tahu bagimana dan kenapa semua ini harus dilakukan, bahkan kamu saja tidak mampu menganalisis siapa lawan dan kawanmu, Fina!”“Kamu hanya terobsesi oleh satu tujuan saja yaitu Sulthan!”“Sedangkan kami begitu banyak tujuan tetapi mengarah kepada Sulthan!”“Bahkan Oh ya adiknya juga yang bernama ... siapa namanya ...”“Papah Ridwan, Mah,” sahut Angga spontan.Seketika Fina semakin bingung saat Angga memanggil Bu Romlah dengan sebutan Mah.“Mah ... maksudmu Mamah?” tanyanya untuk meyakinkan.“Hahaha ... Fina ... Fina kamu ternyata lebih polos dari Ida.”“Ya ... kamu benar sekali, Angga Bramana Danendra adalah anak kandungku, pu
Agnes mencoba menghubungi di antara mereka tetapi tidak ada yang menjawab, membuat dirinya juga ikutan khawatir.“Berkali-kali menghubunginya sampai setengah jam kemudian tiba-tiba layar ponsel Agnes berdering.“Kringg ... Kringg ...“Siapa Nes, Ida, atau Sulthan yang telepon kamu?” tanya Ummi Syifa semringah.“Ida, Ummi!” teriaknya bahagia.“Cepat kamu angkat!”perintahnya yang tak sabar ingin mendengar suara mereka.“Baik, Ummi!”“Tunggu di speaker saja, biar Ummi bisa langsung mendengarkan suara mereka!”“Iya, Ummi!Agnes dengan segera melaksanakan perintah Ummi Syifa.[Halo, Assalamu’alaikum, Da?][Kamu di mana sih, susah sekali dihubungi, aku dan Ummi sangat khawatir dengan kalian?][Tetus ponsel Sulthan juga nggak bisa dihubungi, memang kalian itu ada di mana, kenapa nggak kabar ke kita?][Maaf, sebelumnya saya menemukan ponsel ini tidak jauh dari mobil si korban yang terbakar, Bu][Maaf, korban? Korban apa Pak, dan siapa Anda?][Kami tidak melihat seseorang di sini Bu, hanya mo
Udara dingin menyelimuti malam itu, tidak ada rembulan atau bintang yang menerangi jalan yang mereka lalui.Di dalam mobil mereka terdiam sejenak, pandangan Ida lurus ke depan tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Sesekali bening-bening air kristal itu keluar begitu saja dari pelupuk matanya yang indah. Tangannya mengepal memegang ujung hijabnya.Sulthan lalu memegang tangan Ida, berharap dengan sentuhan hangat dari suaminya bisa merendam amarah yang bergejolak di dalam hatinya.Dan benar saja, saat tangan Ida tersentuh oleh tangan suaminya, kepalannya merenggang dan dia menoleh ke arah Sulthan.“Terima kasih, Mas, masih ada di samping untuk menguatkanku!” “Aku nggak habis pikir jika Ibu bisa mengatakan seperti itu!”“Aku memang menyayangi Ibu, tetapi aku juga tidak mau kehilangan anakku, Mas. Aku bingung!”“Aku tidak mau ibu menganggapku sebagai anak durhaka, aku ingin Ibu tahu kalau aku memang menyayanginya tetapi aku tidak tega melihat anakku terpisah dariku, Mas ... hiks ...