Tepat jam lima sore waktunya karyawan pulang kerja, hal ini di nanti-nantikan oleh ketiga serangkai geng rempong untuk menjenguk istri Bos mereka di rumah sakit.Tak lupa mereka membawa buah tangan berupa buah-buahan kesukaan Ida.Menempuh perjalanan yang sedikit panas, tidak menyulutkan niat mereka dari awal untuk datang ke rumah sakit selain untuk menjenguk dan juga untuk misi mereka.***“Selamat sore, Mbak?”“Selamat sore, ada yang bisa kami bantu?” tanya resepsionis itu dengan ramah.“Iya Mbak, numpang tanya kami mau bertemu dengan pasien yang bernama Sayyidah Latifah, di kamar nomor berapa ya Mbak?” tanya Agnes kepada resepsionis rumah sakit itu.“Oh ... sebentar ya Mbak, saya cek dulu!” jawabnya.“Pasien atas nama Ibu Sayyidah Latifah istri dari Bapak Sulthan Yazid Zidan sekarang di rawat di kamar Anyelir lantai lima nomor 67, Mbak!” ucap resepsionis itu dengan ramah.“Terima kasih, permisi Mbak,” ucap Agnes tersenyum.“Sama-sama, Mbak," sahutnya ramah.Mereka pun pergi ke kama
Setelah mereka pergi, Ida masih diam tak bersuara dan Mbok Siti tidak ingin mengganggu Ida.Mbok, apakah Ida harus bertahan atau tidak ya, Mbok?” tanya Ida seketika.“Maksud Neng Ida apa?” tanya balik Mbok Siti lembut.“Ida capek Mbok, Ida ingin hidup bahagia, bisakah Ida raih kebahagiaan itu?” tanya Ida sembari menatap langit-langit.“Neng, ada yang ingin Mbok tanyakan?” tanya Mbok Siti mendekati Ida dan duduk di sampingnya.“Apa Mbok?” tanya Ida tanpa melihat Mbok Siti.“Neng Ida, Mbok masih bingung, dari mana Neng Ida tahu kalau Den Sulthan masih mengingat masa lalunya?” tanya Mbok Siti hati-hati.“Mas Sulthan sendiri yang mengatakan semuanya Mbok!” jawab Ida pelan.“Maksud Neng Ida, bukannya Neng masih koma waktu itu? ”tanya Mbok Siti yang semakin bingung.“Mas Sulthan datang ke rumah sakit, dan dia menjelaskan masa lalunya dan Ida tahu kalau nama yang diberikan anak kami adalah nama mantannya Dafina Salsabila Zidan, betulkan kan Mbok itu nama perempuan itu?” tanya balik Ida kepa
Baiklah, terserah Ummi saja!” ucap Ida tersenyum.Tak lama kemudian Sulthan datang ke rumah sakit, Ummi Syifa yang dari tadi sibuk membereskan perlengkapan Ida, dibuatnya terkejut dan terkesima dengan Sulthan.“Assalamualaikum!”“Wa’alaikumsalam ... Sulthan!”Seketika Ida ikut terkejut melihat kedatangan suaminya itu. Sulthan memandang wajah Ida yang lebih segar dari biasanya, entah wajah itu akhir-akhir ini selalu muncul di pikiran Sulthan.“Alhamdulillah akhirnya kamu datang Nak!” ucap Ummi Syifa bahagia.“Iya Um, kebetulan ada klien Sulthan sedang dirawat di sini, jadi sekalian mampir siapa tahu Ida sudah boleh pulang hari ini,” kilahnya sembari menatap Ida sekilas lalu membuang mukanya ke samping.Ida pun tahu kalau suaminya sedikit mencuri pandang, tetapi mungkin karena menjaga image nya, dia pun tak ingin terlihat kaku di mata Ida.Ida tersenyum setidaknya ada sedikit celah untuk dirinya bisa menaklukkan hati Sulthan yang sedingin es itu.“Terima kasih Mas, sudah mau datang ke s
Ida pun langsung memeluk dan mencium Baby Salsa dan menangis haru, terlebih lagi saat baby Salsa berceloteh memanggil Ida dengan sebutan Mamah.“Assalamualaikum Sayang?” ucap Ida sembari menatap wajah Baby Salsa yang semakin menggemaskan.“Mam-mam-ma!”“Mam-mama!”“Apa Sayang, Salsa panggil Mama?” tanyanya memperjelas.“Mam- mama!”Seketika Ida kembali menangis dan Baby Salsa tak henti-hentinya dihujani dengan ciuman bertubi-tubi dari Ida.Baby Salsa pun tertawa memperlihatkan gigi putihnya yang hampir lengkap. Sulthan hanya memandang keakraban ibu dan anak itu, dia pun heran mengapa Baby Salsa langsung dekat dengan ibu kandungnya, sedangkan dengan Sulthan Baby Salsa tidak ada satu pun kata yang berhasil dikeluarkan dari mulut kecil Baby Salsa.Sedikit ada rasa cemburu kepada mereka, tetapi karena gengsi akhirnya Sultan mengalihkan pandangannya keluar.Dia pun menuju kamar tidur untuk menyegarkan dirinya.Melihat Sulthan naik ke atas Ida pun ingin mengikutinya dari belakang.“Ummi, b
Setelah sampai di bawah semua tamu undangan terkesima dengan penampilan Sulthan yang mau memakai pakaian couple bersama anak dan istrinya.Mereka pun di minta untuk berfoto bersama. Sulthan terus memandang Ida yang tampil cantik malam itu.Ida sangat mengetahui kalau Sulthan curi-curi pandang terhadapnya, namun karena ego nya lebih tinggi sehingga tidak mau mengungkapkannya.“Than, ada satu permintaan lagi tolong kamu mengucapkan ikrar pernikahan kamu sekali lagi, Ummi ingin setelah Ida sembuh kalian kembali resmi menjadi suami yang tak terpisahkan?” jelas Ummi Syifa.“Baiklah Ummi, terserah Ummi saja!” ucapnya sedikit grogi.“Terima kasih, Sayang!” jawab Ummi bahagia.Sulthan pun mengikrarkan pernikahan mereka dan memperkenalkan Ida sebagai istrinya di depan penghulu yang sengaja dihadirkan sebagai saksi dan juga kepada para tamu undangan.Semua orang kaget dengan sikap Sulthan yang begitu bersahabat, entah angin apa Sulthan bisa berubah seketika.Terlebih lagi Ummi Syifa sangat bah
“Apa kamu bilang, ini rumahku, dan ini kamarku dan selalu menjadi kamarku, jadi saya tidak perlu meminta izin untuk masuk ke kamarku sendiri!” celetuk Sulthan.“Lagian kamu bisa kan memakai pakaianmu di kamar mandi tidak harus keluar memakai seperti ini!” ucapnya sembari mencari pakaian ganti di lemari.“Iya maaf Mas, nggak lagi deh!” sahut Ida malas.“Terus Mas mau ngapain!” tanya Ida saat melihat Sulthan ingin berganti pakaian.“Ya ganti pakaian lah, masa mau tidur pakai seperti ini!”“Iya aku tahu, tapi Mas bisa gantinya di kamar mandi!” tanyanya sedikit takut dan bergidik ngeri saat melihat dada Sulthan yang banyak ditumbuhi bulu-bulu halus.Ida langsung buru-buru ke kamar mandi dan berganti pakaian lalu kembali keluar dengan cepat seperti kilat.“Kenapa ... kenapa saya harus menggantinya di sana, atau kamu ...” “Mas aku mau tidur sudah dulu berdebatnya,” ucap Ida lalu bergegas naik ke tempat tidur membelakangi Sulthan dan menarik selimut tebalnya.Sulthan tersenyum tipis meliha
“Iya benar juga kamu, Sulthan itu suka membaca apalagi novel-novel gitu, dulu waktu masih ada abinya pernah dia menulis juga sebuah cerita, tetapi abinya tidak suka kalau anak laki-lakinya mempunyai hobi menulis,” ucap Umi Syifa yang mengingat masa lalu.“Kenapa almarhum Abi nggak mengizinkan Mas Sulthan menulis Umi?” tanya Ida penasaran.“Dulu beliau ingin melihat anak laki-lakinya sukses menjadi pendakwah sekaligus seorang pengusaha, tetapi Sulthan tidak terlalu suka dengan kegiatan seperti itu, dia lebih suka menjadi seorang penulis.”“Makanya kalau kamu lihat perpustakaan Sulthan di ruang kerjanya banyak buku-buku yang bertemakan cinta ketimbang tentang agama, walaupun ada juga sih buku-buku tentang agama yang dia baca-baca tetapi dia lebih banyak novel-novel dari religi, kesehatan, inspirasi, maupun romantis, ada semua,” jelas Umi Syifa tersenyum.“Masa Mi, tapi sikapnya sama Ida dingin banget, nggak sesuai dengan dia suka novel begituan?” tanya Ida bingung.“Terus kenapa setela
Saat Agnes masuk, terlihat Sulthan sedang melamun dan tersenyum kembali, wajahnya yang tampan kini semakin kelihatan bercahaya karena ada senyuman yang mengukir bibirnya.“Ah, Bos Sulthan pantas saja banyak orang yang menyukaimu, ternyata kamu memang tampan, menggoda imanku!” ucap Agnes melihat wajah tampan Sulthan.Seketika wajah suaminya Agnes dengan marah pun terlintas begitu saja, membuyarkan pikiran Agnes mengkhayal wajah bosnya itu.“Astagfirullah, Mas!”“Padahal cuma bilang tampan, eh wajah Mas Iqbal marah!”“Iya Mas Iqbal kamu yang paling tampan, karena aku memilihmu sebagai suamiku, puas Mas!” gerutunya dalam hati.“Selamat pagi, Pak!”“Pak Sulthan ... selamat Pagi ...!”“Duh Sulthan ini dipanggil nggak nyahut-nyahut!” gerutunya lagi.Agnes lalu mendekati Sulthan, lalu membisikkan sesuatu di telinga Sulthan.“Maaf ya Bos, lagi jatuh cinta ya!” tanya Agnes.“Sepertinya iya, bagaimana ya jadi malu sendiri!” “Sama siapa Bos, boleh tahu nggak!”“Siapa lagi kalau sama yang di rum
Tak lama kemudian Ummi Syifa masuk ke kamar Ida, ingin melihat kondisinya dan dengan saja mengendong baby Salsa dengan tujuan agar bisa sadar jika merasakan sentuhan lembut tangan baby Salsa.“Bu, bagaimana?” tanya Ummi Syifa kepada Bu Lina yang masih menangis tersedu-sedu.“Belum ada kemajuan Bu, bagaimana ini, apakah Ida akan sembuh, Bu?” tanyanya dengan linangan air mata kembali.“Kita, berdo’a saja Bu, dan mungkin dengan kehadiran Salsa bisa memberikan respon walaupun sedikit.”“Tidak salahnya kalau kita mecoba dulu, kasihan juga dengan Sulthan mudah-mudahan mereka cepat sembuh dan bisa seperti semula lagi,” ucap Ummi Syifa menjelaskan.“Aamiin, semoga ya Bu!”Ummi Syifa lalu menaruh baby Salsa di tempat tidur, Salsa yang sudah berusia dua tahun itu seakan-akan mengerti kalau Mamahnya sedang sakit.Lalu dengan spontan baby Salsa mencium pipi Ida dengan lembutndan berkata. “Mah ... Mam ... Mah!”“Dielus-elus pipi Ida dengan tangan mungilnya terus menerus, sehingga lima menit kemudi
Ida lalu mengikat kedua tangan Bu Romlah dan kakinya, sehingga dia pun merasa kesakitan.“Bas... tolong Mamah, Bas!”“Mereka ingin membunuh Mamah, tolong!” teriak Bu Romlah histeris.Abbas mendengar teriakan Bu Romlah, dan menoleh ke arah Ida yang sedang sibuk mengikatkan tali ke tangan dan kakinya.Abbas lalu memukul kepala Sulthan dengan sebuah guci sehingga Sulthan terhuyung dan mengeluarkan cairan berwarna merah itu kembali.Saat Sulthan jatuh, Abbas lalu mengambil kembali pecahan kaca dan ingin menusuk Ida dari belakang.“Ida awas ada Abbas!” teriak Fina tetapi Ida tidak mendengar dia sibuk mengikat Bu Romlah yang terlihat kesakitan.“Ida!”“Sulthan yang mendengar suara teriakan Fina berusaha melihat walau tubuh dan kepalanya sudah dipenuhi darah segara sehingga agak sulit melihatnya.“Ya Allah, istriku dalam bahaya, selamatkan ya Allah!” Sulthan berusaha kembali bangkit dan berdiri tetapi luka yang dideritanya cukup parah, sehingga sulit untuk berlari sampai ke arah istrinya.Se
“Abbas, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum polisi menemukan kita,” usul Bu Romlah yang merasa takut dan juga panik.j“Ayok Abbas!” Bu Romlah mengajak Abbas pergi dari rumah itu debelum polisi datang.“Mah, tetapi Sulthan belum menandatangi surat-surat itu, dan aku kehilangan wanita itu yang mirip dengan Saskia!”“Tidak, Mah, aku sudah mulai mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia!”“Aku nggak mau rencana yang kita susun selama ini hilang begitu saja, kita sudah menunggunya lama, Mah!”“Kita sudah banyak berkorban tetapi aku harus mendapatkan dulu yang aku mau!” Abbas belum merasa puas untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sukthan fan dia.melihat sebuah pisau yang tertancap di buah, lalu dia mengambilnya dan mengacungkannya di depan wajah Sulthan.“Cepat tanda tangan surat itu, kalau tidak!”“Kalau tidak apa!”bentak Sulthan tidak takut dengan ancaman Abbas.“Baiklah.” Abbas lalu mendekati Fina lalu mengacungkan kembali pisau itu di wajahnya.“Apa yang kamu mau lakukan, Abb
“Jaga omonganmu, Sulthan!”“Apa yang coba kamu katakan?”“Oh ya kamu pura-pura tidak tahu atau kamu tidak mau mengakui kesahanmu Fina?”“Baiklah akan aku ceritakan sampai mana kamu terlibat dalam masalah ini!”“Kamu tahu hanya karena kamu tidak jujur dengan Mamahmu siapa Saskia sebenarnya, Mamah kamu selalu membuatnya menderita, bahkan anakmu juga menjadi sasaran empuk umtuk melampiaskan kemarahannya.”“Sampai Saskia dinyatakan hamil lagi dan setelah mengetahui jenis kelamin cucu keduanya perempuan Mamahmu semakin membencinya, apakah aku benar Tante?”“Sampai usia kehamilan memasuki delapan bulan, Mamahmu pun merencanakan sebuah kejahatan, apakah itu benar, Tante?”“Tidak ... tidak, ja... jangan kamu dengarkan si Sulthan, Nak!”“Dan kamu Sulthan tahu dari mana masalah ini jangan kamu membuat aku dan Abbas salah paham atau ini bagian dari rencanamu, agar membuat kami bertengkar, iya kan?” tanyanya emosi.“Kenapa Tante, apakah Tante takut semuanya terbongkar di depan Abbas?”“Kurang aj
“Bos!” Bos!” teriak salah satu anak buahnya dari kejauhan dan berlari menghampiri Abbas.“Ada apa, kenapa kamu?” tanya Abbas terlihat marah.“Itu Bos ... anu Bos ... itu!”“Ada apa, kalau ngomong yang jelas!” bentaknya seketika.“Itu Bos ... anak kecil itu tidak ada di kamar!” pekiknya dengan napas ngos-ngosan.“Apa ... kenapa bisa dia hilang, bagaimana kerja kalian?” hardiknya emosi.“Tadi saya dengar ada suara yang jatuh, ya saya ke sana tetapi nggak ada, terus saya balik nggak ada yang mencurigakan, Bos,” jelasnya yang juga bingung kenapa bisa tidak ada gadis kecil itu.“Mengurus anak kecil saja tidak bisa, cepat cari sampai dapat, pasti belum jauh dari sini perginya!” perintahnya menyuruh semua anak buahnya ikut mencari.“Jika sampai terjadi sesuatu dengan anakku, akan kupastikan nyawamu juga menjadi taruhannya!” “Hahaha ... memang kamu bisa apa Sulthan, kamu tidak bisa apa-apa, bahkan tubuh mu saja susah untuk digerakkan,” ejek Abbas dan tersenyum sinis.“Dengar Sulthan, ini ada
“Apa yang kalian mau dari aku?”“Mengapa semuanya menjadi rumit, dan mengapa kalian ingin menghancurkan keluarga kami dan sungguh terlalu kalian!”“Cepat katakan apa yang kalian inginkan dari aku?” tanya Sulthan yang masih bingung dengan semuanya ini.“Aku mau kekuasaan, kekayaan dan terlebih utama adalah nyawamu Sulthan, hahaha ... tawanya menggelegar.“Baiklah, akan aku ceritakan dari awal agar kamu mengerti apa yang kami mau dari kamu dan juga keluargamu, Sulthan!” Abbas menyeringai dan merasa puas karena satu persatu rencananya pun hampir berhasil bahkan Fina pun tidak tahu rencana sebenarnya.“Kamu mungkin tidak tahu kalau semua sudah direncanakan oleh seseorang yang mungkin kamu akan tidak percaya siapa dalang semuanya ini!”“Namun sayang, dia sudah ditangkap oleh polisi karena ulah ibumu sendiri!”“Ya, kamu pasti bertanya apa hubunganya dengan Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma dengan masalah ini kan?” “Bapak Bima Sastrowijaya Kusuma adalah ayahku , suami dari ibuku Romlah Nirma
Bu Romlah datang di akhir pertemuan mereka, dan membuat Fina bertambah bingung, siapa yang harus dipercaya toh pada kenyataannya adalah semua memang sudah direncanakan.“Apa maksud kalian semua?”“Aku tidak mengerti!” Fina hanya bisa melihat mereka yang tertawa puas atas semua tindakan yang dilakukannya berhasil membuat keluarga Sulthan berantakan.“Kamu ingin tahu bagimana dan kenapa semua ini harus dilakukan, bahkan kamu saja tidak mampu menganalisis siapa lawan dan kawanmu, Fina!”“Kamu hanya terobsesi oleh satu tujuan saja yaitu Sulthan!”“Sedangkan kami begitu banyak tujuan tetapi mengarah kepada Sulthan!”“Bahkan Oh ya adiknya juga yang bernama ... siapa namanya ...”“Papah Ridwan, Mah,” sahut Angga spontan.Seketika Fina semakin bingung saat Angga memanggil Bu Romlah dengan sebutan Mah.“Mah ... maksudmu Mamah?” tanyanya untuk meyakinkan.“Hahaha ... Fina ... Fina kamu ternyata lebih polos dari Ida.”“Ya ... kamu benar sekali, Angga Bramana Danendra adalah anak kandungku, pu
Agnes mencoba menghubungi di antara mereka tetapi tidak ada yang menjawab, membuat dirinya juga ikutan khawatir.“Berkali-kali menghubunginya sampai setengah jam kemudian tiba-tiba layar ponsel Agnes berdering.“Kringg ... Kringg ...“Siapa Nes, Ida, atau Sulthan yang telepon kamu?” tanya Ummi Syifa semringah.“Ida, Ummi!” teriaknya bahagia.“Cepat kamu angkat!”perintahnya yang tak sabar ingin mendengar suara mereka.“Baik, Ummi!”“Tunggu di speaker saja, biar Ummi bisa langsung mendengarkan suara mereka!”“Iya, Ummi!Agnes dengan segera melaksanakan perintah Ummi Syifa.[Halo, Assalamu’alaikum, Da?][Kamu di mana sih, susah sekali dihubungi, aku dan Ummi sangat khawatir dengan kalian?][Tetus ponsel Sulthan juga nggak bisa dihubungi, memang kalian itu ada di mana, kenapa nggak kabar ke kita?][Maaf, sebelumnya saya menemukan ponsel ini tidak jauh dari mobil si korban yang terbakar, Bu][Maaf, korban? Korban apa Pak, dan siapa Anda?][Kami tidak melihat seseorang di sini Bu, hanya mo
Udara dingin menyelimuti malam itu, tidak ada rembulan atau bintang yang menerangi jalan yang mereka lalui.Di dalam mobil mereka terdiam sejenak, pandangan Ida lurus ke depan tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Sesekali bening-bening air kristal itu keluar begitu saja dari pelupuk matanya yang indah. Tangannya mengepal memegang ujung hijabnya.Sulthan lalu memegang tangan Ida, berharap dengan sentuhan hangat dari suaminya bisa merendam amarah yang bergejolak di dalam hatinya.Dan benar saja, saat tangan Ida tersentuh oleh tangan suaminya, kepalannya merenggang dan dia menoleh ke arah Sulthan.“Terima kasih, Mas, masih ada di samping untuk menguatkanku!” “Aku nggak habis pikir jika Ibu bisa mengatakan seperti itu!”“Aku memang menyayangi Ibu, tetapi aku juga tidak mau kehilangan anakku, Mas. Aku bingung!”“Aku tidak mau ibu menganggapku sebagai anak durhaka, aku ingin Ibu tahu kalau aku memang menyayanginya tetapi aku tidak tega melihat anakku terpisah dariku, Mas ... hiks ...