"DIA BUKAN AYAHMU"“In, nanti barang-barang ini serahin ke Mbak Nasya, ya. Kalau dia enggak mau terima kamu boleh membuangnya,” ucapku pada Indah, menyerahkan kotak berisi barang-barang Nasya.Keningku mengeryit ketika menangkap raut tak suka dari wajah Indah, sebelum kemudian ia tersenyum.“Baik, Bu.”“Oiya, kalau Mas Fahry sedang tidak ditempat, jangan biarkan orang lain keluar masuk dengan bebas ke dalam ruangannya, ya. Bukankah itu tugasmu? Jangan sampai kamu kena marah lagi seperti kemarin.”“I-iya, Bu.”Aku, Nilam dan Gibran pun meninggalkan ruangan Mas Fahry setelah semua telah tertata dengan rapi. Semua majalah dan buku-buku di rak buku Mas Fahry tadi tak luput dari jamahanku. Aku membuang semua yang tak ada kaitannya dengan pekerjaan Mas Fahry, sebab tadi aku menemukan beberapa majalah wanita di sana. Hanya satu yang masih kusimpan di dalam tas ku, yaitu buku agenda Nasya yang belum sempat kuteruskan lagi membacanya. Gibran membantuku menggendong Khanza karena aku memang seda
Baca selengkapnya