“Tapi kamu membuatnya terbangun, Sayang.”Kuendus leher jenjangnya, ini adalah bagian tubuh Tania yang sangat kusukai. Dulu, saat ia belum jadi istriku aku pernah memergokinya di dapur dengan leher putih jenjangnya yang terekspos bebas, dan sejak saat itulah aku begitu mendambakan tubuh Tania, yang waktu itu masih bergelar kakak iparku. Napasku semakin memburu saat bibir dan hidungku menyentuh lehernya dengan bebas.“Mas!!” Tania semakin protes ketika tanganku dengan nakalnya sudah menarik tali kimononya.“Kamu seksi sekali, Istriku.”“Mas, Please! Aku belum nyiapin sarapan. Nanti kamu telat kerjanya, Khanza juga bentar lagi bangun dan nyariin kita.”Aku tak peduli. Kujamah semua bagian tubuhnya yang menyenangkan.“Mas. Setelah aku bikin sarapan aja, ya.” Tania mengajukan permintaan.Aku tersenyum, ia tak ingin mengecewakanku tapi juga tak mau melewatkan kewajibannya. Maka aku pun melepasnya.“Janji, ya. Aku maunya sarapan kamu hari ini.”“Iya, janji.”Aku kembali meraih ponsel Tania
Read more