Home / Romansa / AKU TANPAMU / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of AKU TANPAMU: Chapter 41 - Chapter 50

152 Chapters

41

“My Love”Begitu tulisan kontak yang bisa kubaca dengan jelas dari posisiku saat ini.Nasya menatapku sesaat sebelum menggeser layar ponselnya dan mendekatkannya ke arah kupingnya.“Ya.”“Aku di K*C di lantai 1”“Belum. Makanannya pesan bungkus aja, nanti makan di kantor. Kalian sudah selesai?”“Iya, kutunggu.”Begitu percakapannya dengan kontak “My Love” yang kuyakini adalah kontak Mas Fahry. Napasku terasa sesak, namun tetap kupaksakan untuk tersenyum sebab saat ini Khanza tengah duduk di hadapanku menunggu suapan makanannya.“Kembalikan dia padaku, Mbak,” ucapnya.Dadaku kembang kempis menahan emosiku. Ini tempat umum, aku tak mau mempermalukan diriku sendiri.“Kamu wanita bersuami, Nasya. Kenapa tak menajalani rumah tanggamu selayaknya rumah tangga pada umumnya. Kenapa kamu harus menggoda suamiku? Apa yang harus ku kembalikan padamu? Mas Fahry? Dia bukan barang, dan dia bukan milikmu.”“Dia milikku, Mbak. Kami dulu saling mencintai namun keadaan memisahkan kami dengan paksa.”“Itu
Read more

42

“Tas ku masih di meja K*C tadi, Mas,” ucapku ketika menyadari Mas Fahry melangkah bukan ke arah restoran cepat saji di mana aku bertemu Nasya tadi.“Ck!” Ia berdecak kesal, meski aku tak mengerti kenapa ia harus kesal.Apa karena aku bertemu Nasya? Bukankah seharusnya aku yang kesal karena ia menjemput Nasya tadi?“Tunggulah di sini, aku akan mengambilnya dulu,” ucapku.“Tunggu! Kita ke sana bersama-sama. Aku tak mau Nasya memprovokasimu.”Kembali Mas Fahry meraih tanganku dan menyisipkan jari-jarinya di sela jemariku lalu menuntunku melangkah.Kutautkan alisku ketika melihat beberapa orang berkerumun di dalam restoran cepat saji tadi, lalu pendengaranku menangkap seseorang sedang berteriak marah.“Oh. Jadi sekarang jalan sama yang baru lagi, Mas? Perempuan gatel mana lagi ini? Ini bukan yang Mas bawa ke rumah kemarin, kan?”Aku berjalan mendekat ke arah kerumunan. Selain karena tadi tas ku berada di sana, aku juga penasaran karena merasa suara tadi adalah suara Nasya.“Heh! Kamu gad
Read more

43

Nilam langsung turun dari mobil setelah Mas Fahry memarkirkan mobilnya di depan rumah orang tuaku. Ia bahkan tak sekedar berpamitan padaku. Aku menatap punggungnya hingga gadis itu masuk ke dalam rumah.“Mas sepertinya aku harus turun dulu dan bicara empat mata pada Nilam. Mas bisa pulang duluan, aku dan Khanza nanti menyusul.”“Nggak, Tania! Kita harus pulang bersama. Aku akan menunggumu.”“Tapi Nilam sepertinya marah pada Mas Fahry. Dia merasa terperangkap di posisinya sekarang karena Mas.”Lelaki itu menghela napas.“Aku yakin kamu bisa memberi pengertian pada Nilam, Sayang. Nilam gadis yang baik, dia tak pantas untuk pria yang buruk seperti suami Nasya.”“Pria yang buruk? Kamu yakin dia pria yang buruk? Tapi dari penjelasan Nilam tadi sepertinya ia percaya bahwa Lukman lelaki yang baik, justru kamu lah yang buruk di matanya. Bagaimana jika justru Nilam yang benar?” pancingku.Mas Fahry terlihat menelan salivanya.“Kamu menilainya pria yang buruk dari semua cerita Nasya padamu, kan
Read more

44

Nilam masih menutup wajahnya dengan bantal saat aku masuk ke dalam kamarnya, beruntung gadis itu tak mengunci pintu jadi aku bisa langsung masuk.“Nilam ....” panggilku.“Mbak Tania pasti akan membelanya, kan?”“Membela siapa, Dek? Mbak ke sini bukan untuk membela siapa-siapa. Mbak hanya mau menghibur adik Mbak yang sedang bersedih.”Nilam menepikan bantal dan memperlihatkan wajahnya.“Mbak, Nilam mencintainya.” Ia mulai terisak.“Eh, bukannya kemarin katanya udah putusan? Nilam balik lagi sama dia? Bagaimana dengan prinsip Nilam kemarin? Mbak harap adik Mbak ini masih ingat ya dengan semua janjinya kemarin. Mbak harap Nilam tak mengecewakan ayah dan ibu.”“Iya, Mbak. Nilam balikan lagi. Mas Lukman ngajak jalan lagi dan Nilam enggak bisa nolak. Tapi sebelumnya Nilam sudah bikin perjanjian dengannya bahwa Nilam enggak akan mau diajak nginap atau pun melakukan hal-hal di luar batas. Mas Lukman menyetujuinya, meskipun dia juga masih jalan dengan ayam kampus di kampus Nilam.”“Ayam kampus
Read more

45

PoV FahryPerselisihan Tania dan Nilam di rumah kedua orang tua Tania benar-benar membuatku malu. Bagaimana tidak, Nilam dengan lantangnya menceritakan pada ayah dan ibu Tania mengenai keberadaan Nasya di dalam mobilku saat aku mengalami kecelakaan di Bandung, ia bahkan memperlihatkan pada kedua orang tuanya bukti-bukti barang-barang pribadi Nasya yang difotonya, juga ponsel rahasiaku, bahkan isi chatku dengan Nasya.Dari Nilam pula kedua mertuaku tau jika kepergianku ke Bandung dengan Nasya waktu itu kulakukan setelah berbohong pada Tania bahwa aku akan bertugas ke Semarang. Kurasa Tania menyembunyikan semua itu dari kedua orang tuanya, tapi menceritakannya pada Nilam. Tania pasti juga tak menyangka jika keterusterangannya pada adiknya itu kini membuat kami berdua terpaksa menghadapi pertanyaan menyelidik dari orang tuanya.Aku merasa terpojok saat ayah mertuaku menatap tajam padaku dan menanyakan kebenarannya. Namun, aku tak mau berbohong lagi. Sudah cukup semua kesalahan yang kulak
Read more

46

“Kenapa diam saja, Tan?” tanyaku ketika sudah beberapa menit kami berada di dalam mobil yang melaju di jalan raya, tapi Tania tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya menatap kosong ke kaca samping lalu sesekali menoleh ke belakang melihat Khanza yang duduk di jok belakang.“Kamu ingin aku membahas apa, Mas?”“Apa kek. Bahas bulan madu kita kek, atau bahas adik buat Khanza.” Aku menggodanya.Hanya helaan napas Tania yang kudengar.“Mas, jika memang kehadiran Nasya kembali membuatmu ragu, aku rela kamu melepasku. Aku tak apa. Toh, awalnya memang di antara kita tak ada rasa apapun. Semua rasamu waktu itu masih menjadi milik Nasya. Tadi saat beretmu di Mall ia bahkan dengan terang-terangan mengaku kamu adalah miliknya.”“Kenapa jadi bahas dia lagi sih, Sayang?”“Karena aku masih ragu dengan semuanya, Mas. Kamu terus saja berusaha meyakinkanku sementara semua bukti yang ada di sekelilingku mengatakan jika kalian menjalin hubungan khusus di belakangku. Wallpaper ponsel Nasya dan gambar
Read more

47

Kulihat Tania sedang membacakan dongeng untuk Khanza saat aku memasuki kamar. Mereka berdua hanya menoleh sekilas padaku kemudian kembali asyik dengan kegiatan mereka. Aku pun memilih segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Cukup lama aku berada di dalam kamar mandi. Selain mandi, aku memimbang-nimbang beberapa rencanaku ke depan. Nasya sudah berani datang ke rumah ini dan bertemu ibuku hari ini, bukan tidak mungkin ia akan kembali lagi. Hal itu pasti lah akan berimbas buruk pada hubunganku dengan Tania, bahkan dengan ibuku.Kalimat Nilam tadi juga mengganggu pikiranku. Nilam mengatakan bahwa suami Nasya membayar orang dalam perusahaanku untuk memata-mataiku dan Nasya. Siapa sebenarnya yang dimaksud oleh Nilam? Hubungan Nasya dan suaminya memang bukan lah hubungan yang sehat. Menurut cerita Nasya padaku, ia pun berusaha mengumpulkan bukti-bukti perselingkuhan suaminya, meski tak sampai membayar orang seperti yang dilakukan Hasan. Kecenderungan suaminya bermain pe
Read more

48

“Tania, aku hanya ingin berusaha sekali lagi untuk membujuk Nasya agar menghapus video sialan yang mambuatku selalu tak berkutik di hadapannya. Aku tak ingin mengganggu waktu kerja kami dan juga tak ingin bertemu dengannya di luar jam kerja, jadi aku memutuskan untuk berbicara dengannya di perjalanan menujuk ke lokasi besok.”“Lalu apa Mas Fahry memikirkan bagaimana perasaanku ketika mengetahui suamiku kembali berada dalam satu mobil dengan mantan kekasihnya? Sampai kapan ini akan terus terulang dan terulang lagi, Mas? Aku sudah lelah.”“Sssshhh sudah, Sayang. Kalau begitu jangan dipikirkan. Aku janji tak akan mengizinkan Nasya ikut denganku besok. Aku tadi hanya ingin menyembunyikannya darimu agar kamu tak kepikiran, dan menyelesaikannya sendiri agar kamu tak lagi terganggu. Tapi jika ini membuatku terluka lagi maafkan aku.” Kuraih kepalanya dan meletakkannya di dada telanjangku. Aku memang suka tidur dengan tidak mengenakan baju, dan hanya mengenakan celana pendek.“Apa suhu AC nya
Read more

49

“Kamu kenapa enggak ninggalin dia aja sih, Sya. Pria kalau udah berani kasar sama wanita itu bukan pria baik-baik.”Kucoba mengajaknya bicara saat ia tengah menyantap makanan yang dipesannya. Akhirnya aku memang menuruti kemauannya mampir ke salah satu tempat makan di perjalanan pulang menuju kantor. Nasya makan dengan lahapnya, kurasa ia memang sedang kelaparan, sementara aku hanya memesan minuman.“Aku tak akan ninggalin gitu aja sebelum ia mengembalikan semua aset orang tuaku, Mas. Kecuali ....”“Kecuali apa?”“Kecuali Mas Fahry menerimaku kembali. Aku rela meninggalkannya meski akhirnya semua aset orang tuaku jatuh ke tangannya.”“Ngaco kamu, Sya! Aku udah punya Tania!”“Aku rela jadi yang kedua, Mas.”“Jangan gila, Sya! Aku tak mungkin melakukan itu.”“Tak mungkin gimana, Mas? Kamu enggak mau ninggalin Mbak Tania, sedangkan kita masih punya masa lalu yang belum usai. Aku janji enggak akan menuntut banyak darimu.”“Itulah yang ingin kubicarakan denganmu, Sya. Kumohon kita sudahi s
Read more

50

“Aku akan mengabulkannya jika Mas Fahry mengabulkan satu keinginanku.”“Apa itu, Sya?”“Jadilah milikku sehari saja. Kita mengulangi semua masa-masa indah kita dulu.”“Gila kamu, Nasya!”“Kalau begitu aku tak kan mengabulkan keinginanmu, Mas.”Kuhela napasku kasar.“Hanya sehari, Mas. Setelah itu kamu bisa kembali pada Mbak Tania.”“Itu sama saja aku mencari masalah baru, Sya! Aku tak mungkin melakukan itu!”Beberapa orang kembali melirik ke meja kami.“Kuarasa tak ada gunanya mengajakmu bicara, Sya. Mata hatimu sudah tertutup.”“Iya, kamu benar, Mas. Hatiku sudah tertutup oleh perasaan cintaku pada Mas Fahry.”“Pikirkan baik-baik permintaanku tadi, Sya. Hapus video itu atau kita berdua akan sama-sama hancur. Dan satu lagi, jangan pernah datang ke rumahku untuk urusan apapun!”“Wah, jadi kemarin ibu ngomong kalau aku datang ke rumah Mas Fahry? Terus gimana reaksi Mbak Tania, Mas?“Makanlah! Kita harus segera balik ke kantor.” Aku tak mau membahas apa pun lagi dengannya. Nasya kembal
Read more
PREV
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status