“Aku akan mengabulkannya jika Mas Fahry mengabulkan satu keinginanku.”“Apa itu, Sya?”“Jadilah milikku sehari saja. Kita mengulangi semua masa-masa indah kita dulu.”“Gila kamu, Nasya!”“Kalau begitu aku tak kan mengabulkan keinginanmu, Mas.”Kuhela napasku kasar.“Hanya sehari, Mas. Setelah itu kamu bisa kembali pada Mbak Tania.”“Itu sama saja aku mencari masalah baru, Sya! Aku tak mungkin melakukan itu!”Beberapa orang kembali melirik ke meja kami.“Kuarasa tak ada gunanya mengajakmu bicara, Sya. Mata hatimu sudah tertutup.”“Iya, kamu benar, Mas. Hatiku sudah tertutup oleh perasaan cintaku pada Mas Fahry.”“Pikirkan baik-baik permintaanku tadi, Sya. Hapus video itu atau kita berdua akan sama-sama hancur. Dan satu lagi, jangan pernah datang ke rumahku untuk urusan apapun!”“Wah, jadi kemarin ibu ngomong kalau aku datang ke rumah Mas Fahry? Terus gimana reaksi Mbak Tania, Mas?“Makanlah! Kita harus segera balik ke kantor.” Aku tak mau membahas apa pun lagi dengannya. Nasya kembal
Read more