Share

75

“Tania ...,” bisikku lirih sambil meremas kasar rambutku.

Kemesraan kami beberapa hari terakhir harus kembali terenggut karena kebodohanku, hanya kerena perasaan ibaku pada Nasya. Kurasa sangat wajar jika Tania kecewa. Ia melihat sendiri kejadian di mana Khanza memelukku sementara aku membiarkannya. Khanza bahkan masih terus bertanya siapa yang memeluk ayahnya kemarin.

Hingga waktunya makan malam, Tania menolak keluar dari kamar. Ibu dan Khanza pun terlihat bolak-balik masuk ke kamar untuk menemani Tania. Ibu pun tak banyak bicara padaku, sepertinya wanita yang telah melahirkanku ke dunia itu masih marah padaku. Ya, aku memang sangat pantas menerima ini. ketidaktegasanku pada Nasya membuat semua kepercayaan Tania kini kembali terkoyak.

Aku sama sekali tak bisa memejamkan mataku. Ragaku di sini, di kamarku, di atas tempat tidurku, namun pikiranku ada di kamar sebelah. Apakah Tania-ku bisa tidur dengan nyenyak? Apa ia masih merasa sakit? Pikiran-pikiranku membuatku keluar dari kamar da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status