Semua Bab Bidadari di Dalam Rumahku: Bab 61 - Bab 70

109 Bab

Kabar Duka

Mbak Sindi tak yakin jika diriku pemilik toko baju anak-anak ini. Dia mengira aku hanya janda yang tak punya apa-apa. Walaupun sebenarnya toko itu milik Putra tapi sudah diberikan padaku dan Ilham itu juga sudah disetujui oleh Pak Willi dan istrinya."Wah kamu sukses juga ternyata," kata Mbak Sindi."Ya beginilah," kataku."Lain kali aku balik ke sini ya," kata Mbak Sindi sebelum pergi.Aku kembali ke ruanganku mengecek penjualan online kami. Hasilnya naik drastis, sehingga banyak barang yang kosong. Aku segera mengorder barang baru lagi.Ponselku berdering, ada panggilan dari nomor tak di kenal."Halo, ini siapa ya?" tanyaku."Mbak Kinan, kami dari kepolisian ingin mengabarkan kalau papanya Mas Arfan meninggal di dalam sel," jawab polisi yang menelfon ku."Baik, Pak. Saya ke sana," ucapku.Setelah mendapat panggilan dari kepolisian aku menelfon Ilham. Sayangnya, dia tak bisa menemani aku ke kantor poli
Baca selengkapnya

Pernikahan Bila dan Arfan

Tertera nama Salsabila dan Arfan dalam undangan. Ternyata cinta lama mereka bersemi kembali. Harapanku, setelah mereka menikah mereka hidup bahagia."Sayang, undangan dari siapa?" tanya Ilham."Dari Bila, Mas. Dia mau nikah lagi kita diundang," jawabku. "kamu tahu gak siapa yang menikah dengan Bila?" tanyaku."Ya gak tahulah, emang siapa?" tanya Ilham."Mas Arfan," jawabku."Hah mereka akan menikah." Ilham sangat terkejut mendengar jawabanku. Dia tahu jika dulu Mas Arfan kekasihnya Bila sebelum kamu menikah. "Apa gak ada wanita lain," kata Ilham."Entahlah, mungkin mereka memang berjodoh," ucapku.Aku dan Ilham memutuskan datang ke pernikahan Mas Arfan dan Bila. Kiara pasti takut jika melihat Mas Arfan. Jadi sebelum berangkat aku sudah kasih dia wejangan.Kami sangaja membawa kado yang cukup bagus untuk mereka. Harapan kami mereka akan terus bahagia.Tibalah acara pernikahan Mas Arfan dan Bila. Kami bersiap, ternyata pernikahannya diadakan di gedung besar."Selamat ya, akhirnya kalian
Baca selengkapnya

Dina Hilang

"Dina belum pulang," jawab Mas Ilham.Mas Ilham segera ke rumah ibu, sementara aku gak bisa ikut karena harus menunggu Marvel di rumah.Aku sedikit was-was takut jika terjadi sesuatu dengan Dina.Sepulang Kiara dari sekolah, aku langsung mengajak mereka ke rumah ibu. Perasaan aku tak enak karena Mas Ilham tak bisa dihubungi.Sampai di sana ku lihat rumah ibu sepi. Aku mengetuk pintu sambil menggendong Marvel."Duh, pasti ibu ikut cari Dina," kataku khawatir.Tidak berapa lama mobil Mas Ilham datang. Aku segera menghampiri ibu dan Mas Ilham."Kinan, ngapain kamu ke sini?' tanya Mas Ilham."Aku khawatir, Mas. Makanya aku ke sini. Bagaimana apa Dina sudah ketemu?" tanyaku."Belum, tetapi orang-orang Pak Willi sudah mencari Dina," jawab Mas Ilham."Mas, bagaimana kalau sekarang ibu dan adikmu tinggal sama kita saja?" tanyaku."Gak usah Nak Kinan. Ibu gak mau merepotkan kalian terus," tolak ibu."Jangan begitu, Bu. Kami anak ibu jadi pantas kalau ibu minta bantuan kami. Kami tidak merasa d
Baca selengkapnya

Jiwa Kinan terguncang

Aku merasakan panas di wajahku. Rasanya tak karuan sekali. Tidak berapa lama seseorang menyiram ku lagi dengan air panas lagi dan air jeruk sehingga sangat perih."Cukup," ucapku.Tenagaku sudah benar-benar habis. Aku kembali tak sadarkan diri. Dan entah apa yang mereka lakukan saat aku tak sadarkan diri.**Aku terbangun, ku lihat ruangan serba putih. Ku dengar suara orang berbicara. "Kita belum menemukan keluarganya. Tunggu sampai mereka sadar," kata sekarang polisi yang berdiri tidak jauh dari tempatku."Dokter, pasien sadar," kata seorang perawat.Tubuhku sangat lemas sekali, aku tak punya tenaga untuk melakukan apapun.Ku lihat Dokter mendekat dan memeriksaku."Alhamdulillah dia sadar," kata Dokter."Apa sudah bisa di tanya alamatnya atau mungkin keluarganya?" tanya Polisi."Ibu bisa mendengar saya," kata Dokter.Aku mengangguk pelan, karena mulutku susah sekali untuk be
Baca selengkapnya

Keributan Di Malam Hari

Rumah bekas Hendra ternyata di tempati Bila dan Mas Arfan. Aku jadi khawatir dengan keadaan anakku Kiara. Aku takut Mas Arfan akan mengganggu kami."Sayang, kamu ngapain?" tanya Mas Ilham."Mas, yang tinggal di sana adalah Bila dan Arfan kan?" tanyaku.Aku tak lagi memanggil nama Arfan dengan embel-embel Mas. Aku sudah terlalu benci dengan dirinya."Iya, mereka juga ikut membantu saat kamu hilang," jawab Mas Ilham."Apa Mas Ilham tak menaruh curiga pada mereka?" tanyaku."Tidak, aku lihat mereka biasa saja," jawab Mas Ilham.Aku istirahat bersama Mas Ilham dan Marvel siang itu. Rasa capek membuat kamu tak ingin beranjak dari tempat tidur.Ternyata selama aku hilang, rumah Mas Ilham di kontrakan. Ibu dan adik Mas Ilham tinggal di sini sambil membantu menjaga Kiara dan Marvel.Malam itu kami makan malam bersama. Aku senang dengan adanya mereka rumah tampak ramai dan aku gak akan kesepian."Mbak Kinan, maafkan aku ya!" ucap Dina."Maaf untuk apa, Din?" tanyaku heran."Karena aku Mbak Kin
Baca selengkapnya

Ada Apa Dengan Kiara?

Bila dan Mas Arfan tak pernah berhenti menggangguku. Seperti sore itu, ku lihat Bila dan Mas Arfan berbicara dengan Kiara di teras rumah. Entah sejak kapan mereka mengobrol."Kiara, masuk sayang!" perintahku.Kiara menatapku aneh, dia tampak membenciku."Kiara malu punya mama yang jelek," ucap Kiara.Kiara masuk ke dalam rumah dengan tersungut-sungut."Kalian apakan anakku? Pasti kalian udah menghasut dia," ucapku."Ya ampun! Kiara itu kan anaknya Mas Arfan juga. Jadi kamu jangan halangi Mas Arfan buat dekat dengan Kiara," kata Bila."Papa macam apa yang tega mencelakai anaknya sendiri. Apa itu yang namanya papa?" tanyaku."Itu karena kamu ngotot gak mau balikan sama aku," jawab Mas Arfan.Ku tinggalkan mereka di teras. Aku malas meladeni mereka yang tak tahu diri.Sejak obrolan Kiara dan Bila di teras waktu itu. Kiara menunjukkan sikap tak sukanya padaku. Dia sering membentak ku dan mulai tak suka dengan keberadaan aku."Kiara, sudah ya main ponselnya. Ini udah malam," kataku saat me
Baca selengkapnya

Rencana Ilham

Kiara sudah pindah ke rumah Mas Arfan dan Bila. Aku meminta penjelasan pada Mas Ilham mengapa dia mengizinkan Kiara ikut dengan mereka."Mas, maksudmu apa?" tanyaku heran."Biarkan saja Kiara ikut mereka. Seberapa tahan mereka menghadapi Kiara. Biar Kiara bisa membedakan enak mana tinggal sama kamu atau sama Bila," jawab Mas Ilham."Kalau Kiara betah di sana gimana, Mas?" tanyaku."Tugas kita hanya membuat Kiara tak betah di sana," jawab Mas Ilham.Mas Ilham lalu menceritakan rencananya agar membuat Kiara tak betah bersama Mas Arfan. Aku berharap rencana Mas Ilham berhasil.**Hari pertama di rumah Mas Arfan, ku lihat Mas Arfan mengantar Kiara ke sekolah seperti biasa tapi sendirian tidak dengan Bila.Aku masih memantau melalui kamera yang aku pasang di tas Kiara.Mas Arfan masih bersikap biasa saja pada Kiara. Dia memperlakukan Kiara dengan baik.Sesuai rencana malamnya Mas Ilham meminta untuk
Baca selengkapnya

Benalu Tak Tahu Malu

Setelah ku selidiki, ternyata Mas Ilham dan sekertarisnya tak ada hubungan apapun hanya sebatas rekan kerja saja. Aku yang dulu pernah kerja di sana tentu banyak mengenal karyawan lama.Pagi itu seperti biasa Mas Arfan dan Bila kembali meminta sarapan pada kami. Padahal anggota keluargaku sudah banyak masih ditambah mereka berdua."Kalian tuh ngapain sih minta makan terus?" tanya Dina kesal. "Gak tahu malu amat," ucap Dina."Alah cuma makan aja jangan pelit. Ingat aku ini tuh papanya Kiara," bantah Mas Arfan.Sebel rasanya terus-menerus melihat mantan suamiku itu di rumah tiap pagi. Udah pengangguran makan aja minta melulu. Bila juga gak tahu malu banget.Mereka bukan tanggung jawab keluargaku tapi dengan enaknya makan tiap pagi di rumahku."Kalau kamu papanya Kiara, kenapa kamu gak ngasih nafkah untuk Kiara? Justru kamu datang merepotkan aku," bantahku."Tenang saja entar kalau aku sudah dapat kerjaan gak akan minta ma
Baca selengkapnya

Pekerjaan Baru

Entah mengapa aku malah kepo dengan pekerjaan baru Mas Arfan. Pasalnya setiap pergi dia tampak rapi, namun saat pulang ku lihat wajahnya sangat kusut dan terlihat capek."Kinan, ngapain kamu di situ?" tanya Bu Minah saat aku mengintip Mas Arfan yang baru pulang kerja."Penasaran aja, Bu. Mas Arfan kerja apa ya? Kok berangkat rapi banget tapi pulang-pulang wajahnya tampak lelah," jawabku."Udah jangan ngepoin hidupnya orang, entar kamu yang dikepoin sendiri," tegur Bu Minah.Aku lalu ke kamar segera mandi sebelum Mas Ilham pulang. Mas Ilham bilang, dia sudah berbicara dengan Pak Willi soal operasi wajahku nanti.Selesai mandi ku lihat Mas Ilham baru saja pulang. Ku minta dia segera mandi agar tubuhnya seger lagi. Mas Ilham menurut, ku siapkan baju ganti untuk Mas Ilham.Aku ke dapur menemani Bi Sri memasak. Ada Bu Minah juga sedang membuat kue."Sore-sore buat kue mau buat siapa, Bu?" tanyaku."Ibu ada pesanan,"
Baca selengkapnya

Sombong Selangit

Aku tak lagi membahas soal Mas Arfan ataupun pekerjaannya. Aku tak mau membuat Ilham cemburu. Soalnya setelah aku berada di kamar waktu itu dengannya. Dia mengungkapkan kalau cemburu melihat aku kepo dengan hidupnya Mas Arfan."Arfan hanya masa lalu mu, jadi jangan korek info apapun tentang dia. Apa kamu mau bikin aku cemburu?" tanya Mas Ilham dan sontak membuat aku ingin ketawa.Dan mulai saat itu aku gak peduli lagi dengan Mas Arfan apapun itu.Seperti biasa, aku keluar rumah dengan Marvel dan Kiara. Tidak lupa kami di temani Baby sitternya Marvel. Kami hanya jalan-jalan sekitar komplek saja sore itu."Mbak Kinan, Mbak Kinan sudah lihat perhiasan Mbak Bila belum?'' tanya Bu Siti."Udah, Bu. Kan habis beli perhiasan di posting di WA," jawabku."Mbak Kinan gak beli juga perhiasan sama kaya Mbak Bila?" tanya Bu Siti."Gak, Bu. Di rumah ada aja jarang aku pakai," jawabku.Setelah kepergian Bu Siti, aku bertemu Bil
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status