Semua Bab Bidadari di Dalam Rumahku: Bab 81 - Bab 90

109 Bab

Pengakuan Bila

Malam itu juga ku ajak Mas Ilham mendatangi Bila. Aku tak mau dibohongi jadi untuk memastikannya aku datangi rumah Bila."Bu Asih, Bila ada?" tanyaku."Ada silahkan masuk!" Perintah Bu Asih .Kami masuk dan melihat Bila ada di ruang keluarga sedang menonton televisi."Kinan, ada apa?" tanya Bila."Bila, tolong jawab jujur!" Pintaku. "Apa benar kamu dan Mas Arfan yang sudah membuat wajahku rusak?" tanyaku.Bila wajahnya mendadak pucat, pasti dia tak menyangka kalau aku menanyakan hal itu."Jawab Bila, Mas Arfan sudah mengaku. Dan aku perlu kejujuran kamu juga," kataku."Ma-maaf Kinan, aku melakukannya karena Mas Arfan," ucap Bila. "Aku awalnya tak mau ikut, tapi Mas Arfan memaksa," kata Bila."Kalian jahat, aku gak akan maafkan kalian," kataku."Nak Kinan, Ibu minta tolong jangan laporkan Bila. Kasihan dia kalau di penjara," kata Bu Asih. "Lihat saja keadaannya dia sudah dapat karmanya," kata Bu
Baca selengkapnya

Marvel Hilang

Sejak itu Mas Ilham mencari supir baru untuk membantu dia menyetir. Pak Willi yang mencarikan supir untuk Mas Ilham. Pak Willi sangat perhatian dengan kami. Setelah penganiayaan para preman itu, Pak Willi datang dengan istrinya."Kamu harus punya supir," kata Pak Willi. "Jangan menolak, papa akan Carikan kamu supir sekaligus bodyguard," kata Pak Willi.Kamu memang sudah seperti anaknya sendiri. Salah sedikit saja kami pasti diomeli.Seminggu kemudian, aku mulai tenang karena tak ada yang mengganggu kami."Bu, aku ajak Marvel ke taman ya," kata Baby sitternya."Oh iya, hati-hati ya," kataku.Aku tak bisa ikut karena membantu Kiara membuat tugas rumah yang akan dibawa besok.Satu jam kemudian, baby sitter Marvel menelfonku."Bu, Marvel hilang, Bu," ucapnya sambil menangis sesegukan.Aku dapat mendengar banyak orang yang bertanya padanya, aku langsung meninggalkan Kiara."Bu, aku harus k
Baca selengkapnya

Rindu Pada Suami

Setelah panggilan itu, tak ada suara lagi. Aku menceritakan pada Pak Willi. Kami melacak nomor panggilan supir Mas Ilham.Aku sedih sekali karena Mas Ilham tak kunjung di temukan. Dia bahkan tidak bisa dihubungi, kata supirnya mereka dalam bahaya."Bu, bagaimana ini? Mas Ilham tak ditemukan," kataku sedih bercampur khawatir."Sabar, ya. Ibu juga khawatir tapi ibu hanya bisa bantu dia agar Ilham selamat," kata ibu.Bukan hanya aku dan ibu yang merasa sepi tak ada Mas Ilham. Kiara dan Marvel juga sering rewel.Sudah dua hari Mas Ilham belum juga di temukan. Aku mulai merindukan suamiku.Siang itu saat aku di toko, Mas Arfan mendatangiku."Kinan, aku mendengar kabar hilangnya Ilham. Apa kamu merasa kesepian?" tanya Mas Arfan."Maksud kamu apa?" tanyaku.Aku lagi tak ingin diganggu karena hati tengah berduka. Tapi Mas Arfan malah datang dan menanyakan hal yang tak penting."Kalau kamu kesepian, aku
Baca selengkapnya

Support Keluarga

Kami di izinkan masuk menemui Mas Ilham walaupun dia belum sadar. Aku melihat banyak lebam di sekujur tubuhnya."Mas, ini aku istri mu," ucapku sembari duduk di sampingnya.Kata Dokter pihak keluarga harus membantu agar Mas Ilham cepat sadar. Maka dari itu, aku sering mengajaknya berkomunikasi."Mas, lihat Marvel kangen sama kamu loh. Bangun ya, biar kamu sembuh lalu bisa gendong Marvel lagi," ucapku.Sepanjang malam aku menemani Mas Ilham, sementara Ku minta baby sitter membawa Marvel pulang.Aku juga membacakan ayat suci Al-Qur'an di samping Mas Ilham.Tiba-tiba matanya terbuka perlahan. Aku segera memanggil dokter. Dokter memeriksanya."Alhamdulillah Pak Ilham sudah sadar," ucap Dokter."Ka..kalian siapa? Aku di mana?" tanya Mas Ilham pelan."Pak Ilham di rumah sakit," jawab Dokter.Mas Ilham menoleh ke arahku, aku tersenyum padanya. Namun, dia bersikap biasa saja tanpa membalas senyumku.
Baca selengkapnya

Si Pengganggu

Tengah enak tiduran setelah salat magrib. Tiba-tiba Mas Ilham bangun."Ada apa, Mas?" tanyaku."Mau ke kamar mandi," jawabnya.Dia ke kamar mandi sementara aku masih tiduran. Ponselku berdering, panggilan dari Mas Arfan. Ku abaikan saja, hingga akhirnya diangkat Mas Ilham."Ngapain nelfon-nelfon istri orang?" tanya Mas Arfan."...,""Jangan ganggu istriku lagi," kata Mas Ilham lalu memutuskan panggilan telfon dari Mas Arfan.Setelah itu dia mengotak-atik ponselku."Aku blokir nomor dia," ucap Mas Ilham lalu meletakkan kembali ponselku."Kinan...Ilham...ayo makan!" Ajak ibu.Aku dan Mas Ilham lalu ke luar untuk makan bersama."Mas Ilham ngapain magrib-magrib dekem di kamar," kata Dina."Ya biarin kan aku punya istri," kata Mas Ilham.Mas Ilham makan banyak sekali, dia sangat lahap makan masakan ibu."Ini masakan ibu? Enak sekali ya," kata Mas Ilham."
Baca selengkapnya

Siapa Yang Meninggal?

Sampai rumah, aku melihat Marvel tengah bermain. Ku hampiri dia lalu ku cium pipi gembulnya."Bagaimana keadaan bapak, Bu?" tanya Bi Sri."Alhamdulillah Mas Ilham sudah sembuh dari amnesianya, Bi," jawabku."Alhamdulillah, semoga lekas bisa pulang," ucap Bi Sri.Kiara sudah berangkat ke sekolah. Sementara Dina dan Sofia sudah berangkat kerja. Padahal aku juga kangen dengan Kiara. Aku takut trauma yang Kiara pernah alami kembali terulang. Namun, mengetahui dia sudah ke sekolah artinya dia baik-baik saja.**Siangnya aku kembali ke rumah sakit, ternyata Sofia di sana. Jadi aku meminta Sofia mengajak Mama untuk segera pulang."Mbak, katanya ada orang yang dianiaya preman hingga meninggal loh," kata Sofia. "Ngeri banget ya," kata Sofia."Masak sih, kamu tahu dari mana?" tanyaku."Tadi perawat yang periksa Mas Ilham cerita. Katanya wajahnya penuh luka," jawab Sofia.Aku menjadi penasaran dengan oran
Baca selengkapnya

Antara Hidup Dan Mati

Keadaan Mas Arfan sangat memprihatinkan, aku terpaksa mengajak Kiara pulang karena Mas Arfan sedang di tangani dokter."Aku gak mau pulang," tolak Kiara."Kiara harus pulang," ucapku."Ya sudah biarkan saja kamu dan Kiara di sini dulu," kata Mas Ilham.Mas Ilham pamit pulang, sementara aku masih di rumah sakit menemani Kiara.Kini Mas Arfan berada antara hidup dan mati. Dokter bilang, usianya tak lama lagi karena keadaannya sangat parah. Mendengar hal itu, Kiara menangis.Walaupun Kiara sudah diabaikan oleh Mas Arfan selama ini, tapi dia masih mau berbuat baik pada Mas Arfan."Ma, apa papa akan pergi?" tanya Kiara."Mama tidak tahu, kita doakan saja yang terbaik buat papa," ucapku.Hingga siang hari keadaan Mas Arfan masih sama. Tak ada perkembangan sama sekali justru semakin buruk. Kiara terduduk lesu saat melihat keadaan Mas Arfan.**Sorenya Mas Ilham mengajak kami pulang. Namun, Ki
Baca selengkapnya

Kiara Sakit

ku heran dengan saudara Mas Arfan, di saat Mas Arfan susah saja mereka tak ada tapi setelah tiada malah minta bagian."Dasar gak punya perasaan," ucapku.Kiara pulang dari sekolah, dia terlihat pucat sekali. Ku pegang keningnya, panas sekali."Sayang, kamu demam," ucapku. "Makan dulu setelah itu minum obat,'' kataku lalu ke dapur mengambilkan Kiara makan.Kiara makan di kamar setelah ku bantu ganti baju. Setelah makan ku suruh dia minum obat demam lalu istirahat. Aku berharap setelah minum obat demamnya segera sembuh.Hingga sore, demam Kiara belum juga sembuh. Jadi setelah Mas Ilham pulang aku ajak dia ke rumah sakit membawa Kiara.Sampai di rumah sakit dokter memeriksa Kiara. Ternyata Kiara harus di rawat di rumah sakit.Mas Ilham mengambil baju kami untuk di rumah sakit. Aku merasa kasihan karena Kiara tampak lemas sekali. Namun, setelah meminum obat demamnya sudah turun."Sayang, cepat sembuh ya," ucapku.
Baca selengkapnya

Tenang Sejenak

Masalah dengan keluarga Keno sudah selesai. Kini kami bisa bernafas lega karena bisa tenang.Mas Ilham mengajak kami untuk berlibur, setelah sekian lama kami semua menghadapi masalah yang bertubi-tubi."Sayang, bagaimana kalau kita liburan?" tanya Mas Ilham. "Kita ajak anak-anak sekalian," sambungnya."Boleh saja, Mas. Tapi ya kamu harus izinkan Kiara dulu," kataku."Tenang saja, nanti aku atur," kata Mas Ilham.Dua hari kemudian kami berangkat berlibur. Sengaja kami memilih hari Sabtu dan Minggu agar tak mengganggu sekolah Kiara. Tidak lupa kami mengajak baby sitter Marvel agar aku tak kewalahan menjaga mereka."Villa milik Pak Wiili ini tidak pernah di pakai. Mereka jarang sekali berlibur ke sana," kata Mas Ilham."Wah, kita dong yang duluan pakai," ucapku."Iyalah, lagian itu kan villa buat Putra, tapi malah Putra udah gak ada," kata Mas Ilham.Perjalanan hampir dua jam, kami tidak berhenti sama seka
Baca selengkapnya

Peneror Di Villa

Kami semua terkejut karena ada orang yang sengaja memecahkan kaca. Mas Ilham mengambil sebuah batu yang dibungkus dengan kertas putih. Ternyata ada tulisannya, "Jual Villa ini segera, kalau tidak kalian tak akan tenang," begitulah tulisan yang ada di dalam kertas.Setelah itu, Mas Ilham mencoba menghubungi pihak RT setempat bersama Pak Karno. Urusan ini harus segera di selesaikan.Pak Willi tak akan mau untuk menjual villa tersebut karena itu milik Putra.Di saat Mas Ilham dan Pak Karno pergi, kami dikejutkan dengan bangkai yang ada di jendela kamarku."Bu Min...," Panggilku.Bu Min berlari tergopoh-gopoh ku tunjukkan bangkai ayam yang ada di dekat jendela luar kamarku."Ya ampun! Apa-apaan ini?" tanya Bu Min ikut terkejut.Kiara dan baby sitter Marvel pun ikut terkejut melihatnya. Bu Min langsung ke luar rumah dan menyingkirkan bangkai itu segera.Kami tak merasa punya salah, tetapi malah kami dikejutkan dengan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status