Home / Pernikahan / Bidadari di Dalam Rumahku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Bidadari di Dalam Rumahku: Chapter 41 - Chapter 50

109 Chapters

Orang Tua Kinan Hilang

Kinan sampai di rumah, dia melihat api melalap sebagian rumahnya. Bi Sri sudah memanggil pemadam kebakaran."Bi, bagaimana ceritanya?" tanyaku bingung. Padahal saat aku pergi keadaan rumah baik-baik saja."Sepertinya ada yang sengaja membakar rumah Non Kinan," jawab Bi Sri. "Aku melihat ada orang membawa jerigen. Dia langsung menyulutkan api setelah menyiram sebagian rumah dengan bensin," sambung Bi Sri."Aku yakin ini pasti ulah Arfan," kata papa. "Aku tidak terima Kinan," kata papa marah.Memang tidak semua terbakar, hanya bagian belakang saja. Namun, tetap saja aku harus mengeluarkan biaya lagu untuk memperbaikinya."Pak, lebih baik kita tunggu keterangan dari polisi dulu," kataku.Api sudah padam, kami pun bertanya pada polisi apa penyebab kebakaran di rumah kami."Sepertinya dugaan Bi Sri benar, Bu Kinan. Ada orang yang sengaja membakar rumah ini," kata polisi. "Kami akan mengusut kasus ini," sambung polisi.Rumahku masih bisa ditempat namun bagian belakang harus di perbaiki. Kam
Read more

Siapa Pelakunya?

Aku pusing memikirkan semua ini. Apa mungkin papa selamat? Tapi kenapa dia tak menghubungiku? Lalu mama dimana dia? Pikiranku tak karuan."Ma, jangan sedih ya! Oma dan Opa pasti baik-baik saja," kata Kiara."Benar, Mbak. Kita doakan mereka saja agar tetap lindungan Allah," ucap Ilham.Rumahku sudah selesai di renovasi, namun aku belum berani kembali mengingat rumah mama pasti akan sepi."Bagaimana mungkin Kiara bisa melihat papa di resto, Ham? Apa papa memang sengaja membuat rencana ini?" tanyaku."Jika seperti itu, apa tujuannya?" tanya Ilham."Entahlah aku tak tahu. Jika memang benar aku sangat kecewa padanya," jawabku.Malam itu aku tak bisa tidur. Aku melihat ada orang masuk ke rumah mama. Aku melihat dia masuk ke kamar mama."Siapa kamu?" tanyaku setengah berteriak.Orang itu langsung saja pergi melalui jendela. Aku kehilangan jejaknya."Ada apa, Mbak?" tanya Ilham baru datang."Ada orang masuk kamar mama," jawabku."Coba kita cek apa yang hilang," kata Ilham.Kami mengecek kamar
Read more

Bantuan Mas Arfan

Sampai saat ini belum juga ada perkembangan perihal hilangnya orang tuaku. Aku semakin pusing, jika polisi saja tidak bisa menemukan papa apalagi aku dan Ilham.Saat aku tengah melamun sore itu, Mas Arfan datang. Dia menawarkan bantuan untuk mencari orang tuaku."Kinan, bagaimana kalau aku bantu kamu?" tanya Mas Arfan."Bantu aja kalau kamu mau. Siapa tahu kamu bisa temukan orang tuaku," jawabku.Mas Arfan lalu pulang, entah apa yang dia lakukan untuk membantuku."Tadi Mas Arfan ke sini, dia bilang akan membantu," kataku.Seketika raut wajah Ilham berubah, dia diam saja."Kamu kenapa?" tanyaku."Oh tidak, Mbak," jawab Ilham.Aku merasa Ilham tak suka Mas Arfan menemuiku. Apa dia cemburu? Entah hanya dia yang tahu.***Dua hari berlalu, tiba-tiba saja Mas Arfan datang. Yang membuat aku terkejut, dia membawa mama dan papa. Hanya saja keadaan mereka babak belur."Mama...papa...," teriakku.Ilham langsung membantu Mas Arfan membawa Mama dan papa ke kamar. Aku segera memanggil Dokter ke
Read more

Ilham Merendah

Hubungan antara Aku dan Mas Arfan memang membaik. Tapi tetap saja tak ada niatan untukku rujuk dengannya.Aku sudah pindah ke rumahku bersama dengan Kiara dan Ilham."Ma, Om Ilham mana?" tanya Kiara."Gak tahu, gak ada di kamar?" tanyaku.Kiara menggeleng, kemana Ilham biasanya kalau keluar selalu izin.Hingga malam Ilham tak memberi kabar. Aku telfon ponselnya malah tak aktif."Ma, temani Kiara tidur ya," kata Kiara.Aku menemani Kiara tidur, setelah Kiara tidur aku baru bangun dan melihat keluar lagi. Ilham belum pulang, kamarnya juga masih kosong."Cari Mas Ilham ya, Bu?" tanya Bi Sri."Iya, Bi. Dia sejak siang gak ada. Ditelfon juga gak bisa," jawabku."Bu Kinan suka sama Mas Ilham?" tanya Bi Sri.Pertanyaan itu terdengar lancang tapi aku tak marah pada Bi Sri."Apaan sih, Bi. Gak waktunya bercanda," kataku lalu masuk ke kamarku.Aku gak mau kalau Bi Sri sampai tahu aku khawatir pada Ilham.Akupun akhirnya tertidur, bangun tengah malam. Mencari Ilham kembali tapi tetap nihil."Kem
Read more

Jadikan aku, Ayahmu!

Pagi itu aku dan Kiara sarapan bersama. Ilham sudah sarapan lebih dulu. Dia sedang di depan membersihkan mobil."Ma, kita di rumah aja?" tanya Kiara."Iyalah, mau kemana lagi?" tanyaku."Ke kolam renang yuk, Ma!" ajak Kiara.Kiara merengek, akhirnya aku mengalah. Aku sedang halangan jadi tak bisa menemani Kiara. Ku minta Ilham menemani Kiara."Ham, Kiara ngajak pergi berenang. Aku lagi halangan, nanti kamu temani dia ya," kataku."Iya, Mbak," ucap Ilham.Kami bertiga pergi berenang. Di rumah ada kolam renang tapi Kiara tak suka. Dia lebih suka renang di tempat umum karena banyak temannya."Kiara, boleh minta tolong gak?" tanya Ilham."Minta tolong apa, Om?" tanya Kiara."Jadikanlah aku ayahmu," jawab Ilham.Kiara tertawa, sementara Aku menabok pelan Ilham dengan tasku."Om Ilham mau jadi ayahnya Kiara?" tanya Kiara."Iya, kamu mau gak?" tanya balik Ilham."Mau, tapi ada syaratnya," jawab Kiara."Apa syaratnya?" tanya Ilham."Nanti aku kasih tahu," jawab Kiara.Kami sampai di kolam ren
Read more

Ada apa dengan Mereka?

Aku tak habis pikir mama dan papa tega memecat Ilham. Padahal semalam ini Ilham tak pernah melakukan kesalahan.Pagi itu, Papa membawakan sopir baru untukku. Orangnya sudah berumur dan mungkin sudah punya cucu."Kinan, ini Pak Juki. Dia yang akan menjadi supir kamu," kata papa. "Soal pekerjaan jangan diragukan lagi, dia sudah berpengalaman," sambung Papa.Aku hanya diam saja, lalu aku meminta Pak Juki mengantar aku dan Kiara berangkat.Sebenarnya ada apa dengan orang tuaku? Mereka berubah drastis sama seperti Mas Arfan dan kedua orang tuanya.Aku seperti tak mengenali orang tuaku lagi sejak mereka pulang di culik.***Saat jam makan siang, mama datang ke kantor. Dia membawakan aku makan siang, hal yang tidak pernah mama lakukan sebelumnya."Kinan, mama mau kamu baikan sama Arfan. Ingat, Kinan! Dia sudah menolong mama dan papa," kata Mama."Maksud mama apa menyuruh aku baikan sama Mas Arfan? Bukannya selama ini aku udah baik sama Mas Arfan? Tapi dia aja yang sombong," bantahku."Maksud
Read more

Restu Orang Tua

Setelah makan, kami kembali mengobrol. Bu Minah sangat baik padaku dan Kiara."Nak Kinan, maafkan kelakuan adik-adiknya Ilham ya. Beginilah keadaan keluarga kami," kata Bu Minah."Tidak apa-apa, Bu," jawabku."Kalau memang kalian serius mau menikah, Ibu restui kamu," ucap Bu Minah. "Tapi ya kamu harus terima kekurangan Ilham," sambung Bu Minah."Iya, Bu. Saya juga punya kekurangan. Ibu lihat sendiri saya hanya janda beranak satu. Aku kira ibu malah tak merestui kami," kataku.Bu Minah tersenyum, "Asal Ilham bahagia, Ibu setuju saja, Nak," kata Bu Minah.Sudah malam kami pamit pulang. Ilham mengantarku meskipun kami memakai kendaraan sendiri-sendiri.Sampai di rumah Mama dan papa ternyata ada di rumah. Dia marah melihat aku pulang diantar Ilham."Dari mana kamu?" tanya Mama.Papa ekspresinya sangat marah aku bisa melihat dari wajahnya."Kamu baru pergi sama Ilham? Kenapa kamu tidak dengarkan kami?" tanya Papa."Maaf, Pa. Jika keinginan kalian saya kembali pada Mas Arfan saya tidak bisa
Read more

Ana Hilang

Aku segera ke kamar menyusul Kiara yang sudah tidur lebih dulu. Sebelum aku tidur, aku mengirimkan foto tadi ke Ilham."Tolong selidiki!" pintaku.Setelah itu aku tidur. Ilham belum memberi kabar saat aku terbangun. Jadi aku harus sabar.Aku berniat untuk mengunjungi Ana di rumah sakit. Aku berangkat kerja dulu.Di kantor aku bertemu Pak Willi, dia tengah berbicara dengan seseorang. Aku seperti mengenal bentuk tubuhnya."Ilham," panggilku.Ilham dan Pak Willi menoleh ke arahku."Ngapain kamu di sini?" tanyaku."Dia kerja di sini, dia yang akan bantu aku mengelola perusahaan ini," jawab Pak Willi. "Kamu kan tahu Putra tak ada, jadi aku percayakan sama Ilham," kata Pak Willi."Oh gitu," ucapku.Aku akan satu kantor dengan Ilham. Orang yang dulu jadi supirku.Sore itu aku pulang dari kantor langsung ke rumah sakit. Aku mencari kamar Ana yang telah di kasih tahu perawat.Aku melihat orang tua Mas Arfan bersama seorang bayi. Mas Arfan meneteng tas bayi."Kinan, ngapain kamu kemari?" tanya M
Read more

Arfan Caper

"Eh Kinan, kamu di sini?" tanya Mas Arfan."Iya, Mas," jawabku."Ilham, kamu sekarang kerja kantoran?" tanya Mas Arfan."Iya," jawab Ilham singkat."Sayang meskipun kerja kantoran kamu tetap tidak cocok sama Kinan," kata Mas Arfan membuatku muak."Kinan, kita belanja yuk! Nanti malam aku jemput!" ajak Mas Arfan."Maaf, Mas. Aku gak bisa," tolakku.Pesanan kami sudah datang, kami segera makan sementara Mas Arfan baru dapat minuman saja."Kinan, makan siang kamu aku yang traktir ya," kata Mas Arfan.Tiba-tiba aku punya ide licik untuk mengerjai Mas Arfan."Boleh, Mas. Kalau gitu aku pesan lagi ya, Mas," kataku."Oh boleh," kata Mas Arfan.Aku memanggil pelayan lalu memesan beberapa makanan lagi. Namun, aku pesan agar makanan tadi di bungkus saja. Jumlah yang aku pesan dalam jumlah besar."Udah yang banyak pesannya," kata Mas Arfan."Udah banyak kok, Mas," kata pelayan."Punyaku gak sekalian dibayar, Mas?" tanya Ilham."Gak mau aku bayar punya kamu, aku hanya bayar pesanan aku sama pesan
Read more

Nyawa Dibayar Nyawa

Aku tak kunjung menikah dengan Mas Arfan lagi akhirnya keluarga Mas Arfan marah. Tapi aku tak peduli, justru aku malah semakin dekat dengan keluarga Ilham.Mas Arfan tak terima dia menemui Bu Minah. Dia mengatakan kalau Kinan akan menikah dengan dia lagi. Bahkan dia membuat keluarga Ilham membenciku. Aku tahu semua karena Ilham menceritakan semua padaku. Dan kini aku berjuang bersama Ilham mengembalikan kepercayaan keluarga Ilham.Aku datang ke rumah Ilham bersama Kiara."Bu Minah, aku mohon jangan dengarkan ucapan mantan suamiku. Aku tak mungkin kembali padanya. Kiara saja tak mau kami kembali. Dia sudah trauma karena pernah di sekap papanya sendiri," tuturku."Bu, tolong percaya sama kamu! Keluarga Kinan terpaksa meminta Kinan menikah dengan Arfan lagi karena urusan masa lalu," kata Ilham."Kalau gitu ceritakan semua," kata Dina.Ilham lalu menceritakan soal hubungan papa dan Anindya hingga rencana keluarga Mas Arfan membalas d
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status