All Chapters of Rahasia Suamiku dan Keluarganya: Chapter 21 - Chapter 30

207 Chapters

Bab 21 Praduga

Entah kenapa setelah mendengar ucapan Kak Dimas rasanya hati ini seperti diiris pisau tajam. Jangan sampai bayi itu adalah anakku. Meskipun aku tak memiliki bukti yang kuat tetapi aku yakin menghilangnya bayiku itu ada campur tangan dari Ibu dan Mas Rama."kira-kira itu bayi siapa ya Kak?" tanyaku dengan tatapan gelisah."Entahlah, Rah. Yang jelas bayi itu diambil Ibu mertuamu dari seseorang, lalu ia menyuruh pengawalnya untuk mengubur bayi itu di belakang gudang,"Kenapa harus di belakang gudang? Bukankah desa itu memiliki tempat pemakaman umum yang cukup luas? Rasanya aku semakin tak sabar ingin mengungkap semua kasus ini."Jangan sedih ya, Rah. Kita harus kuat dan berani untuk menghadapi semua ini," ucap Kak Dimas sembari menyentuh punggung tanganku."Tapi yang kita lawan itu bukan orang sembarangan Kak, dia suamiku, keluargaku sendiri Kak," jawabku sambil menatapnya putus asa.Bagaimana caraku untuk menang? Memang terkadang aku merasa yakin terhadap diriku sendiri, tetapi tak da
Read more

Bab 22 Membuntuti Mobil Ibu

"Maaf ya kak, karena aku Kakak jadi seperti ini,""Gak masalah Rah, kalau bukan Kakak yang melindungi kamu, siapa lagi? Sekarang kamu pulang ya dan jangan cerita apa-apa pada Mama. Kakak sudah berbohong padanya jika Kakak hanya pergi liburan saja. Kakak disini punya waktu dua minggu, jadi kita harus cepat bertindak," ucap Kak Dimas menggenggam tanganku."Ya sudah, kalau gitu aku pulang dulu. Jaga diri baik-baik ya, Kak. Dan ini uang untuk pegangan Kakak selama disini," ucapku sembari memberikan beberapa lembar uang."Makasih ya, Rah. Kebetulan Kakak nggak ada uang cash," ucapnya tersenyum."Iya Kak. Sama-sama."Setelah berpamitan dengan Bu Yanti aku kembali menghampiri tukang ojek tadi, ia sedang duduk disebuah warung sambil meminum secangkir kopi."Sudah Neng?" tanya tukang ojek itu padaku."Sudah, Mas. Ayo kita pulang sekarang."Kami pun pergi meninggalkan kampung ini. Rasa takut mulai timbul, bagaimana jika nanti Ibu dan Mas Rama sudah di rumah dan mendapati aku tidak ada di rumah?
Read more

Bab 23 Penyusup Itu? Aku

Benih? Harga tinggi? Apakah yang dimaksud pria asing itu adalah keturunan Mbak Wati? Mengingat jika Mbak Wati sudah pernah melahirkan sebelumnya. Bisa dikatakan jika Mbak Wati memiliki paras yang begitu cantik, jika ia melahirkan pasti ia akan melahirkan bayi yang tak kalah cantik darinya.Tubuhnya tinggi kurus, memiliki kulit putih, wajah yang bersih dan rambutnya pun panjang dengan bentuk wajah yang sempurna, hanya saja ia tidak telaten merawat dirinya, sehingga membiarkan kecantikan itu pudar dengan penampilannya yang sederhana.Tetapi yang menjadi pertanyaan ku saat ini, siapa yang sudah menghamili Mbak Wati? Bukankah ia hanya ada didalam rumah setiap harinya?Dan pria asing itu mengatakan jika benih dari Mbak Wati dihargai tinggi. Apakah mungkin bayi yang dilahirkan Mbak Wati itu sudah dijual dan diuangkan?Aku harus menyelidiki siapa laki-laki itu."Aku tidak akan memberikanmu barang jelek kali ini. Sekarang kamu berikan barang itu padaku," sahut Ibu."Aku sudah membawanya, ber
Read more

Bab 24 Dimana Anakku Sekarang?

Sore ini terlihat Mbak Wati yang sedang memasak Untuk makan malam nanti. Saking sibuknya ia tak menyadari keberadaan ku dibelakangnya."Ehh.. Nona. Bikin kaget saja," ucapnya sembari mengelus dada."Lagian serius amat sih, Mbak." ucapku tertawa."Kemari Nona, saya mau bicara."Untuk pertama kalinya Mbak Wati menarik lenganku untuk memulai pembicaraan. Ia celingukan kearah dalam, lalu mengambil sesuatu dari keranjang cucian."Apakah pakaian ini milik Nona?" tanya Mbak Wati padaku sembari mengeluarkan hoodie dan celana jeans yang ku sembunyikan di keranjang cucian."Cepat sembunyikan, Mbak." titahku pada Mbak Wati."Berarti benar ini milik Nona?" tanya Mbak Wati penasaran."Iya, memangnya kenapa? Awas ya jika kamu buka mulut dengan Ibu atau Mas Rama," ancamku padanya.Mbak Wati menghela nafas pelan."Sebenarnya apa yang Nona lakukan dengan memakai baju itu? Untung saja Edy dan yang lainnya tak berhasil menangkap Nona," ucap Mbak Wati khawatir."Apa kamu mau tahu, apa yang sudah aku laku
Read more

Bab 25 Keterlaluan Kamu, Mas!

"Tolong jawab pertanyaanku, Mbak?""Sudah pasti iya, Nona. Kemana lagi jika bukan dijual?"Kaki ini rasanya tak kuat lagi menopang tubuh yang mulai lemas, aku terduduk bersimpuh dilantai dengan bergelimang air mata. Rasanya aku tak percaya dengan ucapan Mbak Wati barusan.Tidak! Tidak! Anakku tidak boleh dijual!Jari jemariku mengepal erat. "Keterlaluan kamu, Mas. Lihat saja, suatu saat nanti aku akan membunuhmu! Lihat saja, aku akan membuat kalian menyesal dengan perbuatan yang sudah kalian lakukan!" ucapku penuh amarah."Sabar. Bukan hanya Nona, tetapi kedua anak saya juga sudah menjadi korban kejahatan mereka. Dan saya harap yang ketiga ini bisa selamat," ucap Mbak Wati memelukku.Dunia rasanya hancur dan langit terasa runtuh. Anakku, darah dagingku dijual oleh ayahnya sendiri. Apa laki-laki itu pantas dipanggil seorang ayah?Dengan nafas yang masih terasa sesak, akupun berdiri lalu berjalan ke arah kursi di meja makan. Duduk disana dengan hati yang tak karuan. "Ayo, kita harus me
Read more

Bab 26 Jangan Sentuh Aku!

Mas Rama terasa merebahkan diri di belakangku, melingkarkan tangannya di pinggangku."Apa kamu ingin punya anak lagi, Rah?" bisik Mas Rama."Iya tentu saja," jawabku singkat."Kalau begitu, bagaimana kalau kita buat sekarang, sayang?" ucap Mas Rama mengendus tengkukku.Dengan segera aku menepis tubuhnya lalu duduk di tepi ranjang. Luka bekas lahiran sebelumnya saja belum kering, tetapi dia sudah meminta berhubungan intim lagi? Dasar pria gila."Kenapa, sayang?" Ia bangkit, mencoba merangkulku lagi dari belakang."Apa kamu mencintaiku, Mas?" tanyaku tanpa menoleh."Tentu saja, Mas sangat mencintaimu," ucapnya mencium pipi serta leherku.Entahlah, aku seolah tidak yakin kalau Mas Rama benar-benar mencintaiku. Rasanya aku tak ingin disentuh olehnya lagi. Rasanya aku ingin berteriak dan marah dihadapan wajahnya jika ia adalah seorang penjahat."Kalau kamu memang mencintaiku, tolong jangan menyentuhku ataupun meminta itu lagi sebelum aku siap, Mas. Ini belum ada empat puluh hari, belum sel
Read more

Bab 27 Pengakuan Mbak Wati

Walaupun terhalang beberapa perabotan, tetapi aku masih bisa melihat dengan jelas jika Mas Rama baru saja keluar dari kamar Mbak Wati dengan rambut yang acak-acakan seperti orang yang baru bangun tidur. Apakah suamiku itu semalaman tidur di kamar Mbak Wati? Apakah mungkin Mbak Wati hamil karenanya?Aku mengepalkan kedua tangan ini hingga urat-uratku timbul. "Awas saja kamu Mas jika dugaanku itu benar, seumur hidupku aku tidak akan memaafkanmu, aku benci kamu mas! Aku benci," gumamku pelan.Seketika dadaku bergemuruh hebat, sudut netra ini mulai memanas dilanda amarah yang kian menggunung. Kau sudah banyak menorehkan luka di hidupku, Mas. Kamu jahat!Tak berselang lama, Mbak Wati pun keluar dari kamarnya dengan rambut yang setengah basah, sepertinya ia habis mandi.Raut wajah terkejut tergambar jelas di wajah Mbak Wati, untuk beberapa saat kami pun saling bersitatap. Aku menatapnya dengan penuh amarah, sementara ia yang ketakutan."Nona," ucapnya seperti ketakutan.Aku hanya diam, men
Read more

Bab 28 Flashdisk

Pukul tujuh pagi Mas Rama masih terlelap, entah berapa ronde yang ia lakukan dengan Mbak Wati semalam hingga jam segini Ia belum tersadar. Aku merasa suntuk, lalu berjalan keluar menuju halaman depan rumah, diujung pagar ada beberapa pengawal Ibu yang sedang duduk di pos penjagaan. "Bang, saya dapat informasi kalau ada pemuda yang datang menginap beberapa hari di salah satu penginapan. Katanya saat ini pemuda itu menghilang, tak ada di penginapannya. Apakah mungkin penyusup yang masuk dalam gudang perkebunan, pemuda itu?" ucap salah satu penjaga.Dari kejauhan aku masih bisa mendengar salah satu pengawal Ibu berbicara dengan Edy di pos penjagaan itu. Sekarang dadaku mulai berdebar, apakah mungkin yang mereka maksud itu adalah Kak Dimas?"Bisa jadi, karena warga disini tidak ada yang berani masuk ke gudang itu tanpa izin dan bisa jadi orang yang menyusup ke rumah ini lewat pintu belakang kemarin adalah dia," sahut Edy."Apa kamu tahu siapa nama pemuda itu?" tanya Edy lagi.Aku menela
Read more

Bab 29 Terpaksa Membunuh

Sebenarnya untuk apa Ibu menyimpan flashdisk yang berisi video ini? Apakah mereka sengaja merekam adegan-adegan tak pantas kami lalu video itu akan mereka jual?Keterlaluan !Tapi, kenapa harus aku?!Dengan tangan bergetar aku mematikan kembali laptop Ibu, lalu segera mengambil flashdisk yang menayangkan adegan ranjangku dengan Mas Rama yang tertancap pada laptop itu dan beberapa flashdisk lainnya, ini semua akan aku jadikan barang bukti suatu hari nanti. Dengan segera aku berjalan menuju lemari lain. Namun, aku tidak menemukan bukti apa-apa lagi, didalam sana hanya ada beberapa laci yang tak bisa kubuka karena terkunci rapat. Dalam salah satu laci aku menemukan sebuah belati yang begitu tajam, aku pun mengambilnya siapa tahu, suatu saat nanti benda itu akan berguna untukku.Lalu aku bergegas keluar dengan hati yang kacau, aku tak terima tubuhku dipertontonkan banyak orang, aku benar-benar sudah tidak tahan berada dalam keluarga ini.Ku buka pintu dengan perlahan sembari celingukan d
Read more

Bab 30 Mengubur Mayat Edy

Perasaanku mendadak cemas, entah kemana Mbak Wati saat ini. Dia meninggalkanku sendirian di halaman belakang dengan mayat Edy dan kuburan yang ada didepan mataku.Tiba-tiba lampu besar didekat pintu dapur mendadak mati lalu dari pintu itu Mbak Wati keluar dengan membawa dua buah cangkul."Ayo Nona, kita gali kuburan ini."Hanya pencahayaan dari sinar rembulan yang cenderung gelap menambah kesan ngeri, memegang cangkul untuk pertama kalinya aku menghantamkannya ke tanah dengan sekuat tenaga. Mbak Wati menggali di ujung kanan sementara aku menggali di ujung kiri. Entah kekuatan dari mana tenagaku rasanya tidak ada habisnya."Ayo Nona, kita harus cepat sebelum ada penjaga lain yang datang kemari," ucap Mbak Wati dengan nafas ngos-ngosan.Keringat yang sudah membasahi wajah dan tubuhku sengaja tak kuhiraukan. Kami pun terus mencangkul tanah itu dengan kecepatan tinggi. Beruntung kami tidak terlalu kesulitan untuk mencangkul tanah ini, karena tanah ini sudah pernah digali orang lain sebelu
Read more
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status