Mas Rama terasa merebahkan diri di belakangku, melingkarkan tangannya di pinggangku."Apa kamu ingin punya anak lagi, Rah?" bisik Mas Rama."Iya tentu saja," jawabku singkat."Kalau begitu, bagaimana kalau kita buat sekarang, sayang?" ucap Mas Rama mengendus tengkukku.Dengan segera aku menepis tubuhnya lalu duduk di tepi ranjang. Luka bekas lahiran sebelumnya saja belum kering, tetapi dia sudah meminta berhubungan intim lagi? Dasar pria gila."Kenapa, sayang?" Ia bangkit, mencoba merangkulku lagi dari belakang."Apa kamu mencintaiku, Mas?" tanyaku tanpa menoleh."Tentu saja, Mas sangat mencintaimu," ucapnya mencium pipi serta leherku.Entahlah, aku seolah tidak yakin kalau Mas Rama benar-benar mencintaiku. Rasanya aku tak ingin disentuh olehnya lagi. Rasanya aku ingin berteriak dan marah dihadapan wajahnya jika ia adalah seorang penjahat."Kalau kamu memang mencintaiku, tolong jangan menyentuhku ataupun meminta itu lagi sebelum aku siap, Mas. Ini belum ada empat puluh hari, belum sel
Read more