All Chapters of Rahasia Suamiku dan Keluarganya: Chapter 41 - Chapter 50

207 Chapters

Bab 41 Membunuh Lagi

Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang? Kenapa ia tidak ikut tertidur seperti yang lainnya?"Bang Anton!" ucap Mbak Wati."Ngapain kalian disini?" tanya lelaki itu dengan tatapan menyelidik."Memangnya kenapa? Yang sopan ya kalau berbicara denganku, apa kamu lupa aku ini siapa?" ucapku sinis.Lelaki itu malah menyeringai."Ini masih pagi, tetapi kenapa semua orang bisa tertidur pulas? Dan anehnya tidak ada satupun orang yang bisa dibangunkan. Sementara kalian berada disini dengan keadaan terjaga. Apa yang sudah kalian lakukan, hah?" ujar penjaga bernama Anton itu.Rupanya ia sudah mulai mencurigaiku, apa boleh buat aku juga harus melenyapkan lelaki ini seperti Edy, beruntungnya tadi aku sempat menyelipkan sebuah belati di pinggangku sehingga aku tidak perlu pusing lagi untuk menyingkirkan Anton menggunakan alat apa."Saya hanya menemani Nona berkeliling sambil berfoto Bang," sahut Mbak Wati."Jangan bohong! Kamu pikir aku akan percaya dengan wanita jalang sepertimu, hah? Cepat mi
Read more

Bab 42 Kak Dimas Membawa Mayat Itu

"Haha, mungkin. Tapi untungnya mayat itu sudah berhasil keluar Non. Oh iya, itu Kakak Nona sekarang sudah sampai mana?" "Sebentar Mbak, aku telepon dulu," ucapku sambil membuka layar ponsel lalu menghubungi nomor Kak Dimas."Halo. Bagaimana Rah?" ucap Kak Dimas di seberang sana."Sudah sampai dimana Kak? Apa masih jauh?""Sebentar lagi Rah, tunggu saja. Apa mayatnya sudah dibungkus?" tanya Kak Dimas."Sudah Kak, sudah kita masukkan ke dalam karung besar, tapi kalau bisa cepat ya Kak. Soalnya aku takut semua penghuni rumah keburu bangun,""Iya sabar dulu ya, ini Kakak juga sudah cepat kok. Kamu tunggu saja di tempat yang aman dan jangan sampai ada orang yang curiga saat melihat karung itu,""Baiklah," ucapku lalu menutup panggilan telepon.Aku berjalan mondar-mandir di dekat tembok pembatas dengan perasaan tegang, takut saja jika ada orang lain yang melihat karung itu."Mbak, menurutmu apa kita perlu pergi sekarang lalu melapor pada polisi? Mengingat aku sudah memiliki cukup bukti dan
Read more

Bab 43 Para Wanita Dalam Jeruji Besi

"Ayo Mbak, kita harus cepat bersembunyi," ucapku sambil menatap Mbak Wati dengan panik.Kami pun buru-buru melangkah untuk bersembunyi, aku yang bersembunyi di balik lemari besar sementara Mbak Wati bersembunyi di bawah meja.Tak lama kemudian terdengar suara seperti batu yang digesekkan lalu terdengar suara dua orang laki-laki yang sedang mengobrol."Kemana sih si Anton di hubungi nggak bisa-bisa, Surya ditelepon juga nggak diangkat-angkat?" "Nggak tau tuh, kita kan juga sumpek jaga di bawah terus. Pada ngilang, nggak mau gantian jaga kali!?""Loh, kok gemboknya kebuka?" ucap salah satu penjaga yang hendak membuka pintu.Aku melotot menatap Mbak Wati yang ada di kolong meja, mereka pasti curiga kalau ada orang yang masuk ke dalam gudang. Semoga saja mereka tidak menggeledah ruangan ini, karena aku sudah cukup dan tidak ingin membunuh lagi."Iya ya? Apa mereka lupa mengunci gembok lagi?" "Entahlah, sudah biarin aja kita ke dapur saja yok sarapan dulu laper nih,"Lalu suara mereka p
Read more

Bab 44 Melarikan Diri

Memang bukan hal mudah jika harus kabur dari tempat ini, tetapi kita harus berani agar kita bisa secepatnya bebas dari jerat tali kejahatan keluarga ini."Tetapi jika Mbak belum siap tidak apa-apa, aku akan pergi sendiri lalu melapor pada pihak kepolisian, kamu bisa menunggu di sini. Semoga bukti-bukti yang ada membuat polisi segera menggerebek tempat ini,""Aku ingin sekali ikut pergi dengan Nona, tetapi apa Nona yakin kita akan berhasil? Karena di setiap sudut desa ini banyak sekali orang suruhan Nyonya Sulis," Mbak Wati menatapku ragu."Aku yakin Mbak. Selagi kita belum mencoba, mana kita tahu hasil akhirnya," "Kalau begitu kamu pikir-pikir dulu saja, nanti setelah makan malam beri aku sebuah keputusan mau ikut atau tidak. Jika ikut, bawa barang yang diperlukan saja dan jangan membawa barang yang tidak berguna karena itu hanya akan merepotkan kita saat berlari nanti," ucapku lagi."Baiklah Nona."Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi, sepertinya ada tamu yang datang.Ting tung...
Read more

Bab 45 Melawan Dua Penjaga

Mataku menyipit karena cahaya senter itu cukup menyilaukan mata, di depan sana terlihat ada dua orang laki-laki yang menghadang langkah kami. "Nona, bagaimana ini? Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Mbak Wati yang tampak ketakutan.Aku hanya diam, berpikir bagaimana caranya aku bisa melawan kedua orang itu. "Mbak, pindahkan tasmu ke depan jika mereka sudah dekat lemparkan pada mereka benda yang kita siapkan tadi," bisikku pada Mbak Wati.Kedua lelaki itu semakin mendekat, ternyata salah satu diantara mereka ada yang membawa senapan panjang, sepertinya mereka pengawal Ibu yang sedang berjaga di desa ini."Nona, aku sudah curiga denganmu sejak beberapa hari yang lalu dan ternyata kecurigaanku itu benar. Mau pergi kemana kalian tengah malam seperti ini?" tanya salah seorang pengawal Ibu."Apa Nona sudah mengetahui tentang rahasia Nyonya Sulis sehingga Nona berusaha melarikan diri saat ini?" tanya lelaki disebelahnya sambil menodongkan senapan ke arah kepalaku."Kamu juga Wati,
Read more

Bab 46 Akhirnya Kami Berhasil Lolos

"Nona, bagaimana jika kita dorong mayat mereka ke jurang sana, di bawah sana itu hutan belantara pasti di sana banyak binatang buas yang siap memangsa mayat mereka," ujar Mbak Wati.Aku menoleh ke samping kanan, benar saja ternyata lima meter dari kami berdiri ada sebuah jurang yang cukup dalam."Baiklah, ayo kita seret mayat dua orang itu lalu kita lemparkan ke bawah sana, tapi pakai ini."Aku memberikan sepasang sarung tangan pada Mbak Wati, untung saja sebelum pergi tadi aku sempat mengambil beberapa sarung tangan plastik di dapur.Dalam kegelapan kami pun menyeret ke dua mayat itu dengan sekuat tenaga mendekati tepi jurang. "Ayo kita lempar ke bawah sana, Mbak."Aku menghirup nafas dalam, sebenarnya ada rasa bersalah di dalam lubuk hati ini. Aku sudah banyak membunuh beberapa pengawal Ibu. Tetapi aku terpaksa, karena jika mereka tidak ku bunuh, merekalah yang akan membunuhku.Mayat ke dua orang itu sudah kami lemparkan ke bawah sana, tapi saat menyorotkan senter ke bawah tubuh me
Read more

Bab 47 Anak Buah Diky

Seharusnya saat ini kami sedang mengistirahatkan badan, tetapi kami malah harus dikejutkan dengan kedatangan segerombolan lelaki, yang entah mereka siapa."Ayo kita dobrak pintunya! Dia pasti ada di dalam!" Terdengar suara lelaki di depan pintu rumah ini."Non, mereka siapa? Katanya rumah ini aman," Mbak Wati memegang tanganku dengan erat."Ayo kalian ikut Kakak!"Kami berlari mengikuti Kak Dimas menuju ke arah dapur, dengan gerak cepat ia mengambil tangga lalu meletakkannya tepat di bawah plafon yang berlubang."Cepat naik ke atas!" titah Kak Dimas.Dengan tubuh bergetar aku melangkah menaiki tangga lalu duduk di atas plafon rumah ini terlebih dahulu.Kemudian Mbak Wati terlihat menyusulku naik ke atas, aku pun bergeser lebih dalam agar tempat ini cukup untuk bersembunyi kami bertiga. Karena tak berselang lama, Kak Dimas ikut naik lalu ia menutup lubang tadi dengan rapat.Dalam ruangan yang begitu gelap aku hanya bisa berdoa semoga saja plafon rumah ini kuat menahan beban kami bertig
Read more

Bab 48 Pesan Ancaman

Tak berselang lama, terlihat Kak Dimas kembali dengan langkah perlahan, ia membetulkan tangga lalu menyuruh kami turun ke bawah.Dengan tubuh bergetar dan baju yang masih dalam keadaan basah aku mulai turun ke bawah sana dengan membawa senapan serta tas bawaanku."Kak, Mbak Wati pingsan di atas, bagaimana ini?" "Apaa.. pingsan?"Kak Dimas tampak berdecak, aku tahu pingsannya Mbak Wati justru semakin menambah kesulitannya."Cepat kamu ganti baju dulu, jalan pelan-pelan saja anak buah Diky sedang tidur di ruang tamu," bisik Kak Dimas."Iya, Kak."Aku masuk ke dalam kamar, berganti pakaian menggunakan celana Kak Dimas dan juga kaos miliknya. Sedikit longgar tapi tidak masalah dari pada aku harus menggunakan pakaian yang basah. Aku dan Mbak Wati memang sengaja tidak membawa baju ganti karena itu akan menambah beban kami saat berlari.Dan sekarang aku bingung, bagaimana dengan Mbak Wati? Ia memiliki tubuh yang kecil, jika memakai baju Kak Dimas pasti ia akan sangat kebesaran."Ini, pakai
Read more

Bab 49 Jatuh ke Dalam Jurang

"Kak, ini pesan dari Mas Rama," Aku menyerahkan ponselku ke tangan Kak Dimas.Mas Rama dan ibunya merupakan orang yang nekat, entah apa yang akan mereka lakukan padaku jika kami berhasil tertangkap."Ayo habiskan makanan kalian! Kakak takut Diky akan buka mulut dan memberitahukan keberadaan kita di rumah ini," ucap Kak Dimas sembari mengembalikan ponselku."Lebih baik ponselnya di matikan saja, Non. Pasti tuan Rama akan terus mengirim pesan untuk menakut-nakuti kita," sahut Mbak Wati."Iya benar itu, Rah. Matikan saja ponselnya, setelah selesai makan kita bersiap pergi dari desa ini. Hari ini juga kita buat laporan ke kantor polisi,"Tanpa banyak bicara aku mematikan ponsel lalu kembali mengisi perut. Aku yakin keluar dari desa ini itu tidaklah mudah, pasti akan ada pertarungan dan peperangan lagi dengan anak buah ibu atau dengan rekan bisnisnya.Selesai makan kami pun bersiap membawa barang bukti yang sudah terkumpul dan berbagai senjata yang bisa digunakan dalam keadaan terdesak, se
Read more

Bab 50 Mbak Wati Keguguran

"Kamu tidak apa-apa, Rah?" tanya Kak Dimas dengan tatapan khawatir.Kak Dimas terlihat terluka di bagian wajahnya, sedangkan Mbak Wati terluka di bagian lututnya hingga mengeluarkan darah. Sementara aku hanya merasakan nyeri di bagian perut dan tangan saja."Aku tidak apa-apa, ayo cepat kita bersembunyi! Sekarang lelaki itu sedang turun ke bawah untuk mencari kita," ujarku dengan panik."Hah, mereka turun?" Mbak Wati terlihat ketakutan."Ayo kita jalan ke sini," Kak Dimas menarik tanganku untuk berlari ke arah kanan.Sementara Mbak Wati menyusul di belakang, berjalan dengan kaki terpincang."Ayo, Mbak!" Kami terus berlari entah akan kemana, bahkan Mbak Wati tertinggal di belakang sana."Tunggu, Kak. Kasihan Mbak Wati ia tertinggal," Kak Dimas pun menoleh ke belakang dan berhenti sejenak untuk menunggu Mbak Wati."Apa kamu baik-baik saja, Mbak?" tanyaku khawatir.Terlihat tubuh Mbak Wati gemetar dengan wajah pucat pasi disertai keringat sebesar biji jagung yang sudah membasahi wajah
Read more
PREV
1
...
34567
...
21
DMCA.com Protection Status