All Chapters of Suami Terhinaku Seorang Miliuner: Chapter 61 - Chapter 70

110 Chapters

Tidak Bisa Dihubungi

Kakek hanya menggeleng melihat tingkah Rizki. Setelahnya, dia kembali mempertanyakan nama ayahku kepadaku, dia masih menunggu jawaban dengan kerutan di dahinya. Rizki yang asyik makan itu pun menyentuh kakiku dengan kakinya. ‘Sepertinya aku harus berbohong,” gumamku dalam hati. “Jadi, siapa nama ayahmu?” tanya Kakek lagi. “Iwan, Kek.” Aku berbohong. “Iwan? Wah, ga tau Kakek.” Rizki menurunkan tangannya dari meja, tanpa sepengetahuan Kakek, Rizki mengacungkan jari jempolnya kepadaku. Berarti kebohonganku dibenarkan olehnya. Aku menarik napas lega. Siang harinya, aku bersama Rizki memutuskan untuk pulang kembali ke rumah Rizki. Sesampainya di rumah Rizki, dia memintaku untuk langsung masuk ke dalam kemar. Entah apa motifnya mengurungku di kamar. Sesampainya aku di kamar, Tante Ria menghampiriku dan langsung menanyakan keadaanku. Motif aslinya pastinya bukan mempertanyakan kondisiku, melainkan bagaimana keadaan di rumah Kakeknya Rizki, apa saja yang dikatakan Kakek dan sebagainya.
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

Ke Bandara

Tok... Tok... Tok"Naya, buka pintunya. Mama bawain kamu juz mangga." Suara Tante Ria terdengar lembut dari balik pintu. 'Apaan lagi tunggu nenek lampir,' gerutuku dalam hati. Pintu terbuka. Tante Ria tersenyum lebar kepadaku dengan segelas juz mangga yang tadinya dibawa oleh Lina. "Ma," ucapku tak kalah manis. "Ini, juz mangganya." Tante Ria menyerahkan segelas juz mangga itu kepadaku. "Makasih ya, Ma.""Iya, Nay. Gini dong, minum juz. Biar kamu sehat dan bugar.""Iya, Ma." Di rumah ini tidak disediakan minuman yang mengandung pemanis buatan. Yang tersedia hanya juz buah, kopi, teh dan minuman tanpa kadar gula yang tinggi, lebih diutamakan untuk meminum juz buah. "Rizki belum pulang?" tanya Tante Ria seraya menilik ke dalam kamar. "Belum, Ma. Lagi sibuk banget katanya di kantor."Mama menepuk pundakku pelan. "Rizki memang begitu, kamu harap memakluminya ya!""Tentu, Mas. Naya sangat mengerti tentang hal itu." Sebenarnya, lebih baik Rizki tidak perlu pulang selama dua hari juga
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

Ternyata Benar

Aku berusaha membuka gembok. Tetapi, tenagaku tak mampu untuk itu. Aku berusaha berpikir untuk membukanya, hingga aku melihat sebuah benda berat dan keras. Aku pun memutuskan untuk memukul gembok tersebut hingga berhasil terbuka. Drak!!! Beberapa kali pukulan mematahkan gemboknya. Aku dengan cepat membuka pintu. "Sarah” ucapku. Sarah langsung saja memelukku. Matanya sembab, kerudungnya acak-acakan dan bibirnya nampak pucat pasi. “Sarah, apa yang terjadi sama kamu?” tanyaku.Sarahterisak. “Nanti saja, Mbak aku ceritain. Sebaiknya sekarang kita kabur dari sini. Mbak Naya ga boleh ada di sini!” “Tapi, kita harus kabur lewat mana? Semua pintu dikunci.” “Sarah tahu Mbak di mana kita harus kabur. Ayok ikuti Sarah!” Astuti menuntunku untuk kabur dari rumah ini. Entah ke mana kami akan pergi, yang terpenting sekarang kami bebas dari tempat ini. Benar saja, Astuti punya jalan keluar dari rumah ini. Ada satu pintu di dekat gudang yang tidak dikunci. Kami bisa kabur dari pintu itu. “Ayo
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Kak Andin Juga

“Jadi, yang akan datang ayahnya anak Mbak Naya?” tanya Sarah sembari tersenyum tulus.Aku mengangguk masih mengelus perutku.“Iya, Sarah.”“Ma syaa Allah. Orangnya pasti sangat baik.”“Tentu saja, dia sangat baik dan lembut kepada siapa saja. Tutur katanya, sikapnya.”“Sepertinya Mbak Naya sangat bahagia bertemu dengan ayahnya anak Mbak. Mbak Naya masih cinta sama dia?” tanya Sarah.”Aku terkesiap. Bahagia, tentu saja bahagia seperti bahagianya pertemuan insan yang telah lama saling merindukan. Jika ditanya apakah aku masih mencintainya? Maka aku akan membenarkannya. Aku masih sangat mencintai Mas Adji, meski sudah tidak mungkin untuk kami bersama lagi.Setelah menunggu sekian lama. Akhirnya pendaratan diumumkan. Waktu yang di tunggu-tunggu pun tiba. Aku dan Sarah berdiri. Tetapi ada kendala baru, perutku kembali membuatku menjerit kesakitan. Rasa yang sama waktu di rumah Rizki. Aku masih berusaha tegar, hingga akhirnya satu-persatu penumpang pesawat keluar dan didatangi para penjemp
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

Di Mana Sarah

Bagai sebuah sembilu menusuk jantung, apa yang Kak Andin katakan membuatku melupakan rasa sakit dari jambakan tangannya terhadap rambutku. Aku terdiam sejenak dengan air mata yang meluncur bebas ke pipi. Mungkin benar apa yang Kak Andin katakan, namun mengapa aku tidak bisa mempercayai ucapannya tentang Mas Adji. “Jadi, tanda tangani sekarang juga. Paham!”“Enggak. Bagaimana pun ini anak Naya, Naya ga akan ngasih ke siapapun. Termasuk ngasih ke Kakak yang jahat!”“Nay, aku ga jahat. Tapi kamu yang memintaku untuk jadi seperti sekarang. Kamu penyebabnya.”Aku tertegun. “Maksud Kakak?”“Iya, selama ini aku sabar, Nay. Bapak sama Mama sayangnya ke kamu, bukan aku. Tetangga, temen, semua orang sayangnya ke kamu, bukan aku. Kamu tahu ga apa yang aku rasain? Sakit, Nay. Sakit. Bayangkan, dari dulu yang di sekolahin kamu, yang bisa kerja kamu. Pernah ga kamu sekali aja mikirin gimana rasanya jadi aku Nay? Pernah?”Penjelasan Kak Andin teramat menyayatkan luka. Begitu getir dan perihnya apa
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more

Pesan Singkat

Entah apa yang merasuki Lina. Setelah aku berucap demikian, dia menangis dan mengucapkan kata maaf terhadapku. Dia menangis hingga sesenggukan, aku kebingungan. Apakah ada yang salah dengan ucapanku. “Nyonya Naya, maafin Lina. Seharusnya Lina ga ngasih tau Tuan Rizki kemarin. Seharusnya Lina diam saja,” ungkapnya. “Maksud kamu?” “Jadi begini, Nyonya. Kemarin Lina menyaksikan aksi Nyonya Naya dengan Sarah kabur dari rumah. Lina juga dengar semua cerita tentang kehidupan Nyonya Naya dan rencana Tuang Rizki bersama Kakaknya Nyonya Naya. Sepulang dari bandara, Tuan Rizki nanya ke Lina tentang keberadaan Nyonya dan Sarag. Tuan Rizki mengamuk, dia juga mencekik Lina, Nyonya. Dengan terpaksa Lina ngomong ke Tuan kalau Nyonya Naya sama Sarah kabur ke bandara,” jelas Lina. “Sekali lagi, Lina minta maaf Nyonya. Maafin Lina!” Sekarang aku mengetahui kejadiannya bagaimana. Tetapi, aku tidak bisa memarahi Lina karena dia juga berada di bawah tekanan yang hampir merenggut nyawanya. “Sudahlah, L
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more

Kedatangan Tamu

“Apa, Adji ga mau kerjasama sama perusahan kita? Dasar tuh si Adji, bisa-bisanya dia belagu begitu.”“Kata Nita, Adji ga mau kerjasama kalau bukan pemilik perusahaannya langsung yang bicara ke dia.”“Belagu banget tuh, Adji. Baru sukses segitu aja udah se songong itu. Kalau gitu, batalin aja. Biarkan saja dia, pada akhirnya dia juga akan datang ke perusahaan kita dalam keadaan mengemis-ngemis.”“Tapi Sayang. Kita sangat memerlukan kontrak kerjasama dengan perusahaan Adji. Kamu tahu kan kalau perusahaan kamu sekarang lagi down.” Suara Pritta terdengar lembut sekali.“Argh. Pusing!”Aku mendengar percakapan mereka. Aku begitu bahagia dengan keadaan perusahaan mereka. Meskipun dalam agama islam tidak boleh berbahagia di atas penderitaan orang lain dan tidak diperbolehkan untuk mendoakan hal yang tidak baik untuk orang lain, aku tetap melakukannya. Karena mereka sudah sangat jahat, manusia yang tidak pernah memikirkan orang lain.Pritta, Kak Andin dan Tante Ria terdengar berusaha membujuk
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more

Ada di Sini

Di luar sepetinya masih sibuk dengan percakapan mereka. Aku masih menunggu kedatangan Lina dengan segelas juz, namun bukan juz itu yang aku nantikan melainkan suatu kabar tentang kejadian di luar ruangan kamar ini. “Ini, Nyonya. Juznya.” “Makasih, Lin.” “Jadi, gimana?” bisikku. “Gini, Nyonya. Mereka kayaknya temen masalalu. Tadi Lina nangkep kalau katanya yang tamu itu bukan orang sini dan dia dapet alamat rumah Tuan Rizki dari salah satu rekan kerjanya. Terus mereka juga bahas tentang kerjasama.” “Terus, namanya siapa?” Aku semakin penasaran. Aku mengansumsikan jika itu adalah Mas Adji. “Namanya. Anu, siapa ya. Ga jelas Mbak. Tuan Rizki ga nyebut nama.” “Haduh, Lin. Ini penting banget padahal.” “Ya gimana ya, Nyonya. Lina sudah usahanya lama di situ buat denger, tapi kebetulan mereka cuman bahas tentang kerjasama perusahaan. Lina mana ngerti yang begituan.” “Ya udah, Lin. Informasi yang tadi aja sudah cukup memuaskan keingin tahuanku. Mungkin dia memang tidak penting.” “Oh
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

Demi Keselamatan Mama

'Tidak, Mas Adji tidak akan semudah itu percaya dengan omongan Rizki,' gumamku hebat. 'Tapi, mengapa dia tidak menolongku hari ini?' Rasa ragu kini merenggut kepercayaan diriku. "Oh iya, satu lagi, Nay. Sekarang kamu harus angkat kaki dari kamarku karena aku akan tidur dengan istriku tercinta, Pritta." Rizki tertawa culas. "Lina," panggil Rizki nyaring. Tidak berapa lama Lina pun datang. "Iya, Tuan Riski. Ada apa?" "Bawa Naya ke kamar belakang dan bersihkan kamar ini karena Nyonya Pritta akan tidur di sini.""Baik, Tuan.""Mari, Nyonya Naya!" Lina melepaskan rantai yang melingkar di kakiku, dia mengantarkan aku ke ruangan belakang, tempat para pembantu namun bukan di kamar melainkan di dalam gudang yang sudah lama tidak digunakan. "Maaf ya Nyonya Naya, dengan terpaksa Nyonya harus tidur di sini dulu. Tadi Lina sempat bersihkan ruangan ini meski tidak seratus persen." "Nggak apa, Lin. Lagian kamu nggak salah apa-apa. Makasih, Lin sudah baik sama aku." "Iya, Nyonya Naya."Suara
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

Cinta yang Direnggut

Pov Kak AndinFlash backNaya mual-mual. Aku sudah memerhatikannya sejak beberapa hari ini. "Kayaknya Si Naya lagi ngidam deh." Aku mengintip Naya dari balik pintu kamar mandi. "Bener dugaanku, Naya pasti hamil." Aku melenggang pergi kembali masuk ke dalam kamarku. Aku membuka foto kecil yang sangat aku rindukan, Raka anakku. Teringat beberapa bulan mengandungnya dengan susah payah. [Jika kamu menginginkan anakmu, kamu harus ikuti apa mauku] Pesan yang membuatku sangat tertekan. Dia adalah Rizki, lelaki kaya yang dapat menukar seisi dunia dengan uangnya termasuk rasa kasih seorang Kakak kepada adiknya kandungnya. Malam itu, kami bertemu di suatu tempat. Aku terperangah tak menyangka. Rizki tak datang seorang diri melainkan dengan mantan suamiku sendiri. "Ardi, kamu." Aku langsung menarik kerah baju Ardi. "Mana anakku?" teriakku nyaring tepat di depan matanya. "Syuttt!" Rizki melerai kami berdua, Ardi tak berucap sepatah kata pun. Setelah aku melepaskan genggaman tanganku dati k
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status