Semua Bab Suami Terhinaku Seorang Miliuner: Bab 1 - Bab 10

110 Bab

Pengusaha Viral Mirip Suamiku

“Nay, Mas mau keliling ya,” ucap lelaki yang menyebut dirinya sebagai suamiku. Dengan pakaian yang sangat lusuh serta handuk kecil yang selalu tergantung di bahunya, bau keringat sepulang keliling berjualan sangat khas di badannya. Sedangkan aku, yang selalu berpakaian rapi serta bersih yang bekerja dalam ruangan ber-AC, pergi wangi dan saat pulang pun masih tetap wangi.“Kapan sih, Mas. Kamu tuh cari kerja yang jauh lebih layak, yang di atas dari pekerjaanku? Aku capek, Mas. Dicemooh tetangga. Aku capek!” hardikku dengan kencang.Mas Adji hanya tertunduk tak memberikan tanggapan. Mungkin dia malu, karna setiap hari aku mencelanya sedemikian rupa. Betapa bodohnya aku dulu yang pernah jatuh cinta padanya. Bodoh sekali. Tak bisa dipungkiri, ternyata dia malah seperti ini, menjadi pedagang sayur keliling yang gajinya kadang tak cukup untuk makan sehari-hari. Apalagi memenuhi keperluan skincare serta belanjaannku.“Sabar, Nay. Mas juga lagi usaha,” tuturnya lembut.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-06
Baca selengkapnya

Mirip Seratus Persen

“Iya, Pak. Saya akan usahakan secepatnya!” ujarku dari sudut ponsel.Setelah selesai berbincang dengan atasan perusahaan. Aku mendesah pelan lalu duduk di kursi dengan lemas. Apa yang harus aku lakukan? Argh, ini suatu kesialan yang sangat berarti.“Assalamu’alaikum,” ucapan dari pintu.Suara Mas Adji yang baru saja pulang berjualan. Males banget deh liat dia pulang kerja, apalagi bau badannya yang semerbak memenuhi ruangan, rasanya ingin muntah.Jegleg..Pintu kamar dibuka oleh Mas Adji. Seperti biasanya, aku menutup hidungku dengan tangan. Tak ingin aku menghirup sedikit pun bau badannya yang kecut dan pastinya sangat menyiksa pernapasan. Apalagi peluhnya yang terkucur membasahi pelipis sampai pakaiannya dan tidak lupa daki yang terlihat mengggumpal di sekitaran lehernya. Iyuu, nggak banget untukku yang selalu cantik memesona dan harum ini.“Sayang, alhamdulillah hari ini dagangan sayur Mas laku semua.” Mas Adji memegangi pundakku.Ku tatap penampilannya pada pantulan cermin yang be
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-07
Baca selengkapnya

Tugas dari Atasan

'Nay, ke kantor sekarang! Ada yang mau saya bicarakan!’ pesan singkat yang tertera pada notifikasi di ponselku membuatku harus menghentikan pencarian orang yang baru Saja bertabrakan denganku tadi.Dengan cekatan jariku mengetik balasan dengan cepat, terlambat lima menit saja maka akan sangat membahayakan nasibku. ‘Baik, Pak. Naya segera ke sana.’ Balasan pesan terkirim hanya dengan hitungan detik saja. Bergegas aku menyudahi dan mengurungkan niat shoopingku sekarang juga.Aku menuju parkiran mall dengan tergesa-gesa. Saat itu pula aku melihat lelaki yang sangat mirip dengan Mas Adji masuk ke dalam mobil yang sangat mewah, mobil keluaran terbaru yang hanya terdapat beberapa unit saja di dunia, dan dia punya. Mengkilap sempurna, mobil yang terkena cahaya sinar matahari lewat di depan mataku. Aku terpaku. “Wow, kapan aku punya yang kayak gitu?” gumamku kagum.“Astaga, aku harus segera ke kantor. Aduh, mampus kalau kelamaan.”“Permisi, Pak.” Aku mengetuk pintu ruangan yang sedang terbuka
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-07
Baca selengkapnya

Kamu?

Kutatap wajah Mas Adji lekat-lekat, dia sekarang tertidur pulas di atas ranjang,memiringkan badannya ke arahku yang berada di sampingnya. Rasanya tidak ada celah antara dua orang ini, antara Mas Adji dengan pengusaha viral itu. Apakah mungkin, mereka orang yang sama? Argh, bodohnya aku menyamakan pengusaha terkenal dengan suamiku yang hanya bekerja sebagai pedagang sayur keliling ini.Aku bangkit dari ranjang, lalu duduk di bangku kerjaku. Berusaha berpikir matang untuk merencanakan tugas yang baru diberikan atasan tadi sore. Kubuka situs laman pada google, mencari berita tentang pengusaha yang baru saja viral. Kuketik pada pencarian “Kusuma Adjipto Saherza” dan seketika pula munculah foto pengusaha yang sedang viral itu. Ku screenshoot beberapa gambar yang tertera. Dengan cekatan tanganku menggoreskan tinta pulpen pada kertas, mencatat semua informasi yang tertera pada web.“Aduh, laper!” Aku memegangi perutku yang berbunyi tanda meminta jatahnya. Arlojiku telah menunjukkan pukul sat
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-07
Baca selengkapnya

Ditraktir Orang Kaya

Dia tersenyum tipis ke arahku dan mengulurkan tangannya. Apakah ini nyata? Wah kamu adalah uangku dalam wujud manusia. "Kusuma," ujarnya memperkenalkan diri saat aku menjabat tangannya."Naya," jawabku ikut memperkenalkan diri."Naya, nama yang bagus," pujinya. Aku tersenyum malu malu. Bagaimana pun, aku harus bersikap baik padanya, tidak boleh sampai ada kecacatan apa pun perilakuanku dengannya. Pelayan datang menghampiri kami, pria yang berada diseberang mejaku itu kembali menutup sebagian wajahnya dengan topi. Pelayan restoran mengeluarkan catatan kecil serta pena untuk mencatat pesanan setiap orang yang berkunjung ke restoran."Makanan sama minuman yang paling spesial di resto ini dua porsi, ya!""Siap, Pak," jawab pelayan lalu kembali ke dapur restotan.Aku yang tadinya hanya diam kini angkat suara. "Dua? Banyak banget makannya," ujarku."Buat kamu satu porsi, Naya.""Buat saya, wah ga usah, Pak. Saya juga sudah kenyang," tolakku yang sebenarnya perutku teramat lapar."Sudah,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-07
Baca selengkapnya

Aku Bukan Pengusaha

“Nay, bangun! Kamu ga kerja.” Suara yang masih samar pada indera pendengarku. Aku mengumpulkan nyawa yang masih belum lima puluh persen terkumpul. Kubuka mataku perlahan melebar, tampak bayangan samar berbaju putih tengah berada di depan mataku. Ku kucek mataku pelan. “Mas Adji,” ucapku langsung terperanjat.“Kamu ga kerja? Aku sudah mau berangkat dagang, Nay,” tutur lelaki berbaju kaos lusuh berwarna putih dengan handuk yang menggantung di bahunya. Tidak lupa topi yang sudah hampir tak layak pakai nangkring di kepalanya."Sudah jam berapa, Mas?" tanyaku sembari mengikat rambutku."Mau jam tujuh, Nay," jawab Mas Adji dengan senyumannya. "Oh," jawabku singkat.Tunggu, perasaan ada yaang hilang dariku. Iya, mana semua pakaian dan perhiasan itu? “Apa? Perasaan. Eh mana belanjaan ku?” Aku menoleh ke kiri dan ke kanan.“Kamu nyari apa, Nay?” tanya Mas Adji yang melihatku semakin panik.“Mana gaunku, emas, sama pakaian-pakaian mahalku?” teriakku.“Pakaian mahal darimana? Kamu kemarin kan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-07
Baca selengkapnya

Mengapa Bisa Pritta

Aku duduk diam tak bergeming pada bangku kerjaku, menatap layar monitor yang menyala, menampilkan wajah Kusuma Adjipto Sahreza. Kali aja dengan menatapnya begini, bisa membuatku menemukan titik terang. Andai saja insiden itu bukan mimpi, pasti uang bonus sudah berada pada genggaman tanganku. Argh, aku kehabisan ide. Mana tuh pengusaha sembunyinya kebangetan, identitasnya saja tiada yang mengetahui. Hebat sih, tidak ada bocoran dari media mana pun."Baaa." Pritta mengagetkanku. Sontak saja aku kaget bukan main."Pritta, kamu, kalau masuk ke ruangan orang harus ketok pintu dulu, dong. Bukan malah datang tiba-tiba kayak hantu."Moodku saat ini sedang tidak baik, ditambah lagi dengan ratu gibah satu ini. Ish, malas banget. Andai aja ada malaikat yang turun ke bumi dan membantuku menyelesaikan semua ini. "Nay, jangan marah-marah, dong. Nanti cepat tua loh." Pritta membujukku dengan memijat bahuku yang memang terasa sangat pegal. "Nay, gimana tugasmu?" tanya Pritta setengah berbisik."Ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-13
Baca selengkapnya

Hadiah dari Mas Adji

“Nay, kamu sudah pulang.” Mas Adji tersenyum sumringah.Aku menaruh tasku di atas kasur lalu merebahkan badanku leluasa dengan kaki yang masih menjuntai. “Mas, teh hangat!” titahku.“Siap,” jawab Mas Adji dengan semangat. Mas Adji pun berlalu keluar kamar menuju dapur.“Huft.” Aku mendesah pelan. Lega, berarti Mas Adji sedang tidak marah padaku. Terlihat jelas dari raut wajahnya barusan, senyumannya masih terukir sempurna di bibirnya.Ting...Notifikasi pesan masuk ke ponselku. Dengan segera aku mengambil ponsel dari dalam tas kecil yang tergeletak di sampingku. “Pasti dari Kusuma,” gumamku.‘Iya, Mbak Naya. Pritta pernah menceritakan anda pada saya. Kira-kira kapan kita akan bertemu?’Aku tertawa tanpa bersuara, senang rasanya, sangat senang. Oh, uangku. Datanglah padaku! Tanpa pikir panjang aku langsung mengetik balasan pada ponselku. Baru beberapa kata, tiba-tiba info kontak dari Kusuma Adjipto Sahreza itu bertuliskan terakhir dilihat pukul 18.31. Aku mendesis nyaring, tapi tetap m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-14
Baca selengkapnya

Pertemuan

“Gimana, Nay. Katanya kapan kalian bisa ketemu?” tanya Pritta.Aku menggeleng tanpa menatapnya. Beberapa waktu yang laku kami bertemu, dia melarangku untuk memanggilnya dengan sebutan 'Pak' dan aku melupakan hal itu. “Maksudnya?”Aku berdecak pelan, lalu bangkit dari kursi. “Dia belum balas chatku, Pritt. Mana aku tahu kapan,” jawabku malas.“Sabar lah, Nay. Namanya kan juga orang sibuk.”“Iya, iya. Aku tahu. Tapi, Pritt.” Aku menghentikan ucapanku.“Tapi, apa, Nay?” tanya Pritta.Argh, nanya atau enggak ya? Nanya, enggak. Eh, kenapa sih Naya kamu jadi kayak gini. Suka linglung kerjaannya. Ya udah, daripada penasaran, sebaiknya aku tanyain aja ke Pritta.“Pritt, foto profilnya Kusuma itu ganti ya?”“Hah? Mana aku tahu Nay. Aku ga merhatiin foto profilnya,” jawab Pritta menatap layar ponselnya.“Aku bingung, Pritt. Perasaan kemarin pagi foto parofilnya kalung yang persis sama yang aku pakai ini.” Aku memperlihatkan kalungku yang semula tersembunyi di balik kerah bajuku.“Tapi, kok seka
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-15
Baca selengkapnya

Menjalin Kerjasama

Acara makan pun selesai, akhirnya masuk pada perbincangan serius yang merupakan tujuan dari pertemuan ini. "Jadi begini, Pak. Perusahaan kami ingin mengajak perusahaan anda untuk bekerjasama," ucapku membuka pembicaraan.Pak Kusuma menatapku sekilas, lalu mengambil seutas tissue dan mengelap mulutnya. "Baik, sebelum kamu ucapkan pun, saya sudah tahu dengan maksud dan tujuan kamu, Naya. Tapi, apakah kalian bersedia untuk bekerjasama dengan perusahaan saya, sedangkan kalian masih belum tahu menahu tentang perusahaan saya ini. Bukan hanya perusahaan kalian, perusahaan lain pun juga belum banyak yang tahu tentang perihal perusahaan saya ini," jelas Pak Kusuma dengan santai."Maksud, Bapak?" tanyaku yang sangat penasaran.Bener juga sih, sebenarnya perusahaan Pak Kusuma ini bergerak dalam bidang apa? Karna terlalu privat, jadi tiada yang tahu mengenai info tentang beliau ini. Argh, apakah atasan tahu? Yang terpenting aku menjalankan tugas dari atasan dan mendapatkan bonusku."Maksud saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status