All Chapters of Suami Terhinaku Seorang Miliuner: Chapter 31 - Chapter 40

110 Chapters

Anak Siapa?

Pagi sekali aku sudah bangun dari tidur, sejak pukul lima pagi masih duduk di kursi ruangan depan dengan ponsel dan buku notaku. Aku mulai belajar sedikit-demi sedikit dalam pengelolaan, mengingat kembali mata kuliah dulu. Setelah jam di ponselku menunjukkan pukul enam pagi, alarmku berbunyi memekik. Satu kali sentakan, suara alarm itu berhenti. Aku menyudahi belajarku, bersiap untuk mandi serta sarapan dari lauk tadi malam, juga nasi tadi malam yang ada di dalam magic com. Mama dan Kak Andin masih belum bangun dari tidur mereka, keduanya masih bergelut dalam dunia mimpi mereka. Selesai mandi dan sarapan. Aku membuka pintu rumah. Angin dingin pagi ini sangat segar, sepertinya siang nanti cuaca akan cerah, semoga saja. Sebentar lagi anak buah Pak Kumis akan datang membawakan aku keperluan dagang hari ini.Rambutku masih terpulun handuk. Belum kering setelah mandi. Sembari menunggu sayuran datang, aku menyapu lantai rumahku terlebih dahulu. Bukan rumah yang begitu bersih namun masih e
last updateLast Updated : 2022-12-31
Read more

Lepas Masa Iddah

Untuk yang kesekian kalinya Rizki datang ke rumah kecilku. Rumah yang harus aku angsur pembayaran tiap bulan yang hanya Rizki yang tahu tentang ini. Sudah yang kesekian kalinya Rizki memintaku untuk menikah dengannya, namun bagaimana aku bisa menerima ajakannya itu sedangkan hatiku tidak sedikitpun terpaut untuknya. Begitu sulit untuk menerima orang baru untuk saat ini, aku masih berusaha menjahit lukaku yang belum sembuh total.“Nay, masa iddahmu sudah selesai. Sekarang, kita sudah boleh menikah, jadi bagaimana?” tanya Rizki menatapku dengan sangat tulus. Aku terdiam mematung dan membisu, manik mataku tak begitu menangkap jelas pada Rizki yang sedang duduk di hadapanku. “Jika kamu siap, nanti malam aku bawa mama sama papa ke sini,” sambungnya. Aku memilin ujung baju dasterku. Apa yang harus aku jawab. Kemarin, alasanku adalah menyelesaikan masa iddah dan sekarang masa iddahku sudah selesai. Lantas, perasaan ini belum ingin untuk menikah lagi. Rizki tidak henti-hentinya untuk menata
last updateLast Updated : 2023-01-01
Read more

Harus Tanggung Jawab

“Nay, terima saja lamaran Nak Rizki. Kasian, dia sudah bantuin banyak buat kita. Jika kamu menikah dengannya, kamu ndak perlu capek lagi kerja jualan sayur, Mama ga trga Nay lihat kamu seharian kerja.” Mama berucap sangat lembut padaku.Aku yang sedang menghitung uang hasil jualan sayur hari ini pun seketika terhenti. Kuletakkan lembaran uang yang ada di tangan ke dalam laci, mama sedang duduk di bibir ranjangku, aku memghampirinya lalu memegang pundaknya. “Ma, Naya tahu Mama mau yang terbaik buat Naya. Tapi, Naya masih ingin seperti ini, Naya kuat Ma. Naya ga capek.” Tiba-tiba saja giliran hangat menetes ke pipi, mama menatap manik mataku dengan lekat.Bagaimanapun dia Adalah ibuku, dia pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya.Mama menyeka tetesan bulir hangatnya dan berdiri dari duduknya. “Terserah kamu saja, Nay. Mama hanya ingin kamu bahagia. Selamat beristirahat!”Kuingat lebih dalam, beberapa waktu ini memanglah Rizki yang selalu ada dalam kehidupanku. Dia satu-satunya or
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Test pack

Aku terkapar di atas kasur. Berulang kali berusaha untuk bangun namun tidak bisa. Badanku sangat lemas dan lesu. Sepertinya aku sedang demam tinggi. Hari ini aku tidak keluar untuk berdagang sayur, aku juga sudah memberitahukan Pak Kumis tentang hal ini agar dia tidak perlu capek-capek nganterin sayur ke rumahku. Ada sesuatu yang aku khawatirkan. Beberapa waktu ini menghantui pikiranku, namun selalu aku tepis dengan alasan yang masuk akal menurutku. Tiga bulan ini aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku. Pertahanan tubuh berkurang. Aku seringkali muntah dan tidak enak badan, tidak suka dengan aroma tertentu dan yang paling aku khawatirkan aku sudah tidak menstruasi dalam beberapa bulan ini. Tidak, tentu saja tidak. "Gimana kalau aku coba pakai tes pack aja ya," gumamku. Aku takut tapi penasaran. Aku masih sangat lemas, aku pun terpaksa meminta bantuan Rizki kali ini, untuk yang kesekian kalinya. 'Riz. Kamu sibuk nggak?' tanyaku masih berbaring di kasur. 'Kebetulan lagi nggak, N
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Anak Kak Andin

Aku bersigera menyembunyikan tes pack pada balik bajuku. Cairan tumpah dan aku harus berusaha kembali untuk mengeluarkannya. Aku membuka pintu toilet. Kak Andin tidak berucap sepatah katapun, dia langsung masuk ke dalam toilet setelah aku keluar. Sepertinya dia benar-benar sudah kebelet. Aku masuk ke dalam kamarku. Mama sedang tidak ada di kamar. "Hugh, hampir aja tadi." Aku tersandar di balik pintu, perlahan aku membuka tes pack yang aku sembunyikan pada bajuku. "Hish, mana gagal lagi. Nanti aku coba lagi." Tes pack aku masukkan ke dalam laci, tidak lupa untuk menguncinya agar tidak ada yang bisa menemukan milikku tanpa sengaja. *** "Nay, belikan mama nasi kuning!" teriak mama dari dapur. "Apa sih, Ma. Naya lagi ga enak badan ini." "Sebentar aja, cuman ke warung depan kok. Cepetan, Mama laper!" desak mama.Aku memutar mata malas. "Biasanya kan Mama beli sendiri ke depan."Mama duduk ke kursi. "Nay, Mama masih sakit. Kata dokter Mama ga boleh kecapean. Kalau tidak, sakit jantun
last updateLast Updated : 2023-01-03
Read more

Hasil Test Pack

Mama memejamkan matanya. Sudah tiga jam setelah dokter beranjak dari rumah, mama masih belum sadarkan diri. Aku memijat tangan dan kakinya, mengajaknya bicara meski tidak akan ada jawaban apapun yang keluar dari mulutnya. "Ma, tadi warung Bude tutup. Jadi Naya belikan nasi kuning di tempatnya Mbak Nur. Mama cepetan bangun ya, makan nasi kuningnya!" Kukecup lembut tangan mama. Jam dinding sudah menunjukkan pukul dua siang. Aku membersihkan rumah serta mencuci motorku di belakang rumah. Besok harus dagang keliling lagi. Sambil mencuci motor, aku menyeringai dalam lamunan. Bagimana caraku mendapatkan uang sebanyak itu? Rumah ini baru saja kubeli, jika dijual pun tidak akan cukup untuk biaya operasi mama. Ditambah lagi hutang mama dan Kak Andin yang jumlahnya juga sangat besar. Penghasilanku dalam sehari tidak begitu banyak. Aku harus nyari kerja ke mana. Pekerjaan yang gajinya lumayan Besar, pastinya jauh lebih besar daripada dagang sayur keliling. ***Malam yang sunyi, aku perlahan m
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Dua Garis Positif

Saat aku sampai di pertigaan. Aku memelankan laju motorku. Kutilik apartemen yang di dalamnya masih ada teka-teki yang belum sempat aku tuntaskan itu. Kulihat, baru saja mobil berwarna hitam mengkilap keluar dari apartemen itu namun kami berbeda jalan sehingga tidak sempat aku melihat orang yang ada di dalam mobil itu. Lisa nampak baru saja keluar dari dalam apartemen dan ingin menutup gerbang. Aku bergegas memanggilnya dengan nyaring tak lupa melambaikan tangan agar dia menyadari keberadaanku. "Mbak Lisa," panggilku.Tepat sasaran, Lisa berhenti menutup gerbang. "Mbak Nay. Sini!" panggilnya. Aku bergegas mendatanginya dengan motorku. "Mbak Nay nggak jualan lagi?" tanyanya. "Hari ini nggak, Mbak. Tapi masih jualan kok, belum tau kapan.""Owalah, gitu. Mari masuk dulu!" Aku pun ikut masuk untuk yang kedua kalinya ke apartemen pribadi ini. "Leonya mana, Mbak?" tanyaku. Mataku berusaha jeli mencari sesuatu yang dapat menjawab teka-teki yang ada di hati. "Leonya ada, tuh lagi makan
last updateLast Updated : 2023-01-05
Read more

Gendutan

Wajah Kak Andin berubah murung. "Iya, dulu. Itu tes pack waktu aku hamilin Raka." Kak Andin menutup wajahnya dengan tangan. Aku merasa bersalah karena telah mendakwahnya. Aku pun mendekat dan memeluknya. "Kaka, maaf.""Nggak perlu minta maaf, Nay. Kakak cuman lagi rindu sama Raka." Aku merogoh ponselku yang ada di dalam saku celana, memperlihatkan pada Kaki Andin foto Leo waktu makan sayur tadi pagi. "Raka. Kamu ketemu di mana, Nay?" Kak Andin sangat antusias melihat foto Leo itu."Itu Leo, Kak. Dia tinggal di apartemen besar yang ada di pertigaan sana. Naya rasa mukanya mirip banget sama Raka, makanya Naya fotokan buat Kakak." "Tapi, ini Raka Nay. Ini Raka.""Nanti Naya bawa Kakak ke sana buat ketemu dia."Kak Andin berubah senang kemudian dia memelukku erat. "Makasih, Nay." ***Aku mencoba menelepon nomor Ardi yang aku dapatkan dari Kak Andin waktu itu. Rasanya sangat tidak tega melihat Kak Andin bersedih setiap hari seperti itu, bagaimanapun menyebalkannya dia aku tetap akan p
last updateLast Updated : 2023-01-06
Read more

Will You Marry Me?

Rizki datang lagi, hampir setiap hari dia datang ke rumah kecilku ini. Malam ini, dia datang untuk menjenguk mama. Mama teramat senang dijenguk olehnya karena Rizki datang tidak pernah dengan tangan kosong. "Gimana keadaan Tante sekarang?" tanya Rizki lembut. "Alhamdulillah sekarang sudah baikan, Nak Rizki.""Baguslah kalau begitu. Tante, Rizki ada bawakan cemilan sehat buat Tante.""Wah, makasih ya Nak Rizki.""Iya, sama-sama."Percakapan mereka terdengar sampai ke ruangan tengah, aku sedang berada di ruangan tengah untuk mempersiapkan dagang esok hari. "Naya mana, Tante?" "Ada tuh, sibuk sama sayurannya." Aku tidak perduli dengan perkataan mereka. Terdengar suara gesekan kaki dengan lantai berjalan menuju ke arahku, bisa ditebak. Itu pasti Rizki. "Nay," ucapnya lembut. Kan, bener. Nggak mungkin tebakanku melesat. "Iya, Riz. Ada apa?" Aku masih sibuk dengan pekerjaanku tanpa menoleh kearah Rizki. "Kamu sibuk banget ya?" tanyanya. Aku menghentikan kelincahan tanganku. "Memang
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more

Jalani Saja Dulu

Senyuman Rizki mengembang sedari kejadian di restoran tadi. Aku tidak berani berkata jujur, aku takut akan sangat mengecewakannya. Di mobil, sambil menyetir Rizki sesekali menatap ke arahku. Ada ungkapan yang terpatri dari senyuman dan tatapan tulusnya itu, membuatku merasa sangat tidak tega dibuatnya. "Makasih ya, Nay. Kamu udah bikin aku bahagia banget malam ini," tuturnya lembut. "I-iya, Riz." Mama datang menyambangi kami yang berada di luar rumah. "Kalian sudah pulang." "Iya, Tante. Eh, maksudnya calon Mama mertua." Mata mama membulat, Rizki menunjuk ke arah cincin yang telah terpasang di jari manisku. Mama langsung mengerti dan mengucapkan selamat pada kami. "Akhirnya, nah gini dong. Kalian berdua memang cocok." Mama menepuk pundakku. Fia juga tidak kalah senang dari Rizki. Apakah hanya aku yang tidak merasakan kebahagiaan itu. "Mari, Nak. Masuk dulu!" "Enggak, Ma. Rizki mau langsung pulang aja sudah malem." Rizki meraih tangan mama dan mengecup punggung tangan mama kemudi
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status