All Chapters of Suami Terhinaku Seorang Miliuner: Chapter 51 - Chapter 60

110 Chapters

Ucapan Sayang

Aku meremas perutku seraya berbaring di kasur dengan keadaan miring ke kanan. Air mataku mengalir tipis menahan rasa sakit ini. Sudah hampir satu jam aku dalam posisiku ini, lampu kamar redup dan Rizki sudah tertidur pulas di sampingku, lebih tepatnya di belakangku. Nada notifikasi pesan masuk di ponsel Rizki terdengar berderet tanpa jeda. Setelah berhenti berganti lah dengan suara dering panggilan telepon. Kasur terasa sedikit bergerak, mungkin Rizki yang terbangun karena suara panggilan telepon di ponselnya. Aku menyeka air mata lalu berusaha menutup mataku karena aku takut Rizki akan mengecek keadaanku. Aku tidak ingin dia tahu aku sedang menahan rasa sakit akibat perbuatan ibunya tadi. "Sayang," ucap Rizki setengah berbisik. Aku tidak menjawab. Aku menutup mataku rapat. Terasa dari gerakan pelan pada kasur, Rizki turun dan melenggang pergi namun tidak keluar dari kamar ini. "Hallo. Kenapa nelpon tengah malam gini?" Suara Rizki terdengar cukup berjarak dari kasur namun masih
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

Tiba-tiba Berubah

Suara ketukan pintu yang nyaring mengusik tidurku yang singkat. Ditambah dengan suara teriakan memanggil namaku. “Heh perempuan nggak tahu diri. Bangun!” Suara itu tidak lain adalah milik Nyonya besar di rumah ini, mamanya Rizki atau biasa dikenal dengan Tante Ria. Aku bergegas turun dari kasur, setengah berlari menuju pintu. Pintu terbuka. Wajahnya yang masam tepat berada di hadapanku. Tangannya menyilang ke dada. “Bagus ya, enak banget tiduran di kamar mewah. Sekarang kamu pergi ke dapur, siapin aku sarapan!” Tante Ria menarik tanganku paksa, aku tak bisa menghindarinya. “Nah, siapin aku sarapan sandwich yang enak. Awas kalo nggak enak!” titahnya menatapku tajam. Aku mengangguk saja tak berani melawan. “Sarah, awasi dia!” “Baik, Nyonya.” Setelah Tante Ria beranjak. Aku pun duduk lesu di kursi. "Mbak. Muka Mbak Naya pucat sekali. Mbak Naya sakit?" Sarah menatapku penuh dengan kekhawatiran. "Enggak, Sar. Aku cuman rada pusing aja dikit. Sudahlah, aku mau buatin Mama sandwich."
last updateLast Updated : 2023-01-19
Read more

Jangan Beritahu Mereka

Aku menggeliat di kasur, rasa sakit ini semakin membuatku mengerenyitkan dahi. "Sarah!" panggil Rizki nyaring. .Hanya hitungan detik, Sarah sudah berada di depan Rizki. "Iya, Tuan." "Bantu Naya jalan ke mobil. Kita ke rumah sakit." "Baik, Tuan." Sarah membantuku bangkit dari kasur. Perlahan turun. Rasa nyeri semakin merajalela kala ini yang membuatku terduduk di lantai. "Aku nggak kuat, Sar," lirihku. Peluh dingin mengucur membasahi tubuhku yang sangat lemah ini. "Sarah bilang sama Tuan dulu. Mbak tunggu di sini!" Sarah berlari meninggalkanku. "Ya Allah, ada apa denganku? Mengapa rasa sakit ini berulang kali terjadi." Suara sentakan kaki bisa aku rasakan berjalan menuju ke arahku. Aku memejamkan mata karena berusaha menahan rasa sakit ini. Rasanya badanku naik. Aku membuka mataku yang kudapati wajah Rizki dengan tatapan fokus ke depan. Dia menggendongku. Sesampainya di mobil, Rizki meminta Sarah untuk memangkuku. Dia merebahkan badanku dan kepalaku berada di atas paha Sara
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

Masa Iddah

Untuk yang ke-sekian kalinya, aku mendapati Rizki asyik berbincang dengan teleponnya, perbincangan yang membuat senyumannya merekah lebar. Membuatku merasa ingin tahu siapa di balik panggilan telepon di tengah malam itu. "Sampai berjumpa besok lagi, Sayang." Itulah ucapan terakhir yang aku dengar dari mulut Rizki saat aku sudah tepat berdiri di belakangnya. "Mas," ucapku. Rizki memutar badannya. Matanya membulat, sedang pupil matanya mengecil. "Sayang, kamu bangun." Rizki segera mendatangiku. "Mas kenapa belum tidur tengah malam gini?" tanyaku. "Em. Tadi sudah tidur, terus ad telepon dari staf kantor."Staf kantor kok pakek sayang? Apakah wajar bagi seorang staf menelpon CEO perusahaan tengah malam begini. "Staf? Malam-malam gini?" "I-iya, Sayang. Kan kamu tahu gimana keadaan perusahaan aku sekarang. Jadi, banyak banget yang harus diurusin. Sebaiknya sekarang kamu lanjut tidur lagi karena aku juga mau lanjutin tidurku." "Hwaaaa, ngantuk." Mulut Rizki menganga. Aku pun kembal
last updateLast Updated : 2023-01-21
Read more

Hinaan

"Sepertinya, apa yang dikatakan Sarah ada benarnya. Aku harus mencari informasi Mas Adji. Memberitahunya kalau aku sedang mengandung anaknya." Sudah berapa lamakah aku mondar-mandir tak karuan di dalam kamar ini. Aku berusaha memikirkan bagaimana caranya aku memberitahu Mas Adji sedangkan aku saja tidak lagi mempunyai kontaknya yang bisa dihubungi. "Ha. Kak Andin bisa jadi masih punya nomernya Mas Adji." Aku teringat Kak Andin pernah menelepon Mas Adji waktu itu. Pikirku, mungkin saja Kak Andin masih menyimpan nomornya. Aku bersigera mengetik pada kolom chat. Baru saja tertulis dua kata, aku menghentikan gerakan jemariku secara tiba-tiba. "Tapi, Kak Andin masih marah nggak ya sama aku?" Kak Andin tipe orang yang pendendam, jika dia membenci seseorang maka dia mampu tidak menegur orang tersebut seumur hidupnya. Karena kejadian beberapa hari lalu, di mana aku tanpa sadar menampar Kak Andin secara terang-terangan itu tentunya membuatnya sangat marah kepadaku. "Apa salahnya dicoba dul
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more

Cambuk

“Oh iya Jeng Ria. Katanya apa bener berita yang Jeng Ria bilang dulu itu kalau si Sinta itu kaya raya karena jualan obat terlarang, aku masih ingat loh waktu Jeng Ria cerita yang itu. Gimana Ibu-ibu juga masih ingat ga?” tanya salah seorang dari mereka, seketika yang lain ikut memberikan pernyataan yang sama jika mereka juga masih mengingat apa yang mereka maksud. "Apa, enak aja kalian, ngefitnah orang sembarangan. Orang tuaku orang baik-baik. Mereka ngasih makan anak-anaknya dengan uang yang halal.” Akhirnya emosiku meluap, tanpa pikir panjang aku majuu ke depan membela nama baik kedua orang tuaku. “Naya, berani-beraninya kamu membentak tamu saya.” Suaraku semakin meninggi daripada tingginya suara Mama Rizki. “Eh Tante Ria si penyebaran fitnah. Diam kamu!” ancamku balik. “Ibu-ibu dengerin ya, asal kalian tahu waktu dulu Ria ini masih di bawah, yang ngebantu keluarganya siapa? Orang tuaku. Yang biayain modal bisnis siapa? Ayahku. Kalian tahu? Tidak akan mungkin, karena yang diceri
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

Jangan Percaya

“Rizki. Ngapain kamu merhatiin dia?” teriak Tante Ria. Rizki naik pitam, dia merebahkan aku dengan pelan. “Ma, Mama kelewatan, keterlaluan. Mama sangat bej**, ini sudah melampaui batas, Ma. Kenapa sih Mama benci banget sama Naya, Naya ini isteri aku Ma, menantu Mama.”“Lewat batas? Andai kamu tahu apa yang sudah dia lakuin ke Mama, Riz. Pasti kamu juga akan jauh lebih marah daripada Mama.”“Rizki sudah tahu. Mama bener-bener kelewatan. Mama mau jadi pembunuh?” Rizki menodongkan wajahnya.“Mama ga bermaksud membunuhnya. Mama hanya ingin memberinya efek jera.” Bibir Tante Ria bergetar.“Memberi efek jera bukan begitu Ma, itu pembunuhan berencana. Sudah, Mama sebaiknya istirahat di kamar! Sarah, anterin Nyonya ke kamarnya!”Rizki kembali duduk di sampingku. Aku tidak menutup mataku, masih berusaha terjaga agar tidak terjadi hal yang sangat tidak aku inginkan. Rizki membuka kotak P3K lalu membersihkan lukaku dengan kapas, dia mengoleskan salep pada luka di tanganku, aku sesekali mengere
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

Istri ke-3

“Tuan. Ada Kakek di depan.” Sarah membawa berita. “Apa? Astaga. Ya sudah, kamu jagain Naya!” titah Rizki pada Astuti. “Sayang, kamu jangan ke luar dari sini!” Rizki bergegas pergi ke luar menemui kakeknya. Tinggalah aku berdua lagi dengan Sarah. Sarah menutup pintu. Dia memijati kakiku dan menanyakan apa mauku. Aku mulai penasaran dengan keadaan di luar setelah melihat ekspresi Rizki. “Sarah, kenapa tadi waktu kamu bilang ke Rizki kalau kakeknya dateng tiba-tiba ekspresi Rizki langsung berubah cemas gitu?” tanyaku. “Sarah juga ndak tau, Mbak Naya.” Aku tidak percaya dengan jawaban Sarah. Sarah tidak pandai berbohong, aku pun mendesaknya sampai dia mau memberitahuku. “Jadi begini, Mbak. Kakek adalah pemilik seluruh harta yang ada di keluarga ini, termasuk rumah ini dan segala pernak-perniknya. Kakek sudah lama minta pewaris, seorang buyut dari Tuan Rizki. Tapi, sampai sekarang masih belum diberi.” Akhirnya Astuti mau bicara. “Sampai sekarang, maksudmu cucu-cucunya belum ada ya
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

Suara itu

Kami telah tiba di rumah sakit yang dituju. Rizki tidak membiarkan aku berjalan sendiri, dia menggendongku lagi sampai ke dalam rumah sakit dan disambut para suster yang memberikan kursi roda untukku.Dokter memeriksa bekas cambukan di tubuhku. Aku hanya diam dan Tante Ria siap melancarkan cerita bohongnya untuk melindungi diri. Jika saja aku mau, aku bisa saja memberitahukan dokter tentang apa yang terjadi dan membuat Rizki dengan ibunya terjerat pasal KDRT.“Gimana, Dok?” tanya Rizki.“Bisa kita bicara di luar?” tanya Dokter yang langsung dijawab Rizki dengan angggukan setuju. Mereka berdua pun ke luar dari ruangan, meninggalkan aku dengan Tante Ria.Mata Tante Ria memerah dan sembab. “Ya ampun, Naya. Maafkan Mama ya. Ternyata separah itu,” lirihnya langsung memelukku. Bekas cambukan itu masih terasa sangat sakit, aku tidak akan bisa melupakan apa yang telah dia lakukan kepadaku meski sampai rasa sakit cambukan ini sembuh. Apalagi rasa sakitku saat dia menghina dan memfitnah orang t
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

Bergerak Pintar

Suara itu adalah milik Pritta, teman satu kantorku dulu. Aku sangat yakin itu. Aku memperbaiki sikapku pada Rizki dan Tante Ria agar aku dapat mengetahui apa hal yang ada di balik semua ini. Hari ini Rizki tidak pergi bekerja karena dia ingin bertemu kakeknya. Dia juga memintaku untuk ikut dengannya dan mengenalkan aku kepada kakeknya. Awalnya aku ragu, namun inilah kesempatan bagiku untuk mengoyak fakta yang balum aku ketahui. “Sayang, nanti di rumah Kakek kalau Kakek nanya yang macem-macem jangan dijawab ya. Satu lagi, apapun yang aku katakan kamu harus mengiyakan!” “Iya Mas, kan sudah dikasih tahu. Aku ga lupa kok.” Aku tidak merubah sikapku seratus persen, aku takut jika Rizki mencurigai akan ketahuanku tentang hal mengenai rencana busuknya. Bersama dengan Rizki, kami berdua pergi ke rumah kakeknya Rizki, sesampainya di sana aku dikejutkan dengan megahnya istana tempat tinggal bak istana seorang raja. Pernak-pernik rumah yang mewah nan indah memanjakan mata. Kami menyusuri ru
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status