“Nay, buka pintunya. Dengerin aku!” Rizki menggedor pintu keras. Aku menyandarkan tubuhku ke pintu. “Nay, buka! Aku bilang buka sekarang, kalau kamu nggak mau buka pintunya, kamu tahu kan apa yang akan aku lakukan pada mamamu.” Aku segera membuka pintu kamar ini karena mendengar ancamannya yang membuatku tidak bisa berkutik. “Aku mohon Riz, jangan apa-apakan mamaku.” Rizki mengendus cepat, dengan santai dia menempelkan sikunya ke dinding. “Apa, kamu berani melawanku?” Aku menggeleng segera. “Riz, aku mohon. Kali ini aku memohon dengan sangat, lepaskan mamaku. Kalau kamu mau nyiksa, siksa saja aku. Jangan mamaku, mamaku tidak salah apa-apa. Cekek aku sekarang, Riz. Bunuh saja sekalian. Kamu dendam kan sama aku, kamu pengen bayi aku kan? Tapi maaf, aku ga akan mau memberikan bayiku. Lebih baik kamu bunuh saja aku sekarang.” Aku meraih tangan Rizki dan meletakkannya ke leherku. “Lebih baik aku dan bayiku mati sekarang.” Rizki menjauhkan tangannya. “Nay, kamu bodoh atau apa? Aku ga
Last Updated : 2023-02-07 Read more