All Chapters of Suami Terhinaku Seorang Miliuner: Chapter 71 - Chapter 80

110 Chapters

Kebencian yang Sangat Besarnya

Masih dengan Pov yang sama Kak AndinAku kerap kali menemui Adji. Sejak saat itulah aku mulai menaruh hati padanya. Dia yang menghibur waktu sedihku, dia pula yang tahu bagaimana memperlakukan wanita seperti diriku. "Aku bingung, Dji. Gimana caranya agar aku bisa menarik perhatian dari kedua orang tuaku. Rasanya aku adalah anak yang tidak berguna bagi mereka." "Kak. Tidak ada yang namanya perbedaan kasta dalam keluarga. Aku yakin, orang tuamu pasti sangat menyayangimu tanpa terkecuali, hanya saja pikiranmu saja yang membuat skenario seolah mereka membeda-bedakanmu dengan saudarimu sendiri." "Tapi, Dji. Semuanya nyata, bukan hanya pola pikirku. Semuanya real di depan mata. Semuanya real dengan kehidupan yang aku rasakan. Dia selalu dibangga-banggakan, dipuja-puja."“Kak. Coba Kakak ingat-ingat lagi apa pernah keluarga Kakak membiarkan Kakak saat sakit, tidak diurus? Bagaimanoun keluarga kita, hanya mereka yang ada saat kita pelru, saat kita sakit merekalah yang sibuk mencarikan dok
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

Taruhannya

Kembali pada Pov Naya“Ma, semoga mama baik-baik saja. Naya yakin, Kak Andin pasti tidak akan sejahat itu pada mama, orang tua kandungnya sendiri.”Rizki datang kembali untuk mengecek apakah aku sudah menghabiskan makananku atau belum. Aku sudah berusaha melahapnya sampai tak bersisa disertai dengan aliran air mata. “Bagus, gitu dong!” Rizki mengusap kepalaku, aku menghindar darinya tak sudi jika harus disentuh oleh tangannya. “Sudahlah, Nay. Nggak lelru jual mahal sama aku, aku tahu kamu pasti sangat menginginkan aku bukan? Tapi, maaf aku sudah tidak lagi mencintaimu seperti dulu karena sekarang kamu tidak secantik dulu, lebih tepatnya sekarang kamu seperti sampah!”Aku hanya diam, tak perlu membuang tenaga untuk menggubris semua ocehan mereka yang tidak akan berdampak apa-apa padaku. “Sayang, kamu kok di sini. Iyuh, bau banget. Kok kamu tahan sih Sayang dekat-dekat sama tuh sampah.” Pritta berdiri di depan pintu seraya menutup hidungnya dengan tangannya. Rizki bangkit da
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more

Membenci Kebohongan

“Kalian bukan manusia. Apalagi kamu, Kak Andin. Kamu jauh lebih biasa* dari binatang, kamu tega menyakiti perempuan yang sudah mengandung dan membesarkanmu dengan penuh kasih sayang.”“Penuh kasih sayang katamu? Heh, aku bukan orang bodoh**, Nay. Kamu pasti tahu kalau mama dan bapak sayangnya cuman sama kamu doang, kamu adalah anak kebanggan mereka kan?” Kak Andin menghilangkan kedua tangannya ke dada. Dia terlihat sangat angkuh dan merasa paling benar, tidakkah dia merasakan bahwa dirinyalah yang selalu diprioritaskan oleh mama lebih tepatnya. “Kak, kamu buta ya? Atau sudah lali? Mama yang selalu mengutamakan kamu, kamu yang selalu diperhatikan oleh mama. Mama rela melakukan ini itu agar apa, agar Kak Andin hidup nyaman. Waktu aku sakit, apa yang ditanyakan mama sama aku? Kak Andin tahu?” Dadaku rasanya sesak. “Mama.nanyain keadaan Kak Andin yang cuman hengkang kaki di kamar setiap hari. Dia nanyain Andin sakit ya? Andin sudah makan Belum? Andin ini, Andin itu. Andai Kakak denger
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

Hati Nurani

“Gimana, Nyonya Naya sudah mendingan?” tanya Lina lembut seraya mengompres pipiku. “Sudah, Lin. Sudah jauh lebih mendingan. Makasih ya!” Lina mengangguk-angguk. Tiba-tiba Raka atau Leo datang bersama Lisa menghampiriku, di luar sana mereka masih sibuk dengan kakek. Aku sangat bersyukur atas pertolongan yang Allah berikan lewat hadirnya kakek ke rumah ini. Coba saja kalau tidak ditolong sama Allah, nisyaca mungkin nyawaku ataupun nyawa mama sudah melayang di tangan mereka, komplotan orang jahat itu. “Tante Naya,” sapa Raka kepadaku. “Leo.” Aku tersenyum.lebih kepadanya. Kata Lisa, beberapa waktu belakangan ini Leo selalu saja mencariku mungkin karena beberapa waktu laku aku sering ke apartemennya untuk menemuinya. “Leo, boleh nggak Tante manggil Leo itu Raka?” tanyaku sangat lembut, aku mengelus lembut kepalanya. “Boleh, Tante. Tante Andin juga manggil Leo. Raka. Ayah juga kadang manggilnya Raka. Cuman Papa sama nenek yang manggil Leo.” Raka sudah sangat lancar berbicara, d
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more

Genit

Rizki menggeleng, tandanya aju harus menolak ajakan kakek untuk bermalam di rumahnya. Tapi bagaimana caraku untuk menolak ajakan ini. “Naya, gimana?” tanya kakek lagi. “Em. Anu, Kek. Naya pengen banget, cuman Naya kayaknya nggak bisa soalnya anu. Apa itu namanya ya.” Aku berusaha memikirkan kelanjutan ucapanku. “Itu apa?” “Itu Kek. Naya harus pergi sama Kakak Naya, mau ke rumah mama.” “Rumah Mama. Oh, ini kakak kamu. Kakek kira tadi istrinya Rizki lagi.” Kak Andin tersenyum dan mengangguk saat kakek menatap ke arahnya. “Ya sudah kalau gitu. Leo kita pulang ke rumah kakek buyut ya, tapi nggak sama Tantenya ya.” “Iya, Kakek buyut. Hore, ke rumah kakek buyut.” Kakek bersama Leo dan Lisa sudah beranjak pergi. Akhirnya aku kembali harus berhadapan dengan mereka lagi, komplotan manusia yang tidak mempunyai rasa kemanusiaan. Rizki mengapresiasi apa yang sudah aku lakukan yakni menolak ajakan kakek ke rumahnya. “Bagus, gitu dong. Harus kerja sama dengan baik.” Rizki merangkul
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more

Tentang Pritta

“Nay, buka pintunya. Dengerin aku!” Rizki menggedor pintu keras. Aku menyandarkan tubuhku ke pintu. “Nay, buka! Aku bilang buka sekarang, kalau kamu nggak mau buka pintunya, kamu tahu kan apa yang akan aku lakukan pada mamamu.” Aku segera membuka pintu kamar ini karena mendengar ancamannya yang membuatku tidak bisa berkutik. “Aku mohon Riz, jangan apa-apakan mamaku.” Rizki mengendus cepat, dengan santai dia menempelkan sikunya ke dinding. “Apa, kamu berani melawanku?” Aku menggeleng segera. “Riz, aku mohon. Kali ini aku memohon dengan sangat, lepaskan mamaku. Kalau kamu mau nyiksa, siksa saja aku. Jangan mamaku, mamaku tidak salah apa-apa. Cekek aku sekarang, Riz. Bunuh saja sekalian. Kamu dendam kan sama aku, kamu pengen bayi aku kan? Tapi maaf, aku ga akan mau memberikan bayiku. Lebih baik kamu bunuh saja aku sekarang.” Aku meraih tangan Rizki dan meletakkannya ke leherku. “Lebih baik aku dan bayiku mati sekarang.” Rizki menjauhkan tangannya. “Nay, kamu bodoh atau apa? Aku ga
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

Dibawa Kabur

"Nay, nanti malam kamu harus periksa lagi ke dokter," ucap Rizki dingin. "Baiklah," jawabku. Malam harinya hujan deras, Rizki ttap memintaku untuk pergi bersamanya ke rumah sakit. "Riz. Aku mohon sekali lagi lepaskan Sarah!" Rizki tak.menanggapi, tatapannya fokus ke depan seraya menyetir mobil. Aku memalingkan wajahku darinya. Rizki kembali melajukan mobilnya. Diam, tidak ada percakapan yang berkelanjutan. Perjalanan masih terjadi, aku baru menyadari arah mobil ini tidak menuju ke rumah sakit yang pernah kami kunjungi. “Riz. Kita mau ke mana?” tanyaku. “Pergi jauh, Nay. Kita akan pergi jauh dari semua orang.” Rizki masih sibuk menyetir. “Maksud kamu? Riz, hentikan mobilnya kalau ga aku bakalan terjun.” “Enggak, Nay. Aku ga akan hentikan.” Rizki mendadak bersuara nyaring. Air mata yang dia pendam tadi akhirnya mengalir ke pipi. Mobil masih disetirnya dengan kencang aku semakin merasa ketakutan. Ke mana maksud Rizki pergi jauh? “Riz. Aku mohon. Jangan begini, ayok hentikan mob
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

Mas Adji, Tolong Aku!

[Mas Adji, tolong aku!][Aku ga tau Rizki mau membawaku ke mana?][Tolong aku! Aku takut. Balas pesan ini. Aku mohon, jika kamu tidak perduli lagi padaku setidaknya tolong aku sebagaimana kamu menolong manusia yang sangat memerlukan bantuan.]Aku berharap balasan darinya. Chat dariku hanya sebuah pesan dengan centang satu warna abu-abu. Apa yang harud aku lakukan sekarang, Mas Adji satu-satunya yang bisa aku harapkan. "Sayang. Kamu mau mati dengan cara seperti apa?" celoteh Rizki masih fokus menyetir mobil. Aku menggeleng tak mau. "Aku mohon, bebaskan aku!”"Kan aku sudah bilang. Kita sebentar lagi akan bebas dari dunia ini. Kmu yang sabar dulu dong. Sebentar lagi keinginanmu itu akan terwujud.”'Ya Allah, tolong Hamba!' [Nay, kamu di mana?] [Aku pasti nolongin kamu.][Tolong. Kamu nyalakan gps, terus telpon aku. Matikan speaker posel dan kecilkan volumenya agar aku bisa dengar apa yang terjadi di sana.]Aku tersenyum senang dengan air mata yang berlinang. Tanganku gemetar sembari
last updateLast Updated : 2023-02-16
Read more

Selamat Tinggal Dunia

Rizki masih berjalan dengan menggendongku. Sesampainya di suatu gubuk, Rizki menurunkan aku. Aku siap berlari untuk kabur namun cepat sekali tangan Rizki memelukku dari belakang. “Mau ke mana kamu? Kami ga bakalan bisa kabur dari genggamanku, Nay.” “Riz, aku mohon. Lepaskan aku, jangan sakiti aku lagi.” Rizki membelai suraiku yang tergerai basah. Tubuhku hampir menggigil karena dinginnya seteleh menembus hujan ditambah terpaan angin. “Kamu jangan takut, Sayang. Setelah malam ini, kamu ga akan lagi merasakan rasa sakit. Kita akan bahagia berdua di alam yang lain.” Rizki mengendus-endus di dekat leherku. “Maksud kamu?” “Kita akan mati bersama. Aku sudah siapkan pisau yang sangat tajam agar tidak begitu terasa sakit.” Mataku terbelalak dan hampir saja mau keluar dari tempatnya. Dugaan ku tidak melesat. Apa lagi yang bisa kulakukan. Mas Adji tidak akan sempat datang untuk menolongku karena dia tertinggal sangat jauh. Mungkin, setelah sampai ke tempat ini dia hanya akan menemukan m
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more

Banyak Cerita

Alhamdulillah, itulah ucapan yang saat ini menggerogoti mulutku. Rizki telah diamankan oleh polisi, Mas Adji datang dengan para polisi karena Mas Adji tidak ingin mengambil risiko, dia langsung menyerahkan kepada pihak berwajib.“Mas Yusuf nggak kenapa-napa?” tanyaku pada Yusuf. “Alhamdulillah nggak kenapa-napa, Mbak.”“Mas, terima kasih banyak sydah nolongin calon istri saya. Kalau Mas tadi nggak ada pasti saya sudah sangat terlambat datang ke sini.” Mas Adji merangkul pundak Yusuf. Aku terkesiap sejenak 'Calon Istri' Senyumanku mengembang kemudian Mas Adji menilik ke arahku dengan senyuman manisnya yang sudah lama aku rindukan. “Ini sudah takdir Tuha, Mas. Kebetulan tadi saya lagi jaga sawah di sebelah terus denger ada yang minta tolong jadi saya buru-buru ke sini. Ternyata Mbak Naya.” Mas Adji memintaku pulang bersamanya. Mas Adji melakukan mobilnya dengan senyuman yang bahagia sebagaimana aku. Pada akhirnya kami bertemu kembali. “Mas, makasih.” “Iya. Maaf ya, Nay. Kemarin ak
last updateLast Updated : 2023-02-27
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status