Semua Bab Suami Terhinaku Seorang Miliuner: Bab 41 - Bab 50

110 Bab

Raka Anakku

Suara alarm menderit, memekak memaksaku untuk keluar dari zona mimpi. Aku membuka mataku lebar. Perlahan aku bangun seraya mengucek mataku. Kantuk masih belum sirna karena semalam aku kembali bisa tertidur pukul dua pagi, niat mau tidur cepat malah sama saja dengan hari-hari sebelumnya. Aku melenggang pergi ke kamar mandi, handuk ungu sudah menggantung di bahuku. Sesampainya di kamar mandi, aku merasa ada yang membuatku tidak nyaman. Ada dar*h di celanaku. “Aneh, nggak ada hujan nggak ada angin malah datang bulan.” Aku pun melanjutkan mengguyur badanku. Selepas mandi, aku mencari bajuku yang tersusun tanpa lemari. Hanya di dalam koper saja. “Oh iya, dompetku mana ya?” Aku mencari-cari dompet milikku. Saat aku melihat baju jaket yang tergantung di belakang pintu, aku teringat jika semalam aku meletakkan dompetku di dalam saku jaket itu. Aku segera merogoh isi saku jaket, bukan dompet yang aku temukan melainkan benda pipih persegi panjang. “Sekarang aku haid, nggak mungkin kan la
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-08
Baca selengkapnya

Naluri Seorang Ibu

''Mbak, kalau boleh tahu. Siapa nama majikan Mbak. Orang tuanya Leo.'' Aku menunggu dengan sangat jawaban dari pertanyaanku yag satu ini. Mbak Lisa nampak berpikir. ''Namanya Tuan Rizki, Mbak.'' ''Rizki?'' ''Iya, Mbak. Rizki, nama ibunya Prisyilla.'' Aku menganggguk saja. Ternyata bukan Ardi. Anak kecil ini adalah Leo dan bukan Raka. Mereka hanya mirip saja, lagian juga wajah anak-anak itu kadang memang banyak miripnya. ''Oh, pasti mereka super sibuk, ya. Jarang ada di rumah.'' ''Iya, Mbak. Namanya juga orang kaya. Apalagi ibunya jarang banget pulang ke sini karena dia kerja di kota seberang, jauh.''''Di seberang, Mbak? Kayaknya sama tempat tinggalku yang dulu.''''Owalah, ternyata Mbak Naya tinggal di sebrang, pantesan kayak pernah lihat dulu.'' ''Iya, Mbak. Saya baru aja tinggal di sini, baru beberapa bulan.''''Lamaan, Mbak. Saya baru ke sini belum sempat sebulan. Dulu pernah, tapi sudah beberapa tahun yang lalu waktu Leo belum satu taun umurnya, terus pindah lagi ke kota se
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

Rizki yang Terbaik Untukku

Aku berlari kencang setelah turun dari motor ojek yang baru saja mengantarku. Aku mendapatkan kabar dari Rizki kalau mama dibawa ke rumah sakit, tentunya aku bergegas mendatangi.“Suster, pasien atas nama Ibu Sari,” tanyaku ngos-ngosan pada salah seorang suster.Suster sibuk membuka buku catatannya. “Iya, Ibu Sari ada di ruangan B. Sebelah kanan, Bu.”“Makasih, Suster,” ucapku lalu bergegas pergi menuju ruangan yang disebutkan oleh suster.Sesampainya di ruangan, ada Rizki dan juga Kak Andin yang sedang mondar-mandir di depan ruangan dengan pintu yang tertutup rapat. Wajah keduanya tiada terukir kebahagiaan sedikitpun, hanya kesuraman yang dapat kulihat dari pancaran wajah mereka. Aku mendekati Kak Andin yang sedang terpaku menatap lantai dengan tatapan kosong. “Kak, Mama kenapa?” tanyaku perlahan.Bulir bening akhirnya jatuh membasahi pipinya, dia langsung saja memelukku. Aku mengusap rambutnya yang tergerai tanpa ikat itu dengan keadaan hati yang tak karuan.“Ini semua salah aku, Na
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-10
Baca selengkapnya

Menikahlah!

"Mamaku nanyain kamu," ungkap Rizki. "Maaf ya, Riz. Malah gagal jadinya.""Bukan salah kamu, Nay. Memang sudah takdirnya." Rizki memeggenggam tanganku lembut. "Oh iya, motormu mana? Tadi ke sini pakai apa?" "Tadi, aku ke sini pakai ojek. Motor aku titipin sama orang." Rizki mengangguk saja. ***Aku berdecit lesu. Duduk merenung di bawah gumpalan awan malam yang berusaha menutupi cahaya bulan malam ini. Teringat jumlah nominal yang harus dikeluarkan untuk biaya operasi Mama. Seratus juta bukanlah biaya yang rendah, apalagi untuk orang dengan penghasilan puluhan ribu perhari ini. Jangankan seratus juta, satu juta saja sangat jarang aku temukan sekarang, hampir tidak ada. Aku memungut sisa-sisa kenangan indah yang berusaha kucari dalam kehidupanku yang telah lalu untuk membuatku sedikit merasa bahagia meski hanya secuil dan lewat ingatan saja, namun tak ada satu pun kenangan indah yang tidak membuatku mengingat hal yang tidak ingin aku ingat. Hampir setiap momen bahagiaku ada pada M
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-11
Baca selengkapnya

Jangan Pergi

Aku pulang ke rumah untuk mandi. Di rumah, aku tidak menemukan Kak Andin. Dia tidak pulang ke rumah. Aku masuk ke kamar untuk mengambil handukku, saat aku ingin melenggang pergi aku tanpa sengaja menyenggol gelas kaca yang ada di atas meja. Bark, jatuh. Pecah berhamburan di lantai. “Astaga. Namabh kerjaan aja.” Aku dengan terpaksa membersihkan pecahan gelas tersebut. “Aw,” jeritku karena tanpa sengaja pecahan kecil menusuk jari telunjukku.Aku langsung membasuh jari telunjukku pakai air, menghilangkan aliran darahnya. "Pertanda apa ini?" gumamku. Aku langsung mencari ponselku, prasangka buruk di hati kini mencekat niatku untuk mandi. Aku bergegas menelpon Kak Andin, masih tetap sama tidak ada jawaban. "Kak, kamu di mana sih?" "Apa jangan-jangan, Kak Andin ke tempat Leo?" pikirku. Motorku sudah ada di pelatar rumah, Rizki sudah menyuruh orang untuk mengantarkan motorku ke rumah. Aku bergegas beranjak menuju apartemen yang ada di pertigaan. Gerbang dikunci, begitu pun pintu y
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-12
Baca selengkapnya

Maafkan Aku!

Hatiku masih menolak hebat, namun akad sudah terucap dan pernikahan sah dalam agama. Mama sudah mulai bisa bangun untuk duduk dan makan. Mama sangat bahagia karena aku sudah menikah dengan Rizki yng menjadi salah satu impiannya. Dering ponselku bergetar, aku keluar dari ruangan inap untuk mengangkat telepon dari Kak Andin yang belum kembali ke rumah sakit dari kemarin.‘Hallo Kak Andin, Kakak di mana? Kenapa ga ke rumah sakit lagi, Mama masih sakit tau,’ ucapku dengan nada kesal.‘Maaf Nay, aku masih belum bisa pulang. Aku lagi ada urusan besar. Aku minta tolong ya, kalau Mama nyariin aku, bilang aja kalau aku lagi sakit di rumah..''Tap...' Belum sempat selesai aku berucap. Tut..Tut...Tut.Telepon tiba-tiba terputus. Aku masih berusaha mengucapkan kata 'Hallo' beberapa kali.Apa sebenarnya yang sedang Kak Andin lakukan? Di mana dia sekarang. Kugenggam ponselku dengan erat sembari masih memikirkan Kak Andin yang membuatku tidak enak hati.Suara Rizki terdengar memanggil namaku, aku m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-13
Baca selengkapnya

Istri Baru

“Sayang, ayok pulang ke rumah. Aku mau ngenalin kamu sama Mamaku!” ucap Rizki, suamiku. “Sekarang Mas? Tapi, penampilanku seperti ini,” ucapku sembari memperlihatkan pakaian yang kukenakan, baju kaos polos lengan panjang dengan celana kulot warna abu-abu ditambah sendal jepit yang kuanggap tidak pantas untuk bertemu mertuaku. “Gapapa, kamu tetap cantik kok. Ayok!” Rizki meraih lenganku. “Tapi, Mama,” elakku menilik pada hospital bed. “Sudah, Mama ada yang jagain kok.” Pada akhirnya aku pasrah, ikut dengan Rizki dengan penampilan seperti ini. Aku masuk ke mobil Rizki bersebelahan dengannya, dia memasangkan sabuk pengaman padaku sembari tersenyum manis. Hatiku dag-dig-dug tak menentu, bukan karena tatapan sorot mata Rizki terhadapku, melainkan memikirkan bagaimana respon Mamanya Rizki nanti saat melihat betapa buruknya aku . Sepanjang jalan aku berdoa semoga semuanya akan baik-baik saja. Mobil sudah terparkir, rumah Rizki yang besar ini dijaga oleh satpm berbadan kekar. Aku meras
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-14
Baca selengkapnya

Anak Tunggal

"Sayang. Kamu sudah selesai mandinya." Rizki mendatangiku dengan telanjang dada, kancinga bajunya sengaja dibuka menampilkan dada bidangnya. "Iya, Mas. Sekarang giliran kamu." Desiran darah mendesir tak nyaman. Aku merasa semakin gugup saat Rizki semakin mendekat ke arahku. "Iya, Sayang. Sebentar lagi, aku masih mau habisin waktuku sama kamu." Skak, Rizki tepat berada di depanku. Aku memundurkan badanku agar tercipta jarak dengannya namun Rizki malah menarikku jatuh ke dalam pelukannya. Aku ingin berontak, tak nyaman. Tetapi Rizki sudah sah menjadi suamiku, dia berhak untuk hal itu. "Sayang. Kita senang-senang malam ini ya!" bisik Rizki membuat tubuhku merinding. Aku mendorong badan Rizki dengan tenaga yang sedikit. "Maaf, Mas. Aku lagi halangan sekarang." Rizki menautkan kedua keningnya yang tebal itu. "Kamu halangan?" Akhirnya Rizki melepaskan aku. Aku mengangguk membenarkan. Senyuman tipis menghiasi wajah Rizki. "Ya sudah kalau gitu. Kamu istirahat sekarang!" Rizki melepas
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-15
Baca selengkapnya

Demi Melunasi Hutang

Aku pergi ke rumah sakit lagi, menemui mama untuk mempersiapkan semua barang-barang mama. Dia sudah bisa pulang ke rumah. "Gimana, Sayang. Sudah semuanya?" tanya Rizki. "Kayaknya sudah, Mas." Aku masih mencoba mencari barang mama yang mungkin masih belum masuk ke dalam tas mama. "Ayok, sini biar aku yang bawa tasnya ke mobil. Kamu dorong kursi roda Mama ya!" titah Rizki. Aku mengangguk. Rizki lebih dulu melenggang pergi ke luar rumah sakit. Aku perlahan mendorong mama yang duduk di kursi roda. Mama bahagia melihat aku bersama Rizki datang menemuinya. Aku dan mama duduk di jok tengah. Rizki sibuk menyetir mobil seraya sibuk berbincang dengan teleponnya. Aku baru menyadari jika jalan yang kami tuju bukan ke jalan rumah Rizki melainkan jalan menuju rumahku yang kecil itu. Aku kebingungan, bukankah Rizki pernah bilang kalau mama dan Kak Andin juga akan tinggal bersama kami di rumah Rizki. Terus, ini kenapa kembali ke rumah?"Mas, ngapain ke rumahku?" tanyaku. Rizki menghentikan mob
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-16
Baca selengkapnya

Tidak Diharapkan

Aku masih tertegun, mengapa tanganku begitu lancang kepada kakak kandungku sendiri. Tapi, bagaimana aku tidak marah dengan perkataannya yang sungguh tidak bermutu itu. Aku berkecak pinggang karena ada rasa sakit yang lumayan membuatku menjerit pelan. Kayak ada yang nendang dari dalam perutku. "Sayang. Mama sudah pulang. Sebentar lagi kamu bakalan ketemu sama mama." Rizki sudah datang, tepat waktu. Dia memintaku untuk pulang ke rumahnya lagi. Inginku menolak, entah mengapa rasanya agak gugup untuk bertemu dengan orang tua Rizki. Apakah dia akan sebaik Rizki atau malah seperti mertua di film sinetron tivi. Sebelum pulang, Rizki menjenguk mama terlebih dahulu dan meminta izin membawaku pulang ke rumahnya. Tetapi mama sudah tertidur. "Ayok, Sayang. Kita pulang!" Aku ikut saja. Bgaimana pun dia adalah suamiku sekarang ini. "Kenapa ganti baju, Sayang?" tanya Rizki yang baru saja menyadari tentang pakaianku. "Anu, Mas. Tadi Naya ganti baju di rumah karrna baju yang tadi siang Naya pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status