All Chapters of Suami Terhinaku Seorang Miliuner: Chapter 21 - Chapter 30

110 Chapters

Lupa Acara

Dering ponsel tak menggetarkanku sama sekali, aku tetap diam duduk di kursi yang ada di teras rumahku, dengan kaki yang menjuntai aku mengayunnya berselisihan. Hanya melirik sekilas ke arah ponsel yang berdering dengan nama kontak Rizki. Berulang kali berdering dan mengusik ketenanganku akhirnya kumatikan ponselku agar panggilan tak lagi menyapa.“Huh, enaknya ngapain ya?” gerutuku malas.Dalam gang yang sempit ini aku hidup dan bernaung, meski di gang yang sempit namun kendaraan masih leluasa untuk berlalu lalang, aku seorang gadis dengan pakaian rapi dan modis setiap ke kantor itu berbanding terbalik dengan dunia nyataku. Aku adalah seorang janda dengan baju daster yang telah ditinggalkan oleh suamiku yang sangat baik.Mas Adji, sudah berminggu-minggu kamu tidak menginjakkan kakimu ke rumah tetap saja bayanganmu lekat di sini. Aku kesal dan bingung pada diriku sendiri, kemarin benci banget sama Mas Adji dan sangat menginginkan perpisahan dengannya. Tapi, sekarang aku malah seperti i
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more

Acara Membawa Duka

Seorang MC asyik berbicara di depan para tamu undangan. Aku tidak melihat sosok Pak Kusuma di depan. Yang aku herankan adalah mengapa tamu undangan yang ada di sini terbilang sangat sedikit dan dari golongan tingkat bawah? Lihat saja pakaian mereka yang terbilang seperti para pedagang keliling seperti Mas Adji. Hanya kami yang berpakaian layaknya para tamu undangan.“Nay, aku mau ngambil minum dulu ya. Kamu mau sekalian aku ambilin?” tawar Rizki.“Nggak usah, Riz. Kamu aja, aku belum haus,” tolakku.Rizki mengangguk lalu pergi menuju jamuan makanan dan minuman yang tersusun rapi di bagian samping panggung.Aku plenga-plengo mengitarkan pandanganku. Aher pergi entah ke mana? Aku juga bingung dengannya yang terlihat sangat sibuk itu padahal hanya menjadi tamu undangan saja.Seorang pria berjalan ke arahku. Aku berpura-pura tak memerhatikan langkahnya itu. “Mbak,” ucapnya menyapaku.“Iya, ada apa?” tanyaku memberi respon.“Mbak, bisa gantiin MC bentar! MC-nya tadi ada suatu hal yang mend
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more

Selamat Tinggal

Sepulang acara, aku langsung saja membenamkan diriku di kasur. Tangisan pecah tanpa reda. Sakit, sangatlah membuat ngilu di dada. 'Nay, yang terjadi di tempat Pak Kusuma barusan sangat memalukan. Kamu tahu itu kan. Saya tidak perduli dengan segala alasan yang kamu berikan, mulai saat ini kamu tidak usah datang lagi ke kantor, kamu dipecat!' Suara atasan terdengar menggeram dari ujung telepon. Aku hanya diam tanpa pembelaan karena percuma saja, atasan sudah marah yang kedua kalinya padaku. Bayangan Mas Adji masih saja menghantui. Apalagi saat Mas Adji berada di atas panggung bersama wanita lain, Pritta. Mama, Rizki dan Aher berulang kali berusaha mengetuk pintu kamar yang sudah kurang lebih tiga jam yang lalu aku kunci. Aher terdengar meringis memintaku membuka pintu."Nay. Ayok buka pintunya. Kami khawatir, takut kamu kenapa-napa di dalam." "Bener, Nay. Sudah, tiada gunanya menangisi lelaki seperti Adji. Aku di sini, Nay. Aku ga bakalan ninggalin kamu, mari kita pergi dari sini dan
last updateLast Updated : 2022-12-24
Read more

Demi Kebahagiaanmu

Pov Adji~~~~~~~ Aku tidak bisa tidur malam ini. Memikirkan Naya bersama Rizki. “Nay, semoga kamu bahagia bersama Rizki yang jauh lebih baik daripada aku. Maaf, jika saat bersamaku kamu tidak pernah merasakan apa artinya kebahagiaan dalam rumah tangga kita.” Aku, Adji Mahendra. Adik dari Kusuma Adjipto Sahreza, kami adalah saudara kembar yang dulunya sama-sama sempat hidup susah setelah kematian kedua orang tua kami. Kami juga adalah si kembar yang telah puluhan tahun terpisah. Kak Kusuma tinggal bersama kakek di luar negeri. Sedangkan aku, tinggal bersama paman dan tante di kota ini. Pada saat dalam keadaan susah-susahnya, aku terpaksa meninggalkan cita-cita kuliah, aku mencoba mengerjakan semua pekerjaan yang aku paksa harus bisa agar bisa membantu ekonomi paman dan tante. “Harusnya, anak saudaramu itu sudah kerja, bantuin kita. Masa kita sudah sekolahkan dia capek-capek ujung-ujungnya dia nganggur di rumah,” celoteh tente kepada paman yang baru saja pulang dari tempat kerjanya.
last updateLast Updated : 2022-12-24
Read more

Keputusan

Pagi hari ini aku masih mencoba mencari pekerjaan, namun tidaklah mudah. Badanku juga rasanya kurang sehat, perutku mual dan tidak enak badan. Mama beranjak dari kasur pada pukul setengah delapan pagi. Aku masih bergelut dalam selimutku seraya sibuk dengan laptopku untuk mencari info lowongan pekerjaan. Pukul sepuluh pagi, aku bangkit dari kasur karena perutku sudah sangat lapar. Suara Kak Andin masih belum terdengar, mungkin masih tidur. Mama kudapati sedang duduk melamun di teras dapur. Tangannya memangku dagu dengan tatapan kosong ke depan. ''Ma, lagi mikirin apa.'' Aku duduk di sampingnya. Mama terkesiap. ''Eh, kamu sudah bangun, Nay.'' Senyuman tipis mama tergambar secara paksa, matanya berkaca-kaca. Aku meraih tangan mama dan dengan lembut memintanya untuk bercerita.''Ma, cerita sama Naya!''Mama menelan ludahnya dengan berat. ''Mama rindu sama Bapak, Nay.'' Bibir mama bergetar. ''Bapakmu pasti sedih melihat keadaan kita yang sekarang ini, andai Bapakmu masih ada pasti ki
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

Perisapan Dagang

"Apa, Naya mau jualan sayur?" Kak Andin tertawa renyah seraya melipat kedua tangannya ke dada. "Aneh stres emang nih anak."Aku yang awalnya tidak menghiraukannya kini merasa naik pitam. Aku berdiri tepat di depan Kak Andin siap untuk melayangkan pembelaan diri. "Stres kata Kakak? Gimana, stres mana masa Kakak yang dari dulu ga mau nyari kerja. kerjaannya tidur, ngurung diri di kamar, makan. Hah? Yang stres yang mana, aku apa Kakak?" Padahal, itu adalah pantangan nagi mulutku. Aku tahu, Kak Andin bukanlah perempuan yang berpendidikan tidak sepertiku. Tetapi, dia tidak pernah mau menghargai semua perjuanganku untuk keluarga. Membantu mama di dapur saja tidak pernah. Kak Andi menunjuk ke arahku, mulutnya berusaha untuk balik memaki. "Argh." Kak Andin tidak bisa membalas fakta yang aku lontarkan. Bukan salahku, dia yang mulai duluan. Aku tahu Kak Andin marah dengan ucapan ku barusan, namun dia memilih untuk melenggang pergi. "Kamu ini Nay, kamu tahu kan Kakakmu tuh gimana orangnya."
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more

Investasi Bodong

Setiap hari berdagang tanpa cuti, cukup membuatku tubuhku jadi jompo. Pada awal mula daganganku sangat sepi pembeli, namun setelah berjalan kurang lebih satu minggu para pembeli mulai berdatangan atas rekomendasi para tetangga mereka yang sudah tahu tentang hal ini. “Uwak... Uwak...” Aku kembali memuntahkan isi perutku. Sudah beberapa hari ini badanku terasa lemas dan perutku sangat mual. “Nay, sampai kapan kamu kayak gini? Coba periksa ke dokter!” celoteh mama sembari memijat bahuku.“Naya cuman masuk angin, Ma. Lagian, biaya ke dokter pasti mahal. Kita ga punya uang banyak.” Jejeran koyo menempel di badanku, badanku yang cantik dan segar bugar kini sudah terasa seperti jompo. Pegal sana-sini. Kulit wajahku yang mulai kusam tanpa disentuh perawatan akan membuat orang masalaluku mungkin tidak akan mengenaliku sekarang ini. Sudah beberapa waktu berlalu, jahitan luka di hati mulai mengering. Semua nomor telepon dan informasi tentangku telah kuhapuskan dan ganti agar semua orang yang
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Hadiah dari Siapa

Aku menghitung uang hasil dagang seharian ini. Aku mendesah kesal karena kudapati uang yang ada menipis akibat membayar hutang mama dan Kak Andin tadi siang. Sampai saat ini, keduanya masih belum berani menegurku. Mereka tahu jika aku masih marah kepada mereka. "Aish, ini uang buat setoran dan sisa untukku cuman segini." Ingin rasanya aku menangisi nasibku yang buruk ini. Kupikir mungkin ini adalah balasan atas jahatnya aku beberapa waktu yang lalu. Pak Kumis dengan rekannya datang mengantarkan sayuran seperti biasa. Mengganti sayuran yang telah layu dan mengambil setoran. "Mbak Naya. Ini, ada titipan buat Mbak Naya." Pak Kumis menyerahkan dua totabag kepadaku. Aku terheran namun tetap mengambil totabag tersebut. "Apa ini, Pak. Dari siapa?" tanyaku heran."Nggak tahu, Mbak. Tapi itu titipan orang. Katanya buat Mbak Naya," jelasnya lalu menyibukkan dirinya membantu rekannya menurunkan sayuran dari mobil pick up miliknya. "Tapi siapa namanya, Pak?" tanyaku lagi. Masih teramat penas
last updateLast Updated : 2022-12-28
Read more

Bos Baik Hati

Tota bag itu berisi pakaian yang bagus. Aku menentengnya seraya menempelkan ke badanku. Pas sekali, ukuran bajuku. Tapi sekarang ukuran seperti itu lumayan longgar di badanku yang semakin kurus ini. "Cantik banget. Sebenarnya siapa sih Bosnya, baik banget gini?" ujarku membolak-balik baju yang cantik itu. Jam telah menunjukkan pukul sebelas malam, kantuk juga sudah menggerogoti mataku. Aku menyudahi aktivitas yang sangat melelahkan hari ini. Sayuran sudah masuk dalam keranjang yang sesuai dengan jenis-jenisnya. Setelah menggosok gigi dan mencuci muka ssrta kaki. Aku pergi ke kamar dan siap untuk tidur. ***Dering telepon membangunkanku yang baru satu jam memejamkan mata. Aku meraba kasur di atas bantalku. Tanpa melihat nomor pemanggil, aku mengangkat panggilan itu laku kembali menutup mataku. 'Hallo, siapa?' tanyaku dari ujung panggilan telepon. Tidak ada jawaban dari ujung sana. "Kayaknya salah sambung," gerutuku siap untuk mematikan panggilan telepon. Tut.. Tut..Panggilan t
last updateLast Updated : 2022-12-29
Read more

Orang Masa Lalu

"Wah, Mbak Naya sekarang dagang keliling ya." Bu Nida memegangi satu papan tempe."Iya, Mbak. Kalau nunggu di rumah mah susah. Tapi, seru juga keliling.""Bagus Mbak Naya keliling. Kalau aku itu kadang malas keluar rumah buat pergi ke warung, kalau gini kan enak."Aku manggut-manggut seraya tersenyum."Saya salut loh Mbak sama kamu. Masih muda, cantik lagi, tapi ga malu kerja beginian." Ibu berkerudung pink menepuk pundakku pelan. "Iya, bener. Saya juga salut sama Mbak Naya. Kan zaman sekarang tuh para gadis itu mah gengsinya tinggi." Mereka asyik memujiku.Gadis? Andai kalian tahu jika aku adalah seorang janda. "Ya mau gimana lagi, Mbak. Kalau ga kerja mau makan apa." Satu hal yang perlu diperhatikan jika kalian dipuji para ibu-ibu seperti ini. Jangan terbang dan bangga. Bisa saja saat di depanmu mereka memuji namun di belakang malah sebaliknya. Berlakulah sewajarnya saja karena ini dunia ibu-ibu yang penuh dengan tipu-tipu. Daganganku laku keras, jauh lebih cepat daripada menunggu
last updateLast Updated : 2022-12-30
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status