Share

Tidak Bisa Dihubungi

Penulis: Syakhsun_muhimm
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kakek hanya menggeleng melihat tingkah Rizki. Setelahnya, dia kembali mempertanyakan nama ayahku kepadaku, dia masih menunggu jawaban dengan kerutan di dahinya.

Rizki yang asyik makan itu pun menyentuh kakiku dengan kakinya.

‘Sepertinya aku harus berbohong,” gumamku dalam hati.

“Jadi, siapa nama ayahmu?” tanya Kakek lagi.

“Iwan, Kek.” Aku berbohong.

“Iwan? Wah, ga tau Kakek.”

Rizki menurunkan tangannya dari meja, tanpa sepengetahuan Kakek, Rizki mengacungkan jari jempolnya kepadaku. Berarti kebohonganku dibenarkan olehnya. Aku menarik napas lega.

Siang harinya, aku bersama Rizki memutuskan untuk pulang kembali ke rumah Rizki. Sesampainya di rumah Rizki, dia memintaku untuk langsung masuk ke dalam kemar. Entah apa motifnya mengurungku di kamar. Sesampainya aku di kamar, Tante Ria menghampiriku dan langsung menanyakan keadaanku. Motif aslinya pastinya bukan mempertanyakan kondisiku, melainkan bagaimana keadaan di rumah Kakeknya Rizki, apa saja yang dikatakan Kakek dan sebagainya.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Ke Bandara

    Tok... Tok... Tok"Naya, buka pintunya. Mama bawain kamu juz mangga." Suara Tante Ria terdengar lembut dari balik pintu. 'Apaan lagi tunggu nenek lampir,' gerutuku dalam hati. Pintu terbuka. Tante Ria tersenyum lebar kepadaku dengan segelas juz mangga yang tadinya dibawa oleh Lina. "Ma," ucapku tak kalah manis. "Ini, juz mangganya." Tante Ria menyerahkan segelas juz mangga itu kepadaku. "Makasih ya, Ma.""Iya, Nay. Gini dong, minum juz. Biar kamu sehat dan bugar.""Iya, Ma." Di rumah ini tidak disediakan minuman yang mengandung pemanis buatan. Yang tersedia hanya juz buah, kopi, teh dan minuman tanpa kadar gula yang tinggi, lebih diutamakan untuk meminum juz buah. "Rizki belum pulang?" tanya Tante Ria seraya menilik ke dalam kamar. "Belum, Ma. Lagi sibuk banget katanya di kantor."Mama menepuk pundakku pelan. "Rizki memang begitu, kamu harap memakluminya ya!""Tentu, Mas. Naya sangat mengerti tentang hal itu." Sebenarnya, lebih baik Rizki tidak perlu pulang selama dua hari juga

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Ternyata Benar

    Aku berusaha membuka gembok. Tetapi, tenagaku tak mampu untuk itu. Aku berusaha berpikir untuk membukanya, hingga aku melihat sebuah benda berat dan keras. Aku pun memutuskan untuk memukul gembok tersebut hingga berhasil terbuka. Drak!!! Beberapa kali pukulan mematahkan gemboknya. Aku dengan cepat membuka pintu. "Sarah” ucapku. Sarah langsung saja memelukku. Matanya sembab, kerudungnya acak-acakan dan bibirnya nampak pucat pasi. “Sarah, apa yang terjadi sama kamu?” tanyaku.Sarahterisak. “Nanti saja, Mbak aku ceritain. Sebaiknya sekarang kita kabur dari sini. Mbak Naya ga boleh ada di sini!” “Tapi, kita harus kabur lewat mana? Semua pintu dikunci.” “Sarah tahu Mbak di mana kita harus kabur. Ayok ikuti Sarah!” Astuti menuntunku untuk kabur dari rumah ini. Entah ke mana kami akan pergi, yang terpenting sekarang kami bebas dari tempat ini. Benar saja, Astuti punya jalan keluar dari rumah ini. Ada satu pintu di dekat gudang yang tidak dikunci. Kami bisa kabur dari pintu itu. “Ayo

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Kak Andin Juga

    “Jadi, yang akan datang ayahnya anak Mbak Naya?” tanya Sarah sembari tersenyum tulus.Aku mengangguk masih mengelus perutku.“Iya, Sarah.”“Ma syaa Allah. Orangnya pasti sangat baik.”“Tentu saja, dia sangat baik dan lembut kepada siapa saja. Tutur katanya, sikapnya.”“Sepertinya Mbak Naya sangat bahagia bertemu dengan ayahnya anak Mbak. Mbak Naya masih cinta sama dia?” tanya Sarah.”Aku terkesiap. Bahagia, tentu saja bahagia seperti bahagianya pertemuan insan yang telah lama saling merindukan. Jika ditanya apakah aku masih mencintainya? Maka aku akan membenarkannya. Aku masih sangat mencintai Mas Adji, meski sudah tidak mungkin untuk kami bersama lagi.Setelah menunggu sekian lama. Akhirnya pendaratan diumumkan. Waktu yang di tunggu-tunggu pun tiba. Aku dan Sarah berdiri. Tetapi ada kendala baru, perutku kembali membuatku menjerit kesakitan. Rasa yang sama waktu di rumah Rizki. Aku masih berusaha tegar, hingga akhirnya satu-persatu penumpang pesawat keluar dan didatangi para penjemp

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Di Mana Sarah

    Bagai sebuah sembilu menusuk jantung, apa yang Kak Andin katakan membuatku melupakan rasa sakit dari jambakan tangannya terhadap rambutku. Aku terdiam sejenak dengan air mata yang meluncur bebas ke pipi. Mungkin benar apa yang Kak Andin katakan, namun mengapa aku tidak bisa mempercayai ucapannya tentang Mas Adji. “Jadi, tanda tangani sekarang juga. Paham!”“Enggak. Bagaimana pun ini anak Naya, Naya ga akan ngasih ke siapapun. Termasuk ngasih ke Kakak yang jahat!”“Nay, aku ga jahat. Tapi kamu yang memintaku untuk jadi seperti sekarang. Kamu penyebabnya.”Aku tertegun. “Maksud Kakak?”“Iya, selama ini aku sabar, Nay. Bapak sama Mama sayangnya ke kamu, bukan aku. Tetangga, temen, semua orang sayangnya ke kamu, bukan aku. Kamu tahu ga apa yang aku rasain? Sakit, Nay. Sakit. Bayangkan, dari dulu yang di sekolahin kamu, yang bisa kerja kamu. Pernah ga kamu sekali aja mikirin gimana rasanya jadi aku Nay? Pernah?”Penjelasan Kak Andin teramat menyayatkan luka. Begitu getir dan perihnya apa

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Pesan Singkat

    Entah apa yang merasuki Lina. Setelah aku berucap demikian, dia menangis dan mengucapkan kata maaf terhadapku. Dia menangis hingga sesenggukan, aku kebingungan. Apakah ada yang salah dengan ucapanku. “Nyonya Naya, maafin Lina. Seharusnya Lina ga ngasih tau Tuan Rizki kemarin. Seharusnya Lina diam saja,” ungkapnya. “Maksud kamu?” “Jadi begini, Nyonya. Kemarin Lina menyaksikan aksi Nyonya Naya dengan Sarah kabur dari rumah. Lina juga dengar semua cerita tentang kehidupan Nyonya Naya dan rencana Tuang Rizki bersama Kakaknya Nyonya Naya. Sepulang dari bandara, Tuan Rizki nanya ke Lina tentang keberadaan Nyonya dan Sarag. Tuan Rizki mengamuk, dia juga mencekik Lina, Nyonya. Dengan terpaksa Lina ngomong ke Tuan kalau Nyonya Naya sama Sarah kabur ke bandara,” jelas Lina. “Sekali lagi, Lina minta maaf Nyonya. Maafin Lina!” Sekarang aku mengetahui kejadiannya bagaimana. Tetapi, aku tidak bisa memarahi Lina karena dia juga berada di bawah tekanan yang hampir merenggut nyawanya. “Sudahlah, L

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Kedatangan Tamu

    “Apa, Adji ga mau kerjasama sama perusahan kita? Dasar tuh si Adji, bisa-bisanya dia belagu begitu.”“Kata Nita, Adji ga mau kerjasama kalau bukan pemilik perusahaannya langsung yang bicara ke dia.”“Belagu banget tuh, Adji. Baru sukses segitu aja udah se songong itu. Kalau gitu, batalin aja. Biarkan saja dia, pada akhirnya dia juga akan datang ke perusahaan kita dalam keadaan mengemis-ngemis.”“Tapi Sayang. Kita sangat memerlukan kontrak kerjasama dengan perusahaan Adji. Kamu tahu kan kalau perusahaan kamu sekarang lagi down.” Suara Pritta terdengar lembut sekali.“Argh. Pusing!”Aku mendengar percakapan mereka. Aku begitu bahagia dengan keadaan perusahaan mereka. Meskipun dalam agama islam tidak boleh berbahagia di atas penderitaan orang lain dan tidak diperbolehkan untuk mendoakan hal yang tidak baik untuk orang lain, aku tetap melakukannya. Karena mereka sudah sangat jahat, manusia yang tidak pernah memikirkan orang lain.Pritta, Kak Andin dan Tante Ria terdengar berusaha membujuk

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Ada di Sini

    Di luar sepetinya masih sibuk dengan percakapan mereka. Aku masih menunggu kedatangan Lina dengan segelas juz, namun bukan juz itu yang aku nantikan melainkan suatu kabar tentang kejadian di luar ruangan kamar ini. “Ini, Nyonya. Juznya.” “Makasih, Lin.” “Jadi, gimana?” bisikku. “Gini, Nyonya. Mereka kayaknya temen masalalu. Tadi Lina nangkep kalau katanya yang tamu itu bukan orang sini dan dia dapet alamat rumah Tuan Rizki dari salah satu rekan kerjanya. Terus mereka juga bahas tentang kerjasama.” “Terus, namanya siapa?” Aku semakin penasaran. Aku mengansumsikan jika itu adalah Mas Adji. “Namanya. Anu, siapa ya. Ga jelas Mbak. Tuan Rizki ga nyebut nama.” “Haduh, Lin. Ini penting banget padahal.” “Ya gimana ya, Nyonya. Lina sudah usahanya lama di situ buat denger, tapi kebetulan mereka cuman bahas tentang kerjasama perusahaan. Lina mana ngerti yang begituan.” “Ya udah, Lin. Informasi yang tadi aja sudah cukup memuaskan keingin tahuanku. Mungkin dia memang tidak penting.” “Oh

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Demi Keselamatan Mama

    'Tidak, Mas Adji tidak akan semudah itu percaya dengan omongan Rizki,' gumamku hebat. 'Tapi, mengapa dia tidak menolongku hari ini?' Rasa ragu kini merenggut kepercayaan diriku. "Oh iya, satu lagi, Nay. Sekarang kamu harus angkat kaki dari kamarku karena aku akan tidur dengan istriku tercinta, Pritta." Rizki tertawa culas. "Lina," panggil Rizki nyaring. Tidak berapa lama Lina pun datang. "Iya, Tuan Riski. Ada apa?" "Bawa Naya ke kamar belakang dan bersihkan kamar ini karena Nyonya Pritta akan tidur di sini.""Baik, Tuan.""Mari, Nyonya Naya!" Lina melepaskan rantai yang melingkar di kakiku, dia mengantarkan aku ke ruangan belakang, tempat para pembantu namun bukan di kamar melainkan di dalam gudang yang sudah lama tidak digunakan. "Maaf ya Nyonya Naya, dengan terpaksa Nyonya harus tidur di sini dulu. Tadi Lina sempat bersihkan ruangan ini meski tidak seratus persen." "Nggak apa, Lin. Lagian kamu nggak salah apa-apa. Makasih, Lin sudah baik sama aku." "Iya, Nyonya Naya."Suara

Bab terbaru

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   ENDING

    Kembali Pov Naya"Jadi, sejak saat itulah Dina sangat membenciku. Aku sudah berusaha untuk menjelaskan semuanya padanya namun dia tidak mau sama sekali mendengarkan aku, bahkan surat dan pesanku tiada yang diterima olehnya. Ia selalu menganggap ku sebagai pembunuh Nia. Aku sama sekali tidak menyalahkannya karena ia tidak tahu apa yang telah terjadi. Aku tetap menganggapnya seperti sahabatku dulu.""Jadi, ternyata mama bukan pembunuh ibu?" Mama mengangguk. Aku langsung memeluk mama erat. "Maafin sikap Naya barusan, Ma. Naya sudah lancang marahin mama.""Nggak apa, Naya. Mama yang harusnya minta maaf sama kamu karena sudah menyembunyikan ini selama ini." "Sinta." Panggil seseorang dari jarak yang tidak jauh dari kami. "Tante." Mas Adji menyahut. Ternyata ada Tante Dina di sini. "Sinta, aku sudah denger semuanya. Maafin aku selama ini aku sudah salah menilaimu." Ternyata Tante Dina sedari tadi mengikuti kami. Dia juga sudah mendengar cerita mama akan apa yang sebenarnya terjadi p

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Jaga Anakku

    Pov Mama (Sinta) Flash backMalam itu. Kilat dan petir saling bersahutan, namun hujan belum menyapa bumi. Aku sedang kerepotan karena Andin kecil sedang demam tinggi, sedangkan Mas Budi tiada ketemukan di mana pun ruangan rumah. Andin kecil merengek menangis tanpa henti. Aku prustasi, aku melihat ponsel satu ponsel Mas Budi yang tergeletak di atas meja karena dia mempunya dua buah ponsel. Kulihat ia sedang asyik dengan telponnya di teras rumah. Aku pun mendekat dan tanpa sengaja aku mendengar percakapannya meski tidak mendengar suara lawan bicaranya. Seketika badanku luruh saat Mas Budi menyebut nama Nia.'Apa? Nia istriku akan melahirkan malam ini? Aku akan segera ke sana sekarang. Dina, tolong jagain Nia. Secepatnya aku bakalan ke sana.' Mas Budi menutup ponselnya kemudian berbalik arah dan dia melihat keberadaanku. "Sayang, sejak kapan kamu di situ?" tanyanya. "Mas, apa bener yang aku dengar kalau kamu dan Nia?" "Mas Budi mengajakku masuk ke dalam rumah. "Mas jawab pertanya

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Dia adalah Ibu Kandungmu

    Kepalaku di atas paha mama, mama mengusap lembut suraiku. Sudah sangat lama tidak seperti ini, sering kulihat Kak Andin terlihat sangat nyaman dengan mama sperti ini bahkan sampai usia dewasanya. "Ma, dulu waktu mama ketemu sama ayah gimana ceritanya? Naya penasaran loh. Pasti kisah mama sama ayah sangat romantis."Seketika jemari mama berhenti mengusap suraiku. Aku mengangkat kepalaku dari paha mama. Sempat kulihat mama menyeka air matanya. "Mama kenapa. Naya salah ngomong? Maa fin Naya Ma!" ucapku panik. Pasti mama sedih karena teringat sosok ayah. "Tidak apa, Nay. Mama nggak kenapa-napa kok. Besok kamu sudah boleh pulang kata dokter. Mama sudah izin sama Adji buat bawa kamu ke makam ayahmu. Kamu mau?" Aku menahan tangis dengan melengkungkan bibirku ke bawah. Aku pun mengangguk kemudian memeluk mama erat. "Mau, Ma. Sudah sangat lama Naya nggak jenguk makam ayah. Naya rindu sama ayah." Malam yang sendu. Mama memintaku untuk segera tidur beristirahat. Mama sibuk menata barang-ba

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Selamat hari Ibu

    Kembali ke masa kiniPov NayaAku hanyut dalam menyimak cerita flash back dari Tante Dina. "Jadi maksud tante, mama bukan ibu kandungku?" tanyaku setelah menyimak dengan jelas cerita tante Dina. Ia mengangguk seraya menyeka air matanya yang cukup lama mengalir ke pipinya. "Nggak mungkin. Tante pasti bohongin aku, kan? Tante cuman mengada-ngada cerita." Aku menolak kenyataan yang mungkin hanya cerita bualan dari Tante Dina. "Dan satu lagi, soal pembunuhan itu suatu hal yang nggak wajar, itu nggak mungkin. Mama itu orang yang baik. Tante nggak akan bisa menghasut aku untuk membenci mama, nggak akan bisa. Bagaimanapun mama adalah orang tua Naya." Aku hendak beranjak meninggalkan Tante Dina. "Terserah kamu mau percaya atau tidak, aku hanya ingin menyampaikan semua rahasia yang telah Sinta simpan selama dua puluh empat tahun lamanya. Sekarang tugasku cuman satu, yaitu membalaskan dendam Nia." Tante Dina mendahuluiku, ia beranjak meninggalkanku dengan perasaan hatiku yang menggantung.

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Pembunuh

    Masih dengan pov Tante Dina. Hujan mengguyur bumi dengan derasnya malam ini. Aku kesulitan mencari taksi dan sejenisnya. Di bawah guyuran hujan, aku terpaksa menerobosnya karena rasa tak enak hati ini benar-benar membuatku tak bisa tenang. Hujan memperlambat langkahku. Dentuman sambaran petir semakin berseru berbaur dengan semakin derasnya air hujan yang menyapa bumi. Sebagian jalanan gelap dikarenakan lampu jalan yang mati. Semuanya tidak membuatku goyah sama sekali. "Nia, kamu baik-baik saja kan?" gumamku. "Sinta nggak mungkin melakukan hal buruk sama sahabat yang sudah menolongnya. Benar kan, Sinta?" Aku berbicara sendiri. Tapi kenapa nada bicara Sinta terdengar seperti menahan emosi, suaranya tertekan di dalam. Aku sangat mengenal karakter kedua sahabatku itu, nada bicara mereka dengan suasana hati mereka tidak bisa dibohongi, itu murni. Beruntungnya aku, disaat seluruh pakaian bahkan badanku basah kuyup, ada seseorang yang baik hati yang mau menumpangkan mobilnya untukku. "

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Sinta Datang

    Ada rasa yang tidak nyaman, sangat tidak nyaman yang membuatku tidak tenang saat aku meninggalkan rumah sakit, meninggalkan Nia bersama Budi. Tapi, mau bagaimana lagi aku juga tak ingin terjadi sesuatu pada suamiku meskipun ia miskin dan penyakitan namun tetap saja aku mencintainya, dia adalah suamiku satu-satunya. Suamiku, Mas Yusran sudah dibawa tetangga ke rumah sakit. Kalau terlambat sebentar saja bisa membuat nyawanya melayang. Dokter mengobati suamiku cukup lama, aku tak bisa duduk diam di liar ruangan. Kedua pikiran yang tidak mengenakkan ini membuatku sangat tidak nyaman. Pintu ruangan terbuka, dokter telah keluar dari ruangan suamiku. Tanpa jeda, aku langsung menghampirinya dan menanyakan bagaimana keadaan suamiku. "Dok, gimana keadaan suami saya Dok? Dia baik-baik aja, kan?" tanyaku panik. "Alhamdulillah, Pak Yusran dibawa ke rumah sakit tepat waktu. Ibu tenang saja, dan banyak berdoa. Sekarang suami ibu perlu banyak istirahat dulu." Dokter pun meninggalkan aku. Aku masu

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Mengetahui Semuanya

    "Sampai kapan pun, aku nggak akan bisa cinta dengan perempuan lain selain kamu, Sayang." Budi mengecup kening Nia. Sebulan setelah menikah, kabar gembira datang. Sinta sedang mengandung. Kabar bahagia itu sebenarnya adalah kabar paling menyakitkan bagi seorang perempuan yang merelakan suaminya dengan perempuan lain. "Aku selalu bersama Nia, membantunya berobat sampai ia sembuh. Aku yakin, dia pasti sembuh. Pengobatan tidak sebentar, memakan waktu yang sangat lama namun Nia tidak pernah menyerah. Saat mendengar kabar jika Sinta telah melahirkan seorang putri, keadaan Nia membaik. Aku tidak tahu seperti apa kuatnya hati Nia, aku tidak mengerti bagaimana ia sangat kuat menelan pahitnya kecemburuan." "Setelah Sinta melahirkan, Budi semakin jarang pulang ke rumah untuk menemui Nia. Aku semakin prihatin dengan keadaan Nia, namun Nia seratus persen percaya pada suaminya." "Nia, hari ini kamu harus ke rumah sakit lagi buat periksa sama dokter. Gimana, Budi pulang hari ini?" Nia menggengg

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Tiga Sekawan

    "Siapa dia, siapa orang yang ada dalam foto tersebut?" tanyaku. "Ia Nia. perempuan berambut sebahu yang cantik dan lemah lembut. Aku, Nia dan Sinta ibumu dulunya tiga sekawan." Aku terperanjat. "Apa, tiga sekawan?" ujarku tak percaya. "Benar. Sejak sekolah, kami bertiga selalu bersama. Hingga akhirnya waktu kelulusan SMP kami bertiga terpisah, aku pindah ke kota yang jauh dari sini. Tinggalah Nia dan Sinta, mereka tetap bersama. Setelah puluhan tahun aku kembali ke kota ini, namun aku sudah tidak pernah bertemu dengan mereka karena aku telah hidup dalam rumah tanggaku." Suara Tante tiba-tiba berubah, sepertinya ia menahan tangisnya. "Sekian lamanya, aku merindukan mereka namun apalah daya aku malu jika harus bertemu mereka dengan kondisi menyedihkanku, aku tak bisa berbuat apa-apa karena aku menikah dengan lelaki miskin yang tidak berguna. Kehidupan kami susah, aku menikah di umur yang terbilang masih muda dan aku harus menanggung betapa beratnya kehidupan rumah tangga yang tidak

  • Suami Terhinaku Seorang Miliuner   Cerita dari Tante

    "Enak banget ya kamu numpang hidup mewah sama keponakanku." Tante duduk di sofa dengan santai. Aku memilih untuk tak menanggapi, rasanya berada di sini membuatku terbakar raga dan hati. Aku bersiap untuk melenggang pergi meninggalkannya sendiri."Eh, mau ke mana kamu?" cegat tante. "Mau istirahat Tante, Mas Adji bilang Naya harus istirahat di kamar sekarang." "Enak aja. Nggak bisa gitu dong. Sini dulu, pijitin kaki aku!" Tante menepuk-nepuk kakinya. "Cepetan!""Nggak mau, pijit saja sendiri." Aku melanjutkan langkah kakiku."Oke, kamu mau aku melakukan hal yang tidak-tida ke ibumu?" ancamannya membuatku kembali berhenti. Aku membalikkan badanku cepat. "Jangan berani melukai mama, Naya nggak akan segan-segan melakukan hal buruk pada tante." "Coba aja kalau bisa. Heh, emangnya kamu bisa apa?" "Naya bisa bilang ke polisi kalau tante mencoba melakukan pembunuhan.""Kata siapa, mana buktinya? Oh, kamu mau kakak sama ibumu celaka, gitu? Kalau kamu mau, aku bisa eksekusi mereka berdua

DMCA.com Protection Status