đź’•1,3,4,5,6,7,8,9,10. Sudah benar belum ngitungnya?đź’•Eh, nggak ada 2 nya ya? Sama seperti kamu dong. Tiada duanya di bumi ini.***"Astaghfirullah, siapa yang ngomong seperti itu?" tanyaku.Bian melepaskan pelukan dan memandangku. "Yang ngomong ke Bian adalah para tetangga yang tadi kesini," sahutnya lirih. "Kata mereka juga para tamu yang datang pasti semua hanya sayang pada adik bayi. Soalnya yang diberikan kado kan cuma adik bayi. Nggak ada yang ngasih kado ke Bian," sambung Bian lirih. Tanpa terasa air mataku meleleh membasahi gamis yang kupakai. Reyhan mendekati kami dan mencium kepala Bian. "Maafkan Papa, Sayang. Mau peluk Papa?" Reyhan merentangkan kedua tangannya ke arah Bian.Bian melepaskan pelukannya dariku dan menghambur ke arah papanya."Bian Sayang, hari ini mau nggak tidur sama Papa?"Bian terdiam dan memandangi mas Reyhan."Nanti Papa dongengin raja hutan."Bian menggeleng."Maunya tidur sama Mama. Kan didongengin Nabi dan Rasul. Boleh ya Pa?" Bian merajuk.Aku d
Baca selengkapnya