*Apa kau tahu apa yang lebih sakit daripada cinta yang bertepuk sebelah tangan?*Cinta yang saling berbalas, tapi pasti tidak mungkin saling memiliki.***"Apa ini Rey?" tanya bunda saat melihat Reyhan baru pulang dari dinas."Gudeg Bunda. Sekalian ada thengkleng ini."Reyhan dengan wajah sumringah meletakkan kantung plastik ke atas meja makan."Wah, kamu benar-benar tahu saja kesukaan Bunda. Anak kesayangan banget."Bunda terlihat berseri-seri. Membuatku yang sedang menggendong Dilava tersenyum."Gitu ya? Jadi anak Bunda sekarang Reyhan? Bukan Ganis?"Bunda tertawa. "Ish, kayak anak kecil saja. Semuanya adalah anak Bunda. Kalian berdua, dan juga mas Aris dan mbak Dewi anak Bunda yang terkeren.""Yeeey. Makasih Bunda. Sekarang makan dulu yuk.""Sebentar aku mau ganti baju dan jas. Gerah banget."Reyhan berlalu ke dalam kamar. Sementara aku menyiapkan piring dan minuman."Bian sayang. Tolong ajak Dinova kesini ya. Kita makan sama-sama.""Ya Ma!"Tak lama kemudian keluarlah Bian dan mb
* Mungkin bagimu, kamu itu insan yang banyak kekurangan dan kelemahan. Tapi bagiku, kamu adalah segalanya.***"Bapak Reyhan mengalami kecelakaan menabrak pembatas jalan karena menghindari mobil yang berisi pemuda dan pemudi mabuk dan sekarang ...,"Tidak mungkin! Mendadak pandangan mataku menggelap."Bu ..., Bu ...."Terdengar suara dari seberang. Aku segera memejamkan mata dan menarik nafas panjang.Beristighfar sebanyak mungkin. Jantungku berdentam lebih cepat, sampai aku menduga kalau jantungku hendak keluar dari tempatnya.Kupejamkan mata lama, kemudian kubuka perlahan, berulang kali. Lalu aku menarik nafas panjang dari hidung dan keluar lewat mulut."Sebentar Pak," bisikku lirih.Aku meraba di bawah kasur. Biasanya aku menyimpan freshc*re di sana.Dapat! Aku langsung membuka tutupnya dan menciumnya lalu mengoleskannya ke kepala.Aroma dan sensasi mint yang segar membuat perlahan-lahan pandanganku pulih seperti sedia kala. "Pak, bagaimana kondisi suami saya?" tanyaku serak. Tanp
💕Jika aku disuruh melupakanmu, aku akan segera pergi ke kantor kelurahan, untuk membuat surat keterangan tidak mampu. ***"Hai Rengganis, lama ya tidak berjumpa!"Aku menoleh dengan terkejut. "Kamu?!""Ya aku. Kamu kangen?" tanya Erick penuh percaya diri sambil menyedekapkan kedua tangan di depan dadanya."To the point saja. Ada perlu apa kemari. Kamu tidak mungkin sakit kan?" tanyaku dengan pandangan mata menyelidik.Erick tertawa. "Kamu benar. Aku memang kesini karena sakit malarindu tropikangen. Hanya kamu yang bisa mengobatinya," kata Erick menyeringai sambil menarik kursi di hadapanku dan mendudukinya.Aku berdiri dari duduk dan menuding wajah Erick. "Jangan kurang ajar ya! Kamu kira saya perempuan apa! Masing-masing dari kita sudah mempunyai keluarga, kamu harus sadar akan hal itu!""Kalem aja Nis." Erick tersenyum pongah."Oke gini, aku minta maaf ya kalau dulu aku pernah berniat jahat padamu, tapi ...,""Haduh! Itu lagi yang kamu ulang. Aku bosen tahu. Sudah berapa tahun ber
* Cintaku padamu seperti ompol. Orang lain hanya bisa melihat celana yang basah, tapi kitalah yang bisa merasakan kehangatan akibat air pipisnya.***Berhasil! Reyhan telah mengangkat mangkok kecil itu dan terkejut saat melihat benda apa yang ditutupi olehnya!Sebuah kotak mungil terbuat dari bahan beludru berwarna biru navy dikeluarkannya dari dalam mangkok."Apa ini?" tanya Reyhan menatapku yang tersenyum penuh cinta padanya."Buka saja. Biar tahu!" sahutku seraya mengedikkan bahu.Alis Reyhan terangkat, tapi tak urung juga dia membuka kotak itu."Ya Tuhan, apa ini Nis?" tanyanya membekap mulutnya sendiri."Jam tanganlah. Masak iya itu bantal guling!" sahutku manyun.Reyhan melepas jam tangan dari kotak dan langsung mencobanya di tangannya.Jam tangan dengan tali warna hitam itu sangat sesuai di pergelangan tangannya."Kamu suka nggak?" tanyaku sambil mengunyah nasi perlahan."Wah, ini lebih dari sekedar suka. Makasih banget Sayang!" serunya seraya meraih punggung tanganku diatas me
*Kamu tahu nggak apa persamaanmu dengan kamera Hp? Sama-sama membuatku ingin tersenyum terus saat memandangimu.***Karena disitu jelas tertulis hasil laboratorium pasien bahwa pasien mengalami B20 , atau pasien mengidap HIV!Haduh!"Kamu adik almarhumah kan?" tanyaku sambil memandang ke arah lelaki muda di depanku. Dia duduk di antara ibunya dan dukun beranak yang menolong persalinan kakaknya.Aku melirik nama yang tertera di depan buku KIA, Lili. Lelaki itu mengangguk pelan. "Kamu tahu nggak apa yang tertulis di buku ini?" tanyaku seraya mengambil pensil di meja periksa dan melingkari tulisan B20 .Lelaki muda yang duduk bersebelahan dengan perempuan berusia lebih dari setengah abad itu berpandangan lalu serempak menggeleng."Astaghfirullahal 'adziim." Aku beristighfar dalam hati. "Kapan almarhumah pulang dari luar kota?" tanyaku penuh selidik."Sekitar sebulan lalu," jawab ibu pasien lirih. "Dan kenapa ibu tidak menyuruh anak ibu untuk kontrol kehamilan pada tenaga medis atau ru
💕 Kamu tahu nggak kenapa upil rasanya asin? Karena yang manis itu senyuman kamu.***"Nyonya Rengganis yasmin, hasil VCTnya sudah keluar."Aku menuju ke arah petugas lab dan mengambil hasilnya. Saat kubuka perlahan dengan hati berdebar kencang, terlihat hasil tes laboratnya NEGATIF."Alhamdulillah."Berulangkali aku menggumamkan hamdalah karena lega telah mendapat hasil lab seperti yang kuinginkan."Bu, seperti yang telah melakukan tes lab tadi, tesnya bisa diulang 3 bulan lagi apalagi jika ada gejala ya," petugas lab VCT itu menjelaskan padaku dan akupun mengangguk menyetujuinya.***"Bukankah kita harus merayakannya?" tanya Reyhan saat kami pulang bersama dari RSUD.Aku menaikkan alis. "Merayakan dalam bentuk apa?""Wah, pakai nanya lagi. Puasa sebulan itu berat, Nis!" Reyhan tertawa.Aku mencubit lengannya. "Dasar omes kamu. Untung sayang!""Ayo ke hotel?!" ajak Reyhan sambil mengerling nakal.Aku mendengus"Aku masih belum lega kalau belum ngulang tes lab 3 bulan lagi. Gimana kal
Pov. Rayhan💕 Kamu tahu nggak perbedaan antara tanggal 28 Oktober dengan hari ini?💕 Kalau tanggal 28 Oktober hari sumpah pemuda, kalau hari ini adalah hari sumpah aku mencintaimu.***Ada yang aneh dari Rengganis. Dia sepertinya banyak pikiran. Awalnya aku kira dia banyak pikiran karena masih terkenang dengan kematian ayahnya. Apalagi saat dia sering bertanya antara kita siapa yang lebih baik meninggal lebih dahulu membuat hatiku bertanya-tanya.Saat keherananku belum terjawab, Rengganisku tampak semakin muram setelah menolong pasien HIV dengan perdarahan dan meninggal di depan matanya. Aku menduga dia masih terbayang-bayang dengan hal itu.Tapi kini aku merasa masalahnya lebih dari sekedar itu. Saat bercint* pada waktu malam hari, dia lebih memilih memakai lampu tidur atau sekalian lampunya dimatikan daripada memakai lampu yang terang benderang seperti biasanya.Dia juga lebih sering haid dari pada biasanya. Aku curiga dia menyembunyikan sesuatu.Seperti malam ini, usai kami mel
💕 Tuhan, jangan biarkan aku takut akan perpisahan. Tapi ajarkan aku melepaskan dengan penuh keikhlasan. *** Pov. Reyhan Dalam satu tarikan nafas, dokter Reva menjawab, "Telah ditemukan sel CIN di dalam serviks bu Rengganis, dan kankernya sudah sampai stadium lanjut yang harus mendapat penanganan segera!" Ya Allah ... Seolah ada kekuatan dahsyat yang mencabut jantungku sampai benar-benar terlepas dari rongga dada. Tangan Rengganis tampak basah dan gemetar. Dia pasti tampak lebih terpukul daripada aku. "Lalu, apa yang harus kami lakukan, Dok?" tanya Rengganis. Suaranya terdengar bergetar menahan tangis. "Status penyakitnya sudah masuk stadium 2. Ada beberapa pilihan untuk bu Rengganis." Aku mendengarkan dengan seksama. 'Pasti diantara ketiga cara itu.' "Pertama, operasi histerektomi radikal*. Pilihan ini bisa diambil jika bu Rengganis ikhlas untuk tidak mempunyai anak lagi. Kedua, kemoradiasi. Masalahnya di daerah ini radiasi kanker di ruang onkologi hanya tersedia di rumah sa