💕Jika aku disuruh melupakanmu, aku akan segera pergi ke kantor kelurahan, untuk membuat surat keterangan tidak mampu. ***"Hai Rengganis, lama ya tidak berjumpa!"Aku menoleh dengan terkejut. "Kamu?!""Ya aku. Kamu kangen?" tanya Erick penuh percaya diri sambil menyedekapkan kedua tangan di depan dadanya."To the point saja. Ada perlu apa kemari. Kamu tidak mungkin sakit kan?" tanyaku dengan pandangan mata menyelidik.Erick tertawa. "Kamu benar. Aku memang kesini karena sakit malarindu tropikangen. Hanya kamu yang bisa mengobatinya," kata Erick menyeringai sambil menarik kursi di hadapanku dan mendudukinya.Aku berdiri dari duduk dan menuding wajah Erick. "Jangan kurang ajar ya! Kamu kira saya perempuan apa! Masing-masing dari kita sudah mempunyai keluarga, kamu harus sadar akan hal itu!""Kalem aja Nis." Erick tersenyum pongah."Oke gini, aku minta maaf ya kalau dulu aku pernah berniat jahat padamu, tapi ...,""Haduh! Itu lagi yang kamu ulang. Aku bosen tahu. Sudah berapa tahun ber
* Cintaku padamu seperti ompol. Orang lain hanya bisa melihat celana yang basah, tapi kitalah yang bisa merasakan kehangatan akibat air pipisnya.***Berhasil! Reyhan telah mengangkat mangkok kecil itu dan terkejut saat melihat benda apa yang ditutupi olehnya!Sebuah kotak mungil terbuat dari bahan beludru berwarna biru navy dikeluarkannya dari dalam mangkok."Apa ini?" tanya Reyhan menatapku yang tersenyum penuh cinta padanya."Buka saja. Biar tahu!" sahutku seraya mengedikkan bahu.Alis Reyhan terangkat, tapi tak urung juga dia membuka kotak itu."Ya Tuhan, apa ini Nis?" tanyanya membekap mulutnya sendiri."Jam tanganlah. Masak iya itu bantal guling!" sahutku manyun.Reyhan melepas jam tangan dari kotak dan langsung mencobanya di tangannya.Jam tangan dengan tali warna hitam itu sangat sesuai di pergelangan tangannya."Kamu suka nggak?" tanyaku sambil mengunyah nasi perlahan."Wah, ini lebih dari sekedar suka. Makasih banget Sayang!" serunya seraya meraih punggung tanganku diatas me
*Kamu tahu nggak apa persamaanmu dengan kamera Hp? Sama-sama membuatku ingin tersenyum terus saat memandangimu.***Karena disitu jelas tertulis hasil laboratorium pasien bahwa pasien mengalami B20 , atau pasien mengidap HIV!Haduh!"Kamu adik almarhumah kan?" tanyaku sambil memandang ke arah lelaki muda di depanku. Dia duduk di antara ibunya dan dukun beranak yang menolong persalinan kakaknya.Aku melirik nama yang tertera di depan buku KIA, Lili. Lelaki itu mengangguk pelan. "Kamu tahu nggak apa yang tertulis di buku ini?" tanyaku seraya mengambil pensil di meja periksa dan melingkari tulisan B20 .Lelaki muda yang duduk bersebelahan dengan perempuan berusia lebih dari setengah abad itu berpandangan lalu serempak menggeleng."Astaghfirullahal 'adziim." Aku beristighfar dalam hati. "Kapan almarhumah pulang dari luar kota?" tanyaku penuh selidik."Sekitar sebulan lalu," jawab ibu pasien lirih. "Dan kenapa ibu tidak menyuruh anak ibu untuk kontrol kehamilan pada tenaga medis atau ru
💕 Kamu tahu nggak kenapa upil rasanya asin? Karena yang manis itu senyuman kamu.***"Nyonya Rengganis yasmin, hasil VCTnya sudah keluar."Aku menuju ke arah petugas lab dan mengambil hasilnya. Saat kubuka perlahan dengan hati berdebar kencang, terlihat hasil tes laboratnya NEGATIF."Alhamdulillah."Berulangkali aku menggumamkan hamdalah karena lega telah mendapat hasil lab seperti yang kuinginkan."Bu, seperti yang telah melakukan tes lab tadi, tesnya bisa diulang 3 bulan lagi apalagi jika ada gejala ya," petugas lab VCT itu menjelaskan padaku dan akupun mengangguk menyetujuinya.***"Bukankah kita harus merayakannya?" tanya Reyhan saat kami pulang bersama dari RSUD.Aku menaikkan alis. "Merayakan dalam bentuk apa?""Wah, pakai nanya lagi. Puasa sebulan itu berat, Nis!" Reyhan tertawa.Aku mencubit lengannya. "Dasar omes kamu. Untung sayang!""Ayo ke hotel?!" ajak Reyhan sambil mengerling nakal.Aku mendengus"Aku masih belum lega kalau belum ngulang tes lab 3 bulan lagi. Gimana kal
Pov. Rayhan💕 Kamu tahu nggak perbedaan antara tanggal 28 Oktober dengan hari ini?💕 Kalau tanggal 28 Oktober hari sumpah pemuda, kalau hari ini adalah hari sumpah aku mencintaimu.***Ada yang aneh dari Rengganis. Dia sepertinya banyak pikiran. Awalnya aku kira dia banyak pikiran karena masih terkenang dengan kematian ayahnya. Apalagi saat dia sering bertanya antara kita siapa yang lebih baik meninggal lebih dahulu membuat hatiku bertanya-tanya.Saat keherananku belum terjawab, Rengganisku tampak semakin muram setelah menolong pasien HIV dengan perdarahan dan meninggal di depan matanya. Aku menduga dia masih terbayang-bayang dengan hal itu.Tapi kini aku merasa masalahnya lebih dari sekedar itu. Saat bercint* pada waktu malam hari, dia lebih memilih memakai lampu tidur atau sekalian lampunya dimatikan daripada memakai lampu yang terang benderang seperti biasanya.Dia juga lebih sering haid dari pada biasanya. Aku curiga dia menyembunyikan sesuatu.Seperti malam ini, usai kami mel
💕 Tuhan, jangan biarkan aku takut akan perpisahan. Tapi ajarkan aku melepaskan dengan penuh keikhlasan. *** Pov. Reyhan Dalam satu tarikan nafas, dokter Reva menjawab, "Telah ditemukan sel CIN di dalam serviks bu Rengganis, dan kankernya sudah sampai stadium lanjut yang harus mendapat penanganan segera!" Ya Allah ... Seolah ada kekuatan dahsyat yang mencabut jantungku sampai benar-benar terlepas dari rongga dada. Tangan Rengganis tampak basah dan gemetar. Dia pasti tampak lebih terpukul daripada aku. "Lalu, apa yang harus kami lakukan, Dok?" tanya Rengganis. Suaranya terdengar bergetar menahan tangis. "Status penyakitnya sudah masuk stadium 2. Ada beberapa pilihan untuk bu Rengganis." Aku mendengarkan dengan seksama. 'Pasti diantara ketiga cara itu.' "Pertama, operasi histerektomi radikal*. Pilihan ini bisa diambil jika bu Rengganis ikhlas untuk tidak mempunyai anak lagi. Kedua, kemoradiasi. Masalahnya di daerah ini radiasi kanker di ruang onkologi hanya tersedia di rumah sa
💕 Kemarilah Sayang, mari kita hadapi cobaan yang datang dengan bersama-sama. Karena akan terlalu berat jika kamu yang menghadapi badai ujian ini sendirian.***Pov. Reyhan."Sayang, ada yang perlu aku tunjukkan padamu," kata Rengganis sambil membuka jilbab instannya perlahan dengan sekali tarikan tangan. Dan hatiku semakin mencelos melihat rambut Rengganis yang semula lebat, kini menjadi rontok dan membuat sebagian kulit kepalanya terlihat."Apa aku ... terlihat buruk?" tanya Rengganis. Matanya menampakkan luka yang dalam.Aku yang sempat terkejut sekilas sekarang menguasai diri.Beberapa hari ini memang aku jarang menemaninya dirawat, karena aku merapel dinas UGD untuk menabung libur dan cuti bergantian dengan teman yang lain. Aku hanya menemaninya saat hari pertama melakukan kemoterapi.Dan besok hari terakhirnya melakukan kemoterapi untuk minggu ini. "Sayang, kamu tahu kan dari dulu aku tidak menikahimu karena fisikmu. Aku menikahimu karena sifat penyayang dan periangmu. Jadi sep
pov Reyhan💕 Aku memang tidak bisa berjanji untuk menyeberangi lautan hanya dengan berenang, tapi aku bisa berjanji untuk selalu mencintaimu.***'Hahaha, rasain Lu. Kapokmu kapan San? Bakal dikeroyok disini. Makanya jangan seenak sendiri. Kalau untuk sekedar bertemu sih boleh. Bukan untuk membawanya pergi ataupun untuk memintaku kembali,' batinku sambil memandang wajah Sandrina yang memucat."Mas, dia kok kesini saat anak-anak datang kemari?" tanya Rengganis kearahku."Iya. Memang aku yang merencanakan hal ini, Nis."Aku lalu menceritakan semua percakapan kami di kantin rumah sakit."Wah, kamu nggak tahu malu ya masih mau mendekati Reyhan setelah apa yang terjadi."Mami terus merepet pada Sandrina yang seolah membeku di depan pintu kamar rawat inap Rengganis."Mi, ada anak-anak. Tolong jangan bicara kasar dan keras. Ganis tahu kalau Mami mungkin gemas dan kesal pada Sandrina, tapi menurut Ganis lebih baik kita bicarakan baik-baik sekarang. Apa Ganis bisa ditinggal sebentar dengan ma