Home / Romansa / Istri Kecil Penebus Hutang / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Istri Kecil Penebus Hutang: Chapter 141 - Chapter 150

184 Chapters

141. Dalang

“Kenapa adik dikubur?”Avram dan Rino terdiam mendengar pertanyaan polos Alano. Mereka saat ini sedang berada di belakang mansion Dakasa. Baru saja selesai memakamkan anak kedua Avram yang belum sempat menghirup udara di dunia ini. Alano masih kecil, jadi dia belum terlalu mengerti serta tak paham dengan aksi mengubur orang meninggal. Apalagi Alano juga belum tahu jika sang adik sebenarnya sudah meninggal bahkan sebelum mereka saling bertatap muka.“Adik lebih memilih kembali ke syurga, Nak,” gumam Avram menahan air mata.Rino menarik napas dalam melihat Avram mulai kesulitan berbicara. Dia akhirnya menepuk pelan bahu Alano, berniat menarik perhatian keponakannya tersebut. “Mulai sekarang, kalau kamu ingin bertemu dengan adik, kamu boleh ke sini, bawa dia bercerita,” ucapnya.“Tapi kenapa? Padahal aku ingin melihat wajahnya, Uncle.”“Kita tidak bisa melihat wajahnya. Sekarang, adik kamu akan selalu tinggal di sini, bersama kamu juga di lingkungan mansion. Intinya, mulai sekarang kamu
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

142. Datang

Avram keluar dari dalam mobilnya setelah seorang pengawal membukan pintu mobil untuknya. Pria itu keluar dan melangkah dengan wajah begitu dingin. Mata Avram sangat tajam menarik perhatian semua orang yang ada di sekitar. Orang-orang langsung menyingkir, menjauh dari tempat Avram berada, merasa ngeri harus berdekatan dengan Avram.Cukup dengan melihat wajah Avram dan tatapan tajam itu saja. Sudah mampu membuat mereka semua merasa ketakutan. Aura di sekitar pun secara otomatis langsung berubah. Rino berada tepat di belakang Avram, tak kalah datar dan menatap semua orang dengan tampang dinginnya. Dua pria datar itu kini sudah berhasil membuat orang-orang merasa terintimidasi secara tak langsung.“Itu Tuan Dakasa, ada hal apa dia ke sini, ya?”“Iya, perusahaan tidak ada bekerjasama dengan perusahaan Dakasa.”“Apa jangan-jangan sekarang perusahaan sudah mendapat dukungan dari Dakasa?”“Tapi kenapa Tuan Dakasa seperti menahan amarah? Aurannya sangat dingin dan mencekam. Saya merasa merindi
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

143. Kalap

Suara dingin Avram mengejutkan Mack. Pria paruh baya itu menoleh dan melotot ketika melihat wajah penguasa Dakasa tersebut. Melihat Avram masuk ke dalam ruangannya dengan para pengawal. Mack langsung bergerak cepat memasang tepat celananya. Perempuan yang tadi bermain panas dengannya pun langsung didorong pergi dari sana secara kasar.Jelas saja sekarang Mack masih begitu syok. Dia menerka-nerka kedatangan Avram ke sana dalam rangka apa. Pria itu berusaha terlihat masih biasa, berusaha terlihat tenang dalam kondisi jantung berdegup kencang.“Bangsat, tidak mungkin dia ke sini karena masalah kecelakaan tadi, ‘kan? Baru saja terjadi, bahkan aku juga sedang merayakannya. Masa sekarang sudah tau dalangnya adalah aku? Tidak mungkin secepat itu,” batin Mack tak percaya.“Hai, Tuan Dakasa. Kenapa Anda datang tanpa memberitahu terlebih dahulu? Suatu kehormatan besar bagi saya, Anda datang mengunjungi kantor saya yang tak seberapa ini. Silakan dud ....”Dor ...“Argggh!”Bruk ...Celotehan tak
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

144. Penjaga Baru

Avram menatap wajah pucat sang istri dengan ekspresi sangat sedih. Dia terus menunduk dan sedari tadi tak mengeluarkan suara. Sudah hampir sepuluh menit dia berada di dalam ruangan sang istri, Avram masih diam. Tadi dia sempat membawa Alano masuk, Alano bercerita segala hal kepada Lavira, sedangkan dirinya seakan tak mampu.Avram menarik napas dalam sambil mendongak menahan rasa sesak di dadanya. Pergerakan Avram terus diperhatikan oleh Rino dan Alano di luar dinding kaca. Rino pun hanya bisa menarik napas melihat keterpurukan sang sahabat.“Uncle, kapan Mama akan bangun dan kembali cerita seperti biasanya?”Perhatian Rino teralihkan ketika mendengar kalimat Alano. Dia menunduk dan menatap Alano yang sedang duduk di kursi tungguh depan ruangan Lavira berada. Rino tersenyum tipis, dia sendiri tak tahu kapan Lavira akan kembali bangun, tetapi dia terus berdoa supaya perempuan yang sudah dia anggap adik itu segera siuman.“Kamu berdoa saja supaya mama kamu segera segar dan tidak lelah la
last updateLast Updated : 2023-05-11
Read more

145. Ketenangan

“Argghh!”Ctass ...“Hentikan, ini sakiiit! Arggh, shh, toloong!”Erangan dan teriakan seseorang menggema menciptakan kengerian. Belum lagi suara pecutan cambuk menyapa kulit manusia, semakin memberikan kesan horor dalam ruangan pengap tersebut. Ruangan pengap nan gelap, hanya ada remang-remang cahaya dari lampu gantung di sisi ruangan.“Ambilkan pisau, aku ingin menguliti kulit tangannya.”Tanpa banyak bertanya dan tak membantah. Seorang pengawal langsung bergerak mengambil pisau dan memberikan benda tersebut kepada Avram. Yah, Avram adalah orang yang menjadi salah-satu manusia di dalam ruangan gelap tersebut. Tentu saja dia menjadi pelaku penganiayaan di dalam ruangan tersebut, bisa ditebak mangsanya adalah Mack.“Tidak, jangan, jangaan! Berhenti, brengsek, kau manusia gila!” teriak Mack ketakutan.Avram menoleh dan menatap Mack sambil menyeringai iblis. “Kau tahu saya manusia gila, kenapa kau malah mencari masalah? Sesuai janji, kau akan saya buat menjadi korban paling mengenaskan
last updateLast Updated : 2023-05-12
Read more

146. Salah Strategi

Terhitung sudah satu bulan menjalani kehidupan tak bergairah. Avram sekarang melangkah dengan gerakan lunglai. Pria itu tak memperhatikan keadaan sekitar, bahkan dia melangkah tanpa memperhatikan jalanan. Orang-orang memilih untuk menghindar dari jalanan dari pada harus berurusan dengan Avram.Rino menatap langkah Avram dari depan pintu ruangan rawat Lavira. Dia baru saja melepaskan Alano pergi bersama Cinta, tunangannya. Avram sendiri baru kembali dari ruangan penyekapan Mack. Satu bulan lamanya, Avram benar-benar membuat Mack seakan berada di neraka. Dia tak pernah membiarkan Mack bernapas tenang, setiap hari menganiaya pria itu, tetapi Avram tidak membiarkan Mack mati.“Alan dari tadi menanyakan kamu, kenapa lama hari ini?” tanya Rino ketika Avram sudah berada di dekatnya.Avram yang berniat membuka pintu ruangan rawat Lavira, dia berhenti. Perlahan Avram menoleh ke arah sumber suara dan melihat Rino sedang duduk di kursi tunggu dengan satu laptop di tangannya. Selama satu bulan in
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more

147. Kejang

Alano terus tertawa nampak sangat senang bermain dengan gelembung sabun. Avram sendiri ikut senang melihat pergerakan putranya. Pria itu terus membuat gelembung sabun tanpa henti, sehingga keadaan taman rumah sakit itu terlihat sangat menarik bagi anak-anak. Hanya saja, para orang tua tentu tak membiarkan anak-anak mereka untuk mendekat bermain bersama. Siapa yang berani mendekat kepada Avram, pria terkenal haus darah.Tring ... tring ... tring ...Sedang asik bermain, suara dering telepon genggam Avram menarik perhatian. Pria itu menghentikan pergerakannya dan mengambil benda pipih di dalam saku celananya. Alano pun masih bermain dengan sisa gelembung sabun. Avram seendiri menatap layar ponselnya yang terukir nama Rino.“Heem.”“Lavira kejang, cepat naik ke atas!” Rino berteriak di balik telepon genggamnya, membuat Avram mematung di tempat.Tentu saja kalimat itu membuat Avram terdiam dengan wajah langsung memucat. “Jangan main-main, kau,” desis Avram mencoba untuk tak percaya.“Bren
last updateLast Updated : 2023-05-14
Read more

148. Bisikan Alano

“Nyonya Dakasa sudah melewati masa kritisnya, Tuan. Luka dalam dan luka luarnya sudah sama-sama hampir mengering. Mungkin karena itu pula keadaan Nyonya Dakasa sudah bisa melawan masa kritisnya. Setelah ini kami akan memindahkan Nyonya Dakasa ke ruangan utama yang sudah Anda pesan sebelumnya. Kami harap, maksimal lima jam ke depan, Nyonya Dakasa akan segera sadar.”Avram terdiam, dia tak dapat mengutarakan apa yang dia rasakan saat ini. Hatinya bercampur aduk, rasa senang, haru, dan sendu bercampur menjadi satu. Tentu saja Avram sangat merasa senang mendengar penjelasan dokter baru saja. Penantiannya selama satu bulan ini tak sia-sia, sang istri akhirnya sudah melewati masa kritisnya. Namun, tetap saja, Avram belum akan bisa tenang sebelum melihat kedua bola mata indah milik sang istri.“Jadi apa intinya sekarang istri saya sudah baik-baik saja? Sudah aman dan tidak akan ada kemungkinan terburuk lagi?” tanya Avram.“Melihat dari keadaan dan kondisi fisik Nyonya Dakasa saat ini, semuan
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

149. Mimpi?

Avram menatap wajah istrinya yang kini masih menutup mata. Namun, setidaknya melihat keadaan Lavira tak perlu menggunakan alat pembantu berlebihan, sudah cukup membuat Avram tenang. Kini mereka hanya perlu menunggu waktu Lavira siuman. Sudah hampir tiga jam Avram terus membuka matanya menatap wajah cantik sang istri, seakan dia tak ingin terlambat menyaksikan Lavira menggerakkan kelopak mata.Intinya sekarang dia tidak menyangka jika bisikan sang putra bisa membuat Lavira kembali normal. Akan tetapi, Avram yakin jika Lavira sedari awal memang sudah mendengarkan segala hal yang mereka bicarakan. Hanya saja mungkin kini perempuan sudah lebih kuat untuk melawan rasa sakitnya di alam bawah sadar. Lavira benar-benar berjuang, demi anak dan suaminya. Andai posisi Lavira masih seperti dulu, tiada yang menyayanginya, mungkin perempuan itu akan memilih untuk menyerah.“Kakek sudah makan?” Alano bertanya kepada Farhan, sang kakek.Farhan, pria paruh baya itu memang berada di sana, dia setiap ha
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

150. Tidak Selamat

“Sekitar satu jam lagi, kami akan kembali ke sini untuk pengecekan kedua, Tuan. Untuk sekarang, Nyonya mohon jangan diajak berkomunikasi berlebihan. Dia harus menyimpan cukup tenaga, sebab pasti masih lemas.”“Saya paham.” Avram menyahut sambil mengusap telapak tangan Lavira yang belum mengeluarkan suaranya. Nampaknya apa yang dikatakan oleh dokter benar, Lavira terlihat masih begitu letih.“Kalau begitu kami permisi, Tuan.”“Bagaimana dengan makanan istri saya? Dia lemas, bukannya ini harus diberi makan supaya lebih cepat pulih?” tanya Avram dengan suara datarnya.“Benar, Tuan. Luka di perut Nyonya sudah cukup kering, jadi dia sudah bisa mengkonsumsi makanan. Tapi tetap harus sesuai dengan takaran kami, ya, Tuan. Kami sudah memesankan makanan untuk Nyonya Dakasa, sebentar lagi akan sampai.”“Baik.”“Kalau begitu kami permisi, Tuan, Nyonya.”“Dokter.”Suara pelan nan begitu lemas menghentikan pergerakan para tenaga medis. Mereka menoleh dan melihat Lavira, sebab Lavira orang yang baru
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status