Home / Romansa / Istri Kecil Penebus Hutang / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Istri Kecil Penebus Hutang: Chapter 121 - Chapter 130

184 Chapters

121. Tak Menghiraukan

Mena berdiri di depan meja kerja Avram sambil tersenyum menggoda. Dia menatap setiap inci wajah tampan sang atasan dengan mata nakalnya. Tanpa berkedip menikmati ketampanan Avram, Mena malah terlihat semakin menggila dengan angannya.“Gila, dia benar-benar tampan. Bahkan hanya dengan melihat wajahnya saja, sudah berhasil membuatku basah,” batin Mena begitu gila.Perempuan itu terus menatap wajah Avram yang sedang mengecek laporan. Mena memang baru saja menyelesaikan sebuah laporan permintaan Avram. Sebagai salah satu tugas untuk percobaan tiga hari. Siapa sangka, ternyata kerja Mena sangat bagus, Avram cukup terkejut dengan itu semua. Meski Mena berada di pihak tak baik dengan niat baik dan keganjenan hakiki, kemampuan perempuan itu bagus.“Heem, kerjanya bagus. Tak heran, kata Rino, dia sudah sangat berpengalam sebagai seorang sekretaris,” ucap Avram di dalam hati menilai hasil kerja Mena.“Ekhm, bagaimana laporannya, Tuan?” tanya Mena dengan suara sengaja dibuat lembut. Kesan menggo
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

122. Berulah

“Apa yang ingin kau lakukan? Jangan gegabah, kita harus tunggu waktu yang pas. Bisa kacau kalau kau bertindak sembarangan,” celoteh Mack memperingati Mena.“Ck, aku hanya ingin memberi istrinya itu pelajaran. Dia terlalu menganggapku remeh, jadi aku harus perlihatkan bagaimana rasanya jika berani bermain-main denganku.” Mena menyahut sambil terus melangkah menuju tempat Lavira berada.Setelah tadi sempat disuruh mengancingkan kemeja bagian atasnya. Mena masih tak terima, sehingga perempuan itu bergerak dengan rencana licik. Sangat kebetulan saat ini Lavira sedang berada di taman depan perusahaan bersama Alano. Entah apa yang ingin dilakukan oleh Mena kepada Lavira. Niat licik itu membuat Mack merasa khawatir di seberang telepon, sebab bisa saja rencana mereka kacau balau.“Ini bukan hanya tentang kau, Mena. Hentikan niat itu sekarang, akan ada masanya kita mengurus perempuan dan anaknya itu. Yang jelas, sekarang tunggu dulu, biar aku yang mengekesekusinya. Kau cukup fokus kepada Tuan
last updateLast Updated : 2023-04-15
Read more

123. Membalas

“Cih, itu karena anakmu ini memang tak pantas menyandang status sebagai putra Tuan Dakasa. Sama sekali tak berkelas dan tak memiliki sopan santun. Tidak usah kau senang karena sedari kemarin saya tidak melawanmu, bukan karena saya takut, tapi hanya karena sedang mencari waktu yang tepat. Sekarang saya beritahu kepadamu ... kau itu tidak cocok jadi istri Tuan Dakasa, apalagi menjadi seorang nyonya. Gaya gembel menjijikkan, kampungan, makanya anakmu juga seperti itu,” celoteh Mena menghina Lavira.Lavira tak menyahut, dia malah sengaja menutup kedua telinga putranya. Begitu sudah terlatihnya mental Lavira selama tinggal bersama Avram. Dia tak merasa takut ataupun gentar menghadapi Mena yang sedang menghina dan melotot ke arahnya. Jika Lavira dulu akan gemetar ketakutan dan menunduk takut, maka sekarang Lavira membalas tatapan lawan bicaranya dengan wajah manis seperti biasa, wajahnya tanpa ekspresi benar-benar murid Avram.“Lihat saya, saya adalah perempuan yang pas seharusnya menjadi n
last updateLast Updated : 2023-04-15
Read more

124. Ancaman

“Dia istri saya, bitch! Nyatanya kau benar-benar ingin mati di sini.”Suara berat nan dingin itu mengejutkan Mena. Dia menoleh ke belakang dan terkejut melihat kedatangan Avram. Detik berikutnya dia berdeham kecil sambil menunduk menatap keadaan tubuhnya.“Tuan Dakasa, pas sekali Anda datang, Tuan. Lihatlah perbuatan istri Anda, dia menyiram saya dengan air. Tentu saya hampir naik pitam karenanya,” ucap Mena malah mendrama menjadi orang yang tersakiti.Avram tak menghiraukan drama perempuan itu. Dia bergerak ke arah sang istri dan melihat keadaan Lavira dari atas ke bawah. Bahkan Avram memutar tubuh istrinya memastikan jika perempuan itu baik-baik saja. Tak hanya itu, Avram juga menunduk menatap putranya yang kini sedang mengacungkan jempol kepada Avram seakan memberi kode kepada sang ayah jika dia baik-baik saja.Merasa dua orang penting di hidupnya baik-baik saja. Avram akhirnya mengangkat kepala dan menatap dingin Mena. Perempuan bertubuh basah itu sempa menelan salivanya kasar, me
last updateLast Updated : 2023-04-17
Read more

125. Apa Itu?

“Apa itu tidak terlalu berlebihan, Kak? Kasihan.”Avram menatap wajah Lavira yang baru saja berbicara. Kini mereka sedang berada di dalam lift menuju ruangan Avram. Alano sendiri sudah dibawa terlebih dahulu oleh Rino ke dalam ruangannya. Alano seakan sudah terbiasa dengan kejadian-kejadian seperti itu di dalam hidupnya, sehingga dia denga patuh menyembunyikan mata di balik jas Rino sedari tadi.“Kamu selalu bagitu, Sayang. Aku sudah menahannya sedari dia datang ke sini. Sekarang aku tidak bisa lagi menahannya. Hal tadi bahkan peringatan awal jika datang dariku. Dia licik, kamu tidak tahu saja kalau dia sudah punya recana buruk untuk kamu dan juga Alan,” terang Avram sembari berjalan ke arah ruangannya.Lavira menatap wajah sang suami dengan ekspresi terkejut. Dia tak terkejut karena dirinya menjadi target, tetapi dia terkejut karena sang putra ikut menjadi target. “Alan? Dia juga menargetkan Alan? Hal apa yang membuat dia berniat melakukan hal jahat kepada anak kecil tiga tahun? Alan
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more

126. Menjaga

Boom ... jdar ...Suara itu mengejutkan semua orang yang ada di dalam gedung tersebut. Avram secara spontan langsung berdiri, begitu pula dengan Lavira. Perempuan cantik nan polos itu nampak khawatir dengan keadaan Alano karena anaknya itu tak bersamanya.Avram tak langsung menanggapi kejadian itu dengan kepanikan. Dia bergerak ke arah dinding kaca ruangan kerjanya. Avram melihat ada hal apa di bawah sana. Keadaan di bawah sana terlihat ramai, sudah ada orang-orang berkumpul dan perhatian Avram ada pasa sekumpulan orang-orang tak dikenal sedang berhadapan dengan para bawahannya.“Kamu tenang dulu, Alan pasti baik-baik saja bersama Rino. Sekarang ayo kita turun.” Avram bersuara menenangkan sang istri.Avram tak takut dan tak khawatir meninggalkan ruangannya, karena pintu ruangan itu akan otomatis terkunci dan hanya bisa dibuka oleh sidik jari Avram atau Lavira, bisa juga menggukan sandi. Dia menarik pelan pergelangan tangan Lavira ke arah luar. Sembari melangkah, pria itu menghubungi R
last updateLast Updated : 2023-04-20
Read more

127. Depan Perusahaan

Avram menatap dingin seorang pria yang kini berdiri sebagai pusat kekacauan di perusahaannya. Semua pengawal Dakasa kini sedang menahan pergerakan pria itu. Dia tak sendiri, melainkan membawa banyak anggota pula, tetapi belum tertandingin anggota pengawal Dakasa.Kekacauan yang baru saja dia perbuat dengan meledakkan sebuah bom kecil di taman utama perusahaan Dakasa sudah ditahan oleh para pengawal inti Avram. Avram masih melangkah dengan wajah datarnya menatap dingin pria di depan sana. Pria itu pun membalas tatapan Avram dengan wajah penuh amarah. Jika dipikir, baru kali ini ada orang yang berani melawan Avram secara terbuka seperti itu.“Avram Dakasa! Brengsek!”“Jaga mulut Anda, Tuan,” tegur kepala pengawal yang berada paling depan menghadapi pria itu.Pria itu menatap kepala pengawal yang ada tepat di depannya. Kepala pengawal itu selalu maju paling depan untuk melindungi Avram dan keluarnya. Setelah nanti baru diambil alih oleh Rino, berlanjut kepada Avram. Jadi begitulah tak se
last updateLast Updated : 2023-04-23
Read more

128. Mama Sakit?

Hari berganti bulan, bulan pun berganti tahun. Semakin lama pertumbuhan Alano terasa semakin cepat. Hari-hari dilewati seperti biasa, adanya perdebatan antara Avram dan Alano. Mereka berdua selalu memperebutkan Lavira. Bahkan sampai Alano kini sudah masuk TK, mereka masih tak berubah.“Papa duluan, Papa harus dipasangkan dasi lebih dulu sama Mama,” ucap Avram menahan kepala putranya.“Tidak, aku lebih dulu. Aku juga harus dipasangkan dasi sama Mama. Aku mau ke sekolah, tidak boleh terlambat,” balas Alano.“Ck, kamu pikir Papa boleh terlambat? Papa harus lebih cepat datang ke kantor.”“Tidak, Papa biasanya juga telat datang. Papa bilang, Papa ‘kan bos, jadi bebas datang telat.”“Tidak, untuk hari ini tidak boleh datang telat. Jadi harus Papa duluan yang dipasangkan dasi sama Mama.”“Tidak, harus aku duluan.”“Kamu mengalah, kamu masih anak kecil.”“Papa yang mengalah kepada anak sendiri.”“Anak durhaka.”“Papa dzolim.”Lavira menarik napas dalam sambil mengurut keningnya melihat tingka
last updateLast Updated : 2023-04-24
Read more

129. Cebong

“Bagaimana keadaan istri saya?”Seorang dokter bergerak mundur dan menatap Avram dengan kepala menunduk. “Keadaan Nyonya Dakasa baik-baik saja, Tuan. Tidak ada hal yang harus dikhawatirkan. Beliau ha ....”“Tidak ada hal yang harus dikhawatirkan kau bilang? Istriku baru saja mual ketika makan, bahkan sekarang dia terlihat lemah. Apa kau sudah tidak becus jadi dokter?” sela Avram mendesis marah menatap tajam dokter perempuan itu.Dokter perempuan yang ditatap Avram seketika dibuat ketakutan, padahal dirinya belum selesai berbicara. Mata tajam Avram seakan menjadi lakban untuk mulutnya. Kedua bibir dokter tersebut menjadi terasa begitu berat sekadar untuk melanjutkan kalimatnya.“Pa, sepertinya dokter itu belum selesai berbicara. Apa tidak bisa dengarkan dulu sampai selesai?” celetuk Alano menatap ayahnya dengan mata polos itu.Avram diam mendengar kalimat putranya. Dia memang sadar jika dokter tersebut belum menyelesaikan kalimatnya. Namun, dia yang terlalu khawatir, seakan tak tahan u
last updateLast Updated : 2023-04-25
Read more

130. Pasrah

Sedari tadi Avram dan Alano tak beranjak dari tempat Lavira berada. Dokter kedua pun sudah pergi dari sana setelah selesai memeriksa. Dua laki-laki berbeda generasi tersebut masih tak bergerak menjauh dari Lavira. Mereka tentu ingin menunggu perempuan itu sampai terbangun.“Jadi adik aku sudah berumur satu bulan, Pa?” tanya Alano kepada Avram.“Iya, satu bulan di dalam perut.”“Berarti sudah besar, kenapa masih bersembunyi. Apa dia takut sama Papa?”Avram menoleh dan menatap sang putra dengan wajah tak paham. “Takut kenapa maksud kamu?” tanya Avram.“Ya takut, Papa ‘kan wajahnya menyeramkan. Suka bikin orang-orang takut, tapi tidak dengan aku. Aku tidak takut, tapi bisa saja adek aku takut.”Jawaban polos Alano membuat Avram merasa kesal. Semua orang memang merasa takut dan ngeri kepadanya. Namun, jelas bukan karena wajahnya yang jelek atau menyeramkan. Orang-orang takut karena Avram seorang psikopat nan haus darah. Sekarang sang anak malah menyimpulkan hal itu dengan logikanya sebaga
last updateLast Updated : 2023-04-26
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status