Semua Bab Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan: Bab 151 - Bab 160

213 Bab

82 [bagian 2]

Waktu berlalu begitu cepat, kini masa iddah Maira telah usai. Bahkan sudah beberapa bulan ia menerima akte cerai. Semenjak dirinya menginap di kediaman Anggrek, wanita tersebut terus mengajak jalan-jalan."Sayang, hari ini Hafiz bakal jemput kamu. Kita bakal bicarain soal pernikahan kamu," seru Anggrek.Mata wanita itu membulat, ia sangat terkejut karena baru saja selesai masa iddah. Anggrek telah membicarakan hal tersebut, tetapi karena tidak mau mengecewakan ia mengiyakan perkataan wanita yang melahirkan calon suaminya."Siap, Mah. Kalau gitu Maira bakal siap-siap," balas wanita itu.Setelah mengatakan demikian, Anggrek langsung pamit untuk mematikan sambungan telepon. Wanita tersebut bergegas ke bilik mandi untuk membersihkan diri, lalu memakai pakaian di ruangan untuk tidur. Suara deru mobil terdengar, membuat ia yang tengah dandan mengintip di kaca jendela kamar."Kok gak pake mobil biasanya? Ini kaya mobil Mas Reyhan," gumam Maira. Wanita itu mengeryitkan alis lalu memilih tid
Baca selengkapnya

83 [bagian 1]

Maira melebarkan matanya, ia menatap tak percaya lelaki yang dulu ia puja. Kini terlihat sangat bajingan. "Kamu kejam sekali, Mas! Setelah mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan dengan gampangnya kamu membuang jika sudah tak perlu."Reyhan sekali lagi menggelengkan kepala. "Aku gak gitu kok. Aku kan baik, aku udah manjain dia pake uangku. Jadi sebagai gantinya ya aku bisa cerain dia dan minta anakku doang."Pria tersebut berkata demikian sambil melangkah pelan mendekat. Maira yang tau akan itu langsung merasa lega saat terdengar suara deru mobil sangat ia kenal. Dia segera berlari keluar, sedangkan Hafiz segera mematikan mobil lalu keluar dari kendaraan itu. "Anda lagi anda lagi, jangan ganggu kami bisa gak!" geram Reyhan.Maira menubruk tubuh Hafiz, kalau saja lelaki itu tidak bisa menjaga keseimbangan mungkin mereka langsung jatuh bersamaan. Dengan siaga ia lekas mendekap sang calon istri lalu melirik sinis Reyhan."Apa gak salah tuh, bukannya harusnya saya yang bilang begitu? An
Baca selengkapnya

83 [bagian 2]

Kedua lelaki itu membulatkan matanya dan saling menyalahkan. Maira langsung berteriak dan mengomeli mereka. "Bisa gak kalian diem, gak usah berantem! Kaya anak kecil aja," sentak Maira.Mereka langsung saling menyalahkan dan mendorong. Maira mendengar itu menggelengkan kepala, disana dia agak pusing lalu hendak terjatuh. Seseorang menangkapnya, suara pria tersebut membuat semua menoleh."Pinggiran bibir kamu berdarah, Ra. Apa jangan-jangan karena mereka," ucap lelaki itu.Familiar dengan suara lelaki itu, Maira berusaha menjauh. Sedangkan Hafiz langsung menarik calon istrinya lalu melihat wajah wanita tersebut. "Ayo ke mobil, Mas obatin luka kamu. Terus kita ke rumah Mas buat nentuin pernikahan kita." Hafiz menekan kata pernikahan kita, membuat Reyhan mendengkus dan memilih pergi. Sedangkan Atha hanya menghela napas dan menatap kecewa. Melihat kekecewaan dari pria tersebut Hafiz menyeringai, sedangkan Maira mengangguk lemah menuruti perintah calon suaminya."Makasih udah nolongin c
Baca selengkapnya

84 [bagian 1]

Sedangkan di kendaraan yang dilajukan oleh Hafiz. Mereka sudah beberapa menit dalam keheningan, hanya suara mobil yang menemani. "Apa bener Ibu sama Bapakku ada di rumah Mama?" tanya Maira pelan. Mendengar pertanyaan wanita yang di samping kemudi, ia langsung melirik sekilas lalu menatap jalanan."Ya, kita harus rundingkan sekarang. Bukannya masa iddahmu udah selesai," balas lelaki itu. Maira hanya menganggukan kepala karena memang sudah sesuai kontrak mereka. Lalu keheningan kembali menyapa, sedangkan sesekali Hafiz sangat sibuk dengan orang yang meneleponnya. Merasa bosan dan tidak ada orang diajak berbicara, Maira tanpa sadar terlelap. Dengkuran halus terdengar membuat sang pengemudi menoleh lalu menggelengkan kepala. "Apa tidurmu lagi malam gak nyenyak, sampe di mobilku tidur," gumam Hafiz. Setelah berkata demikian, lelaki itu fokus nengendarai mobil. Karena jalanan yang lumayan tidak ramai, mereka sangat cepat sampai di kediaman Anggrek. Pria tersebut segera memarkirkan kend
Baca selengkapnya

84 [bagian 2]

Hana langsung melepaskan gandengan dengan Maira lalu mendekati Hafiz segera menggenggam jemari Papanya. "Gak kok, Hana sayang kalian berdua." Kedua manusia dewasa itu mengulas senyum mendengar perkataan Hana. Gadis tersebut segera menarik Hafiz agar jalannya sejajar dengan Maira. Perempuan kecil ini langsung menggandeng kembali tangan Maira. "Ayo masuk, pasti Nenek, Kakek dan Grandma nungguin," seru Hana. Mereka menganggu lalu melangkah bersamaan menuju ruang tamu. Kala sampai, terlihat tiga manusia itu tengah berbincang lalu terhenti saat melihat yang dibicarakan mereka. "Ayo cepat sini! Kalian dari tadi udah ditungguin lho," panggil Anggrek. Hafiz dan Maira mengangguk, mereka mendekat lalu duduk di dekat orang tua masing-masing. "Kita udah membicarakan semua, besok malam kami akan ke rumah kamu untuk memberikan seserahan," jelas Anggrek. Maira langsung menatap kedua orang tuanya dan dibalas anggukan mereka. "Terserah kalian, yang menurut kalian terbaik buat kami aja. Kami
Baca selengkapnya

85 [bagian 1]

Maira mengeryitkan alis mendengar ucapan Hafiz, melihat reaksi sang calon istri lelaki itu mendengkus. "Udahlah, gak perlu. Nanti saat acara besok malam kamu harus pake baju yang bakal aku kirim ke sini, ya." Wanita yang tadi kebingungan langsung menganggukan kepala saat Hafiz berkata demikian. Pria tersebut segera pamit dan melangkah pergi. Sedangkan Maira terus menatap sebelum kendaraan milik sang calon suami menghilang dari pandangannya. "Apa yang tadi Mas Hafiz mau dengar ya?" gumam wanita itu. Dia memilih mengedikan bahu, saat sampai di ruang keluarga. Terlihat orang tuanya tengah berbincang soal uang yang akan diberikan untuk membantu acara pernikahan anak dan calon menantunya. "Apa kita minjem ke bank aja, ya Mas? Soalnya ini sangat sedikit, apalagi pasti keluarga calon suami Maira bakal ngeluarin puluhan juta bukan," lontar Dewi. Mendengar perkataan Ibunya, Maira segera mendekat lalu duduk di samping wanita tersebut. "Kalau gak ada gak usah dipaksain, Bu. Lagian mereka
Baca selengkapnya

85 [bagian 2]

Dewi menggeleng, ia berusaha mendekati adiknya lagi tetapi Devi teriak kembali. Membuat mereka menjadi pusat perhatian, suami perempuan tersebut langsung memeluknya. "Jangan berteriak lagi, ini rumah sakit," ucap lelaki itu. Devi langsung membalas pelukan suaminya, ia terisak di dekapan lelaki itu. Sedangkan Dewi memandang sendu sang adik."Apa yang kita lakuin sekarang? Padahal kita cuma mau lihat keadaan Syafa, walau dia suka jahat dan ketus tapi gak tega liat dia begini," ujar Maira. Perempuan itu menatap sang ibu, begitupun Ajeng memandang Dewi. Wanita yang lebih dewasa dari mereka berdua memegang lengan keduanya. "Kita pulang saat tau kondisi Syafa, oke. Kita tunggu di sana aja, sambil nunggu emosi adikku stabil," ujar Dewi.Mereka langsung mengangguk lalu melangkah mendekati tempat duduk. Sedangkan Devi terus bolak-balik di depan ruang operasi menunggu anaknya. Suara dering ponsel terdengar, membuat orang tua Syafa melirik mereka dengan tatapan tajam. "Aku angkat telepon d
Baca selengkapnya

86 [bagian 1]

Maira menghela napas mendengkus perkataan Syafa, mata wanita itu sembab bahkan jejak air mata masih terlihat. Sedangkan Ajeng dan Ibunya langsung memegang lengan perempuan tersebut untuk menguatkan. "Mana ada orang yang liat keluarganya kena musibah malah seneng Syafa ... kamu ini aneh-aneh aja, mendingan gak usah pikir macem-macem. Sekarang pikirin kesehatan kamu aja," balas Maira. Mendengar perkataan Maira, wanita itu mendelik lalu membuang muka. Memilih menatap Ibunya, sang sepupu hanya menghela napas. "Ra, Bu. Ayo kita duduk dulu di sana, masa berdiri di sini aja.""Lagian kita sama sekali gak dianggap sama pasien ini," kata Ajeng kecil. Maira menyikut Ajeng pelan karena perkataan wanita itu. Sedangkan perempuan tersebut memasang wajah meringis. "Emang sikutanku, sakit ya. Perasaan pelan lho," ucap Maira. Devi menatap kesal ke arah tamu tidak diundangi ini. Ia berkacak pinggang sedangkan Syafa hanya diam karena merasakan nyeri di bagian perutnya. "Kalian ini, mau menjenguk
Baca selengkapnya

86 [bagian 2]

Maira segera mengantarkan Ajeng ke kediaman lalu pamit untuk pulang. Sesampai di rumah, wanita itu lekas mengantarkan kendaraan roda dua ini ke pemiliknya. "Makasih ya, Mpok. Kalau gak dikasih minjem entah gimana pergi ke rumah sakitnya," ucap Maira. Ibu Kayla menganggukan kepala lalu Maira segera melangkah pulang. Segera mengunci pintu dan bergegas mengchanger handphone dan terlelap di kasur. Wanita itu bahkan tidak berganti pakaian ataupun mencuci wajah. Waktu tidak terasa terus berputar, suara gedoran pintu terdengar. Maira menggeliat dan mengucek matanya, terdengar teriakan David memanggil."Iya Bang, bentar," sungut Maira. Suara gedoran kembali terdengar karena menunggu sampai lima menit wanita itu belum membuka pintu. Lalu tak berselang lama perempuan tersebut muncul dengan wajah bantalnya. "Jangan males-malesan! Ayo bangun, kita salat subuh bareng," cecar David.Maira mengiyakan omelan David lalu ia segera masuk kembali ke kamar untuk mengambil handuk dan mukena. Dan melan
Baca selengkapnya

87 [bagian 1]

Senyuman sumringah terulas di bibir Hana. Gadis itu menguapkan rasa bahagia dengan jemari membentuk hati pada sang Papa. "Iya, anterin aja Hana ke sini. Tapi ...." Ucapan wanita itu terhenti kala Hafiz menyela. "Jangan bilang kamu terganggu karena ada anakku." Lelaki itu berkata dengan kata dingin, Maira menhela napas mendengar perkataan calon suaminya. Sedangkan Hana langsung cemberut mendapati ucapan Hafiz. "Kalau aku ngomong jangan dipotong-potong kenapa! Kalau nanti kita nikah bisa cekcok terus gara-gara kebiasaan kamu nyela terus," sungut Maira. "Aku cuma mau nanya, itu rombongan kamu nanti malam banyak gak. Kalau banyak aku sama Ibuku bakal masak agak banyakan," lontar Maira.Hafiz hanya meringis mendengar perkataan Maira. Lalu lelaki itu berpura-pura melirik jam dipergelangan tangan. "Eum ... Gak banyak, kalau gitu aku matiin soalnya waktu harus berangkat kerja."Dia segera mematikan sambungan telepon sedangkan Hana masih terus menatap Papanya. "Katanya mau berangkat Pa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
22
DMCA.com Protection Status