Semua Bab Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan: Bab 131 - Bab 140

213 Bab

72 [bagian 2]

"Ayo cepat minta maaf, makanya itu mulut harusnya punya rem biar gak blong ngomong ke mana aja."Seorang wanita paruh baya memerintahkan perempuan yang menyudutkan Maira untuk segera meminta maaf. Dia bahkan di dorong beberapa kali oleh mereka, merasa kesal ia segera mengomeli semua. "Iya, sabar napa! Saya bakal minta maaf kok, tapi jangan dorong-dorong terus," omel wanita itu. Setelah mengomeli mereka, wanita itu kini berhadapan dengan Maira. Tetapi, yang membuat ia gemetar adalah tatapan Hafiz yang seperti hendak membunuhnya. "Saya minta maaf, harusnya saya gak ngomong kaya gitu," ucap perempuan tersebut. Maira hanya menganggukan kepala sesekali sesegukan, wanita itu langsung berbalik dan membayar pesanannya. "Sabar ya, Neng. Kadang ada aja mulut lemes orang kaya mereka. Kamu gak usah dengerin, kadang mereka begitu karena iri sama Eneng," ujar penjual daging.Dia mengangguk sebagai jawaban, lalu wanita itu melangkah ke lapak penjual buah. Ia juga menggandeng Hana karena gadis t
Baca selengkapnya

73 [bagian 1]

"Ngapain coba mereka ke sini," gerutu Maira. Dia segera membuka pintu karena sang tamu tak diundang terus menggedor pintu. Setelah benda itu terbuka, dia langsung di dorong."Akh ... apa-apaan sih, kalian," geram Maira.Maira berusaha bangkit walau bokongnya terasa nyeri akibat Devi mendorong dirinya. "Gara-gara dia, Bu. Aku jadi dipukulin pacarku karena ketauan hamil," seru Syafa.Maira langsung menangkap tangan Devi kala wanita itu hendak menamparnya. "Bibi ini apa-apaaan sih! Main nyerang aja."Mata wanita itu melotot lalu menarik tangan dari cekalan sang keponakan."Gara-gara kamu anakku babak belur gini," sentak wanita ituDia mengeryitkan alis lalu melirik Syafa. "Dih, kok salah Maira. Maira aja gak ngapa-ngapain anak Bibi. Lagian babak belur karena apa juga Maira gak tau, gak usah asal nuduh deh, Bi," lontar wanita itu. Syafa mendelik mendengar ucapan Maira. Ia hendak mendorong sang sepupu, tetapi karena wanita itu waspada. Dia bisa menghindar membuat Syafa terjatuh. "Ken
Baca selengkapnya

73 [bagian 2]

Devi mengepalkan tangan lalu hendak mau menyerang Maira tetapi ditahan anaknya. "Jangan, Bu. Nanti kalau video itu di sebar gimana, udah kita turun aja," bisik Syafa. Mendengar perkataan anaknya, Devi melirik lalu mendengkus geram. Wanita itu menunjuk wajah Maira. "Oke, awas aja kamu ingkar dan sebarin video itu!" sembur Devi.Setelah berkata demikian, mereka langsung berlalu pergi. Ibu Kayla segera memegang tubuh Maira untuk memeriksa apakah wanita itu terluka."Ada yang luka gak? Haduh pas pembagian otak mereka gak ikut apa ya, masa malah ngelabrak kamu bukannya laki yang bikin bunting anaknya," cerocos Ibu Kayla.Maira hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. "Makasih ya, Mpok. Emang Mpok beneran ngerekam tadi?" tanya Maira.Dia langsung mengangguk kepala lalu menyodorkan hasil rekaman pada Maira. "Ini, baru beberapa hari dibeliin Kayla. Katanya biar bisa telepon tapi nampak gitu muka kita. Gak tau namanya Mpok lupa," sahut wanita itu.Anak Dewi menganggukan kepala lalu dia m
Baca selengkapnya

74 [bagian 1]

Dua hari berlalu, Hafiz terus menyuruh sang anak untuk menyibukan neneknya. Ia tidak mau jika wanita itu mendekati Maira, karena setiap perempuan tersebut mendekati calon istri, mereka langsung menghilang. "Papa, Hana pengen ketemu Mama. Kangen banget, apalagi Papa ngelarang Hana buat telepon Mama. Handphone Hana juga di sita sama Papa, Papa rese banget sih," keluh gadis itu. Gadis kecil itu terus mengoceh, karena sebentar lagi sang nenek akan menjemputnya. Karena wanita tersebut juga masih pembisnis, memiliki beberapa butik. Mendengar perkataan Hana, ia menghela napas lalu berjongkok mensejajarkan tinggi dengan Hana. "Sabar ya, Sayang. Sebentar lagi aja," pinta lelaki itu. Mendengar perkataan sang Papa yang memohon, gadis kecil itu menghela napas. Ia akhirnya mengangguk menyetujui ucapan Hafiz. "Hana ... kamu dimana, Grandma udah datang nih. Ayo sekolah dianter Grandma," teriak wanita itu. Hana langsung mengalihkan pandangan ke pintu kala mendengar teriakan sang nenek. Lalu men
Baca selengkapnya

74 [bagian 2]

Hana menggeleng sebagai jawaban pada sang Nenek. Membuat wanita paruh baya itu mengeryitkan alis bingung. "Kan kamu lemes, Han. Lagian masih kecil jadi jangan maksain buat puasa," lontar wanita itu. Tetapi, dibalas lagi gelengan oleh Hana. Gadis kecil itu menjatuhkan kepalanya ke bahu sang nenek. "Gak Grandma, Hana pengen banyak punya pahala terus dikirim ke Bunda. Kata Mama, pahala anak kecil itu ke orang tua. Begitupun sebaliknya kalau Hana nakal nanti Bunda yang disiksa, Hana gak mau Grandma," jawab gadis itu.Wanita itu terharu dengan perkataan Hana, dia tidak sabar ingin bertemu perempuan yang menaklukan hati cucunya. "Boleh Grandma minta tolong? Grandma pengen ketemu Mama kamu," kata wanita itu. Gadis kecil tersebut langsung menganggukan kepala, membuat sang nenek mengulas senyum. "Grandma, Hana pengen pilihin baju juga buat Mama. Boleh ya ...," pinta Hana. Dia menangkupkan tangan membuat sang nenek mengulum senyum. Lalu menganggukan kepala sebagai jawaban, gadis kecil it
Baca selengkapnya

75 [bagian 1]

Ibu Kayla mengeryitkan alis, kala hendak bertanya kembali. Suara Hana mengalihkan perhatian, ia membulatkan mata kala melihat gadis kecil itu. "Assalamualaikum, Bu. Hana mau ketemu sama Mama Maira," ucap gadis itu. "Ayo Grandma, Hana pengen turun kenapa malah berdiri di situ," keluhnya. Mendengar perkataan cucunya, ia segera memutari mobil lalu membuka pintu dan membantu Hana untuk turun. Kala kaki gadis kecil itu menginjak rerumputan, dia langsung berlari menggedor pintu kediaman Maira. "Saya ke sana dulu ya," ucap Anggrek.Ibu Kayla yang terpaku langsung tersadar. Ia menganggukkan kepala dan pamit untuk pulang. Beberapa kali Hana terus menggedor pintu kediaman orang tua Maira, tak berselang lama pintu terbuka. "Eh, Hana. Kamu datang, Mama kangen banget lho, kenapa beberapa ini kamu gak telepon Mama? Apa Mama punya salah sama kamu," cerocos Maira. Hana tertawa senang mendapatkan dirinya di serbu beberapa pertanyaan. Gadis kecil itu langsung memeluk kaki Maira, lalu perempuan te
Baca selengkapnya

75 [bagian 2]

Hana segera mengambil tisu di tas dan segera mendekati Maira untuk mengelap keringat wanita itu. Mendapatkan perlakuan seperti ini, anak Dewi tersenyum lalu mendudukan calon anaknya ke pangkuan. Melihat keakraban cucu dan perempuan tersebut, Anggrek hanya menatap datar. "Kamu memata-matai Mama? Gak sopan banget!" omel wanita itu. Hafiz mendengkus mendengar omelan wanita paruh baya tersebut. "Habisnya Mama ngapain ke rumah, Maira. Sekarang ayo kita ketemuan, Mama jangan macam-macam, setiap cewek yang Mama temui langsung hilang entah kemana," balas Hafiz. Anggrek tertawa sumbang, lalu mematikan sambungan telepon itu. Ia segera masuk ke kediaman wanita tersebut kembali. "Hana, apa kamu mau ikut atau tetap di sini? Grandma ada urusan di tempat kerja," lontar wanita itu. Mendengar pertanyaan Anggrek, Hana langsung menatap Maira. "Apa Hana boleh di rumah Mama dulu? Nanti biar Mama anterin Hana pulang ke rumah. Lagian Papa kan sekarang katanya pulang malam," ujar gadis tersebut. Ang
Baca selengkapnya

76 [bagian 1]

Dia langsung menganggukan kepala, segera menggendong Hana untuk berlari ke kediaman sang calon kakak ipar. "Haid itu apa, Eum? Apa itu penyakit," tanya gadis itu. Lena yang baru tersadar jika dia membawa seorang anak kecil mengeyitkan alis. Apalagi panggilannya membuat ia semakin penasaran. Mendengar pertanyaan Hana, Maira langsung bingung. "Eum ... bukan, Han. Itu ... nanti juga kalau kamu udah ngalamin pasti paham kok," jawab Maira. Mendengar jawaban Maira yang kurang memuaskan, Hana langsung cemberut lalu menganggukan kepala. "Eh, aku nanti bakal ngerasain? Akh ... gak mau, kan kata si Ibu. Temen Mama aja kesakitan, sampe pulang kerja gitu," pekik Hana. Maira terkejut dengan ucapan Hana, dia berusaha menenangkan gadis tersebut. Sedangkan Lena sudah bertumpuk pertanyaan di kepalanya, setelah sampai kediaman Maira segera membuatkan jamu. "Kamu nonton televisi aja yuk, jangan ganggu Maira," ajak Lena. Gadis kecil itu menggeleng, dia membelit tangan ke paha Maira. Melihat tingk
Baca selengkapnya

76 [bagian 2]

Ajeng langsung melirik Maira lalu kembali menatap Hana. Dia segera memegang tangan gadis kecil itu. "Akh ... maaf ya, gara-gara Tante acara jalan-jalan Hana keganggu," lontar wanita itu. Gadis kecil itu langsung menggeleng dan membalas memegang tangan Ajeng. "Gak papa kok, kalau buat bantuin Tante. Cepet sembuh ya, Tante," ucap Hana. Mendengar perkataan Hana, Maira mengulas senyum. Ia bangkit lalu memilih pamit untuk mengajak Hana berjalan-jalan. Setelah kepergian mereka berdua, Lena segera menyerbu anaknya. "Kamu kenal gadis itu, Jeng? Dia siapa sih, kok manggil Maira, Mama," serbu wanita itu. Ajeng memandang Ibunya lalu menyuruh wanita itu untuk duduk disampingnya. Ia langsung menceritakan semua, karena sang teman memberitahu kala diacara makan. "Semoga Maira sekarang dapet laki-laki yang baik ya, jangan kaya si Reyhan," ucap Lena menggebu. Wanita itu mengaminin ucapan sang Ibu, mereka berdoa agar Maira mendapatkan pendamping yang baik. Sedangkan di tempat lain, Hafiz tidak
Baca selengkapnya

77 [bagian 1]

Jam istirahat di kantor Hafiz tiba, lelaki itu langsung menelepon Maira. Mendapatkan panggilan pria yang ditunggu sejak tadi, dia lekas mengangkatnya. "Kamu jangan ikut pas supir yang disuruh Mama datang, biar aku yang jemput kamu! Ingat jangan ikut, oke. Kita ke rumah Mama bareng-bareng," seru lelaki itu. Maira mengiyakan perkataan Hafiz, lalu panggilan selesai karena pria tersebut hendak memejamkan mata untuk menikmati jam istirahat. Sedangkan para karyawan pergi untuk menunaikan ibadah salat, tempat ini menyediakan untuk beribadah. "Ah ... aku merasa lebih lega sekarang," ujar Maira. Suara panggilan dan ketukan pintu dari sang Ibu terdengar, ia segera keluar dari kamarnya. "Ayo Nduk, jangan tidur dulu! Ayo kita salat berjamaah, ada Bapak di rumah," ajak Dewi. Wanita itu menganggukan kepala lalu masuk ke kamar kembali untuk mengambil sajadah dan mukena. Mereka melangkah menuju tempat beribadah bersama, terlihat Ali yang sudah rapi. Suara ketukan pintu terdengar kala selesai b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
22
DMCA.com Protection Status