Semua Bab Terjerat Pria Arogan Setelah Dicampakan: Bab 111 - Bab 120

213 Bab

62 [bagian 2]

"Jaga ucapanmu, saya paham gerakan bibirmu," ucap Hafiz.Maira mengatupkan bibir kala mendengar ucapan Hafiz. Ia langsung cengar-cengir seraya tangannya menampilkan huruf V."Dasar!"Hana melirik Papa dan Maira, ia mengeryitkan alis karena tidak paham dengan apa yang dibicarakan orang dewasa dihadapannya. "Mah, kapan masak? Hana laper nih," ujar gadis itu.Wanita itu langsung memukul keningnya membuat Hana mengerutkan dahi. "Kenapa Mama mukul kepala Mama, kan pasti sakit," seru Hana.Mendengar seruan Hana, Maira menggaruk kepalanya. Ia bingung harus menjawab apa ucapan gadis kecil itu. Melihat hal tersebut, Hafiz hanya mendengkus."Cepat buatin makanan, kami laper nih," perintah Hafiz.Maira melirik kesal Hafiz dan dibalas tatapan tajam lelaki itu. Dia sangat geram karena pria tersebut selalu saja memerintah, apa tidak bisa berkata tolong?"Emang Hana mau dibuatin apa?" tanya Maira. "Di kulkas ada iga, Hana mau dibuatin sop iga gak," lanjut wanita itu.Gadis kecil itu terdiam seje
Baca selengkapnya

63 [bagian 1]

Wanita itu langsung menutup mulutnya, sedangkan perempuan tersebut mendengar Hafiz mendengkus. "Datang ke sini, cepat! Hana pengen main sama kamu!" perintah Hafiz dingin.Terdengar nada kesal dari suara pria tersebut. Maira meringis mendengar ucapan Hafiz. "Saya takut kesasar, Tuan. Mendingan Tuan dan Hana ke sini, makanan udah siap. Nanti kalau dingin gak enak lho," lontar Maira.Wanita itu dengan cepat mengalihkan panggilan menjadi video call. Hafiz hanya menggelengkan kepala lalu menerima sambungan tersebut. Layar ponsel miliknya langsung nampak meja makan penuh dengan makanan."Tuan, coba kasih liat Hana," pinta Maira.Hafiz memutarkan bola matanya malas, sedangkan Maira hanya memamerkan cengiran. Pria tersebut segera mendekati sang anak lalu menyodorkan ponselnya. "Sayang, Maira mau ngomong tuh," ucap Hafiz.Hana langsung mengambil benda pipih milik sang Papa. Lalu matanya berbinar kala melihat meja yang penuh makanan. "Sayang ayo ke sini, makanannya udah mateng nih. Kalau ma
Baca selengkapnya

63 [bagian 2]

Maira mendengar perkataan Hana hanya mengulas senyum. Sedangkan Hafiz langsung menggarukan kepala, ia bingung harus membalas apa. "Sayang, udah jangan serang Papa kamu, mendingan ayo cobain masakanku, moga kamu suka ya," tutur Maira. Hana menganggukan kepala lalu gadis itu menunjuk apa yang ingin dia makan. Dengan manja perempuan tersebut meminta Maira untuk menyuapi."Papa, sini! Duduk deket Mama," perintah Hana. Hafiz yang baru saja menyuap beberapa sendok ke mulutnya langsung menoleh. Ia mengeryitkan alis mendengar ucapan anaknya. "Ngapain, Sayang? Mendingan Papa di sini aja," tolak Hafiz halus. Mendengar penolakan Hafiz, gadis itu langsung mengerucutkan bibirnya. Melihat hal tersebut, ia menghela napas panjang lalu bangkit dan duduk di samping Maira. "Nah gitu dong, sekarang Papa nyuapin Mama, biar romantis," celetuk gadis itu. Maira yang tengah meneguk air langsung terbatuk, Hafiz membantu menepuk punggung wanita itu pelan. "Mama pelan-pelan dong," kata gadis itu. Wanita
Baca selengkapnya

64 [bagian 1]

"Jangan teriak, ayo ikut saya keluar. Saya mau bicara empat mata sama kamu," pinta Hafiz. Maira yang tadinya mata melotot kembali normal kembali. Walau detak jantungnya berdebar tidak karuan karena lelaki dihadapannya terlalu dekat. "Saya bakal lepasin tangan saya tadi kamu gak boleh berisik ya," ucap lelaki itu. Dia langsung menganggukan kepala, Hafiz segera melepaskan tangannya dari bibir Maira. Wanita itu lekas menghirup udara dengan rakus dan menatap kesal ke arah Hafiz. "Bawa surat perjanjian itu," perintah lelaki itu. Pria tersebut langsung keluar kala berkata demikian, Maira hanya mendengkus tapi menuruti perkataan Hafiz. Mengikuti langkah lelaki itu dari belakang, lalu dengan gemas Hafiz menarik tangan Maira agar jalannya sejajar. "Jalan jangan lelet banget dong, cepetan dikit napa, kalau misalnya kamu lagi buru-buru bisa-bisanya ketinggalan kereta ini."Maira hanya memutarkan bola mata malas mendengar ocehan lelaki itu. Saat sampai ruang tamu Hafiz segera mendaratkan bo
Baca selengkapnya

64 [bagian 2]

Maira segera terbangun kala mendengar suara alarm dari ponselnya. Kala melihat jam di benda pipih itu, ia segera beranjak lalu melangkah ke bilik mandi untuk mencuci wajah. Setelah melakukan hal tersebut, lekas menuju dapur untuk memasak."Masak apa ya ...," gumam wanita itu.Dia terdiam sejenak sambil menatap isi kulkas. Lalu saat terlintas hendak mengolah makanan apa, ia segera melakukannya. Tiga puluh menit berlalu, akhirnya hidangan sudah siap. Maira mengulas senyum melihat hasil masakan di atas meja. Bergegas ke kamar untuk membangunkan Hana."Sayang, ayo bangun! Katanya mau sahur buat nanti puasa," bisik Maira.Wanita itu berkata di dekat telinga Hana, membuat gadis tersebut terusik. Mata sayu perempuan tersebut langsung menatap Maira."Eughhh ... nanti Mah, Hana masih ngantuk."Maira segera menggelengkan kepala, wanita itu langsung bergegas ke bilik mandi dan membasahi tangannya. Senyuman jahil terulas di bibir perempuan tersebut, ia segera mendekati Hana dan menempelkan telapa
Baca selengkapnya

65 [bagian 1]

Maira segera keluar lalu mengulas senyum kala melihat satu gelas besar di nakas. Ia lekas mengambil, membuat Hana mengeryitkan alis. "Mama haus?" tanya gadis itu.Wanita itu hanya mengulas senyum menanggapi pertanyaan Hana. Dia segera kembali ke bilik mandi dan mengisi air ke gelas tersebut. Setelah penuh melangkah menuju ranjang. "Mama mau ngapain isi gelas pake air mentah? Kan itu ada galon Mah," seru Hana. Gadis tersebut menunjuk galon di sisi ruangan, Maira mengikuti pandangan Hana. "Ini bukan buat diminum, Han. Ini buat siram Papamu, biar cepet bangun," balas Maira.Hafiz yang mendengar perkataan Maira langsung melotot. Hana yang mendengar itu mengeryitkan alis, memiringkan kepala menatap Maira. "Emang Papa tanaman disiram segala, jangan dong Mah, kasian. Mendingan kaya sama Hana aja tadi, jangan di siram," larang gadis itu. Perkataan anaknya membuat Hafiz mengulum senyuman. Ia berusaha akting seperti orang baru saja bangun tidur. "Eughhhh ...." Lelaki itu mengerang lalu
Baca selengkapnya

65 [bagian 2]

Lelaki itu langsung membuang muka lalu kembali menatap Maira. "Saya cuma mau kasih tau, nanti asisten saya nelepon kamu buat unusual peceraian kamu saya cowok itu. Kamu tinggal turun apa yang harus disiapin," jelas Hafiz. Maira menatap Hafiz dengan pandangan tak percaya. "Serius, Tuan? Secepat itu," lontarnya. Hafiz yang mendengar lontaran Maira hanya menyeringai. Ia merapihkan rambut lalu bangkit, membuka kulkas untuk mengambil susu kotak. "Ya iyalah, kalau banyak uang mah, cepet," sahut lelaki itu.Wanita itu langsung mendelik dan memutarkan bola matanya malas. Sangat terdengar nada kesombongan jadi jawaban Hafiz. Sedangkan lelaki tersebut mendekati anaknya dan memberikan sesuai kotak. "Makasih, Pah. Kenapa Papa gak gantian, buatin Mama susu atau teh gitu," ujar gadis itu. Mendengar itu Maira langsung mengulas senyum, wanita tersebut bertopang dagu seraya menaik turunkan alis. "Kan itu emang tugasnya dia, Han. Masa harus saling gantian," balas Hafiz. Perempuan dewasa itu la
Baca selengkapnya

66 [bagian 1]

Maira segera pulang setelah selesai mengantarkan Hanadari sekolah ke kediaman. Ia lekas mengetuk pintu kala sampai rumah. "Ra, kenapa kamu baru pulang. Kamu nginep di rumah siapa? Ibu nanya Ajeng katanya kamu gak nginep di rumahnya. Terus kamu tadi malam nginep di rumah siapa," serbu Dewi.Wanita itu terkejut mendengar suara sang Ibu di belakang. Ia langsung menoleh dan mendekati perempuan tersebut. "Ibu ini bikin kaget aja, ayo masuk ke rumah dulu. Kita ngobrol di dalam," ajak Maira.Dewi menuruti perkataan Maira, kala sampai di ruang tengah. Wanita itu langsung menceritakan semuanya, Dewi menatap tidak percaya. "Apa dia mencintai kamu, Nduk? Ibu hanya takut kamu disakitin lagi, apalagi dia terlihat lebih kaya dari Reyhan," seru wanita itu.Maira hanya menceritakan setengah saja, dia tidak bilang jika dirinya menikah kontrak dengan Papanya Hana. "Sudahlah, kita bicarain nanti bareng Abang dan Bapakmu. Sekarang kamu istirahat aja," tutur Dewi.Wanita itu menggeleng pelan sebagai j
Baca selengkapnya

66 [Bagian 2]

Atha saat mendekat, ia sedikit mendengar samar-samar pembicaraan mereka. Dia mengeryitkan alis. "Tenang aja, Bang. Maira gak macem-macem kok, insyaallah bisa jaga diri."David hanya menghela napas kala sang adik mengusap tangannya. "Tapi kamu gak balik lagi ke rumah si brengsek itu, kan," lontar pria tersebut.Maira mengeryitkan alis, bingung dengan perkataan lelaki itu. Dia berusaha mencerna perkataan sang Kakak, sedangkan Atha semakin penasaran dengan jawaban Maira. "Ehhh ... maksud Abang, mantanku? Enggak lah, ngapain aku ke sana, malahan aku bentar lagi mau ajuin gugat cerai lho ke pengadilan agama. Abang doain lancar ya," balas Maira.Kini giliran David yang sedikit terkejut, sedangkan Atha mendengar perkataan Maira mengulas senyuman. Tetapi ia berusaha menyembunyikannya, melangkah mendekati mereka membuat kedua manusia itu menoleh. "Assalamualaikum, Ra. Ke sini mau ngapain? Kan sekarang bulan puasa, gak mungkin bawain bekal kan," seru Atha.Mendengar seruan Atha, wanita itu
Baca selengkapnya

67 [Bagian 1]

Mendengar ucapan David, hati lelaki itu sedikit tenang. Ia menganggukan kepala lalu menepuk bahu kakaknya Maira untuk pamit ke dalam. Sedangkan Maira di perjalanan tengah memikirkan kejadian tadi. "Maafin aku, Mas. Aku gak mau kasih ngarapan sama kamu, karena setelah cerai dan selesai masa iddah aku bakal nikah lagi," batin wanita itu.Air mata menetes di pipi lalu segera diusap olehnya. Sedangkan di tempat lain, asisten Hafiz langsung memberikan berkas pada sang Papa. Karena orang tua lelaki itu ada pengacara terbaik keluarga Hafiz. "Tuan Hafiz ngapain bantuin cewek ini buat cerai sama suaminya?" tanya lelaki itu.Sang anak yang mendengar pertanyaan Papanya hanya mengedikan bahu. Membuat pria itu mendengkus, ia memilih mendaratkan bokong di sofa. "Kenapa nama suami cewek ini kaya familiar ya," kata pria tersebut.Sekali lagi sang anak menjawab dengan mengedikan bahu, pria itu sangat sibuk dengan ponselnya. Perasaan geram menyerangi, Papa lelaki itu segera mengambil kacang dan mele
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
22
DMCA.com Protection Status