Home / Pernikahan / Bucin berujung Sengsara / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Bucin berujung Sengsara: Chapter 111 - Chapter 120

145 Chapters

Restu Mami Azka

"Kenapa kamu cari perempuan gak pernah bener si, Azka?! Saham perusahaan kita bisa anjlok kalau beritanya terus nyebar. Papa kamu udah pusing tuh hadepin kliennya yang minta pembatalan kontrak kerja sama karena masalah ini!"Di luar wartawan memenuhi pagar rumah keluarga Azka. Maminya terus mengomel tidak berhenti sejak dirinya baru saja keluar dari kamar.Ia tidak menyangka akhir cintanya akan lebih menyedihkan seperti ini. Kantong mata Azka sudah sangat menggambarkan bagaimana stresnya lelaki itu memikirkan kasus Maya. Image baiknya selama ini seketika runtuh dalam satu malam. Dan sekarang ia merasa jadi buronan orang banyak untuk menghindar dari cecaran pertanyaan yang bahkan mungkin tidak bisa ia jawab."Aku juga gak tahu, Mi. Aku enggak 24 jam sama dia," jawab Azka seadanya."Ya kamu kan bisa liat gelagatnya. Masa kamu enggak curiga sedikit pun?" Benar, seharusnya saat ia merasa ada yang aneh dengan Maya ia mencari tahunya. Bukan malah mengabaikan hal itu seolah tidak ada apa-ap
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Apakah berakhir?

Sampainya di depan gerbang rumah Batara, Syaila tidak bisa langsung masuk sebab gerbang yang menjulang tinggi tersebut di kunci.Namun beruntung, mobil Batara terparkir di pelataran rumahnya. Berjejer diantara mobil-mobil pengangkut barang. Itu berarti Batara masih ada di rumahnya. Tetapi anehnya tidak ada satu orang pun yang berlalu lalang di luar, untuk bisa membantu Syaila. Sehingga Syaila hanya bisa menunggu Batara turun.Ia sudah menyuruh lelaki itu menemuinya melalui sebuah pesan. Dan lagi-lagi lelaki itu seolah mengabaikannya. Tidak membalas bahkan membaca pesannya.Tidak ingin menyerah, meski terik matahari membakar wajahnya yang semakin memerah Syaila setia menunggu lelaki itu sembari bersandar di samping badan mobilnya. Sesekali ia menelepon Batara lalu menilik rumah dia barang kali Batara sudah keluar.Dua puluh menit berlalu, Batara belum juga turun. Sampai Syaila menyadari sebuah mobil berparkir di depan mobilnya. Pria berhoodie biru tua turun dari mobil itu. Langsung men
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Brondong

Yang dikatakan mamanya ternyata benar, Batara memang akan pindah rumah. Terlihat dari barang-barang di rumahnya yang sudah dikemas dan siap untuk diangkut ke mobil.Syaila menilik setiap sudut ruangan yang mulai kosong yang ia lewati. Anehnya, tidak ada seorang pun yang berlalu lalang mengangkut barang-barang Batara atau membantu Batara untuk pindah. Tidak mungkin kan lelaki itu memindahkan barangnya seorang diri?Lalu di sebuah sofa dengan televisi yang sudah ditutupi kain, Batara mempersilahkan Syaila duduk. Batara berbasa-basi menawarkan minuman untuknya. "Ada apa? Kamu mau ngomong apa sampe terus teleponin saya?"Mendengar Batara bertanya begitu, jelas Syaila merasa kesal. "Maksud kamu ninggalin aku dengan cara kaya gini itu apa? Kalau memang mau selesai bilang. Jangan seolah memberi harapan terus kamu ngilang. Aku bukan lagi anak ABG yang bakal ngejar cowok yang jelas udah gak bisa sama-sama lagi. Atau kalau emang kamu niat awalnya cuma mau main-main ngomong dari sekarang. Ngomo
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Kondangan bersama mantan suami

"Sya jangan lupa nanti malem lo ada acara buat hadirin pernikahan anaknya pak Galih. Gue udah pesenin gaunnya. Kayaknya nanti siang dianter ke rumah lo. Atau kalau lo mau liat dulu bisa dianter ke sini biar sekiranya lo gak cocok bisa diganti," ucap Nadira panjang lebar.Di tempat duduknya Syaila termangu. Ia baru ingat malam ini ia harus menghadiri pernikahan anak dari sahabat ayahnya. "Woi! Malah bengong. Lo jadi dateng kan?" ulang Nadira menjentikkan ibu jari dan telunjuknya di depan wajah Syaila."Jadi, lo jadi ikut kan?" Syaila balik bertanya.Hanya dengan begitu Nadira berdecak. Mengatakan, "lah kan gue udah bilang dari tiga hari sebelumnya. Gue gak bisa ikut, mau jemput ibu gue ke kampung. Gimana sih?" perempuan itu bersungut-sungut."Oh iya. Terus gue berangkat sama siapa dong?" "Ya mana gue tau bahlul! Dahlan terus ini bajunya mau dianter ke sini atau ke rumah lo langsung?" Memiliki bos seperti Syaila memang cukup menguras energi."Ke rumah aja lah. Percaya gue sama lo." F
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Berantem Lagi

Pintu mobil Azka buka. Pria itu keluar memasang wajah santai. "Kenapa?" tanyanya.Rahang Batara mengeras, ia menyingkirkan Azka dari hadapannya. Segera menggendong Syaila keluar dari mobil. "Saya sudah kasih anda peringatan ya, dan ini peringatan terakhir. kalau anda masih bersikap kurang ajar seperti ini. Anda tahu sendiri apa akibatnya."Batara memboyong Syaila ke dalam mobilnya dan segera pergi dari sana.****Sang Surya sudah menampakan dirinya. Memaksa bola mata Syaila untuk segera tersadar. Ruangan yang cukup asing untuknya. Lantas dalam kebingungan itu ia terduduk. Sembari menerka dan mengingat, apa yang sebenarnya terjadi setelah semalam ia tak sadarkan diri dan dimana dirinya saat ini?Tak lama, suara pintu kamar mandi terdengar dari arah kanan. Pria berambut basah dengan kaos putih keluar dari sana."Kok kamu ada di sini?" tanya Syaila bingung."Ini kamar saya?" Dia berjalan begitu saja melewati ranjang. Menuju lemari, memilah baju yang Syaila pikir mungkin lelaki itu akan p
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Izin Mertua

"Mama tanya sekali lagi sama Nak Batara, apa kamu sudah siap dengan segala konsekuensinya apabila kamu nikah sama anak mama, Syaila? Kamu sudah tahu kan, Syaila merupakan ibu tunggal. Dia sudah menikah dan mempunyai satu anak," ucap Yunita.Batara menatap kekasihnya, kemudian berganti menatap Geino yang nanti akan menjadi putranya juga. "Saya memilih Syaila itu berarti saya juga harus menerima semua hal tentang dirinya. Tidak ada rasa berat hati atas kehadiran Geino, atau apapun yang mungkin mama takutkan. Saya akan jaga Syaila dan Geino sebisa saya, sekuat saya, semampu saya. Jadi jangan khawatir."Tidak ada keraguan sedikitpun saat kaki Batara bertapak di rumah yang kelak akan menjadi tempat pulangnya. Memantapkan hati untuk meminta izin kepada mama Syaila agar restunya ia dapatkan.Ia sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Bahkan seharusnya ia lebih cepat dari sekarang.Sepulangnya mengambil cincin untuk lamaran nanti, Batara mengantarkan Syaila pulang. Dan sekalian Batara memb
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Hari Bahagia

Senyum Batara tidak memudar, memandangi calon tunangannya yang teramat memesona malam ini. Geino juga terlihat sangat tampan dengan jas hitam yang melekat pada tubuh tingginya. Berdiri mendampingi Syaila.Sebentar lagi acara akan dimulai. Dada Batara semakin berdegup kencang. Para tamu berdiri mana kala Batara datang, sedikit membungkukkan badan nya membari salam. Tak lupa senyumnya ia beri untuk orang yang paling ia cintai sebagai rasa hormatnya."Maaf ya lama, saya gugup soalnya," bisik Batara tepat di telinga Syaila.Syaila hanya terkekeh pelan. Lalau ikut berbisik, "Gak apa-apa, kamu kan baru pertama kali. Jadi wajar gugup, kalau aku kan udah ada pengalaman.""Memang kamu gak gugup?" tanya lagi Batara."Gugup si, tapi enggak sampe pengen pipis kaya kamu hahaha."Mata kecil Batara mendelik. "Awas aja kamu," katanya. Kemudian Syaila hanya tersenyum menggoda.Acara tukar cincin mereka juga berjalan lancar. Suara riuh tepuk tangan mengudara menciptakan senyum hangat Batara dan Syaila
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Masa gak mikir?!

"Rencana kapan nikahnya, Sya?""Dalam waktu deket si kata Batara. Dia lagi cari jadwal kosongnya. Karena kan baru-baru ini dia lagi ngurusin salah satu cabangnya yang gak keurus. Ditambah lagi restoran keluarganya yang belum sepenuhnya dia bersihin namanya."Nadira mengangguk. "Emang kalau nikah tuh harus banget ya nyari-nyari tanggal? Gak bisa langsung aja gitu? Terserah kita, kan kita yang mau nikah ini.""Ya gak bisa dong. Kita kan harus sesuaikan, rundungin kepada dua belah pihak keluarga. Kayak bagusnya tanggal berapa. Dan biasanya dihitung dulu mana tanggal yang bagus gitu," jelas Syaila sembari menata piring di rak."Ooh, gitu." Perempuan itu mengangguk lagi.Syaila yang tengah sibuk membersihkan piring-piring di wastafel menoleh setelah menyadari pertanyaan temannya itu. "Ngapain nanya-nanya? Jangan-jangan...."Hari ini Syaila mengambil cuti setelah semalam acara lamarannya dengan Batara. Dan entah ada kepentingan apa, pagi-pagi sekali Nadira sudah mengunjungi rumah Syaila.Sy
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Pepet terus!

"Ini kamu gak cape apa bolak-balik? Sekarang ke sini terus nanti ke kantor. Jaraknya jauh loh? Padahal aku bisa anterin Geino sendiri, dan kamu bisa langsung ke kantor."Syaila dan Batara baru saja mengantar Geino sekolah. Dan Syaila merasa tidak enak juga kesihan kepada calon suaminya itu harus bolak balik ke kantor dan ke rumahnya. karena seperti yang kita ketahui Batara baru saja pindah."Kamu tuh kebiasaan. Gak enak gak enak terus. Saya ini kan calon papanya Geino. Jadi harus terbiasa. Saya seneng kok nganterin Geino kaya ini. Jangan dibiasain ya gak enakan gitu. Kamu bisa andelin saya dalam hal sekecil apapun. Saya senang," ucap Batara sembari mengusap kepala Syaila."Bukan gitu, waktu itu berharga loh buat kamu. Apalagi kamu lagi sibuk-sibuknya. Belum siapin buat pernikahan kita. Aku cuma khawatir kamu kecapean." Bukan Syaila jika tidak punya seribu alasan untuk membantah perkataan Batara."Kalau saya bisa milih, mending saya kehilangan waktu buat kerja daripada harus kehilangan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Sebuah penyesalan Maya

Dalam sebuah perjalan hidup, setiap manusia pasti akan menjalani beberapa fase. Salah satunya adalah fase penyesalan. Banyak kenapa dan seandainya teruntai berulang bersama air matanya.Namun semangkuk bubur tidak akan berubah menjadi butiran nasi meskipun penyesalan itu terus ditangisi.Surat perceraian yang Azka bawa seketika membuat Maya terdiam. Memandangi selembar kertas itu dengan tatapan kosong. Kini ia tidak mengharapkan Azka untuk mencintainya lagi, tapi bolehkah lelaki itu menunggunya sampai dirinya melahirkan? Maya tidak mau anaknya dilahirkan tanpa pengakuan sosok seorang ayah. Ia tidak peduli jika dirinya menjada bahan omongan orang lain. Namun untuk anaknya, ia tidak mau buah hatinya nanti mendapatkan dampak buruk yang seharusnya tidak dia alami."Saya sudah bilang kan sama kamu, saya gak tau bayi dalam kandungan kamu itu anak saya atau bukan. Jadi sebelum anak itu mempermalukan saya dan keluarga saya, mending kamu cepet tanda tangani surat perceraian kita." Maya meng
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status