Semua Bab Bucin berujung Sengsara: Bab 131 - Bab 140

145 Bab

Batal Nikah?

"Saya gak suka ya, Sya hal seserius ini kamu jadikan bahan bercanda." Batara masih menganggap ucapan Syaila hanyalah sebuah gurauan. "Aku serius, Bar. Kita batalin dulu pernikahan kita. Buat kebaikan kita semua." Syaila yang tahu bagaimana watak Batara berusaha menenangkan Batara. Ia tahu mungkin ini lebih dari kejutan atau bisa dibilang musibah, tapi ia harap Batara mengerti posisinya saat ini. Ia meraih tangan Batara. "Kamu tenang dulu.""Gimana saya tenang? Kamu tiba-tiba bilang mau batalin pernikahan kita yang udah tinggal menghitung hari?" Urat leher Batara sudah menonjol. Menahan amarahnya. "Alasannya apa? Saya ada salah sama kamu? Atau ada yang membuat kamu ragu sama saya? Kan bisa kita bicarakan bukan mengambil keputusan satu pihak gini loh, Sya."Syaila menarik napasnya panjang. Berusaha untuk tidak ikut tersulut emosi. Karena jujur, ini bukan keinginannya. "Kamu gak ada salah, Bar. Tapi kayaknya kita memang ditakdirin bukan buat bersama. Pernikahan kita banyak buat banyak o
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Menenggelamkan

"Saya bisa lihat cctv satu Minggu lalu, Pak? Bapak ingat dengan saya?" Batara datang ke sekolah Geino tanpa sepengatahuan siapapun, termasuk Geino. Ia tidak bisa diam saja menyaksikan drama yang Azka buat.Rupanya tebakan Batara benar, informasi yang ia dapat dari beberapa orang kepercayaannya yang kerja di kantor Azka bilang perusahaan Azka tengah diambang bangkrut. Harga sahamnya semakin hari semakin merosot. Pantas saja Azka tidak mau melepaskan Syaila karena itu jalan satu-satunya untuk menyelamatkan perusahaan keluarga Azka."Cctv-nya sudah sebagian terhapus."Batara tercenung. "Di hapus Azka?""Benar. Kata beliau cctv ini harus dihapus untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Karena saya tahu beliau waktu itu korban, saya nurut aja. Bapak kan yang pukulin pak Azka waktu itu?""Kenapa bapak gak liat dulu vidionya? Bukan dia korbannya, tapi saya. Sekarang vidio itu disalahgunakan sama Azka, Pak?" Nada Batara meninggi. "Loh? Memang iya? Saya gak tau. Ini bagaimana jadinya, Pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Barter Bantuan?

Syaila tahu meski berat, ia harus terus menjalani hidupnya. Kembali merasa sepi setelah ia menyerah pada takdir yang lagi-lagi tidak adil untuknya. Kesialannya bertambah saat maminya Aksa tiba-tiba mengajaknya makan siang, datang ke kantornya bersama Geino. Wajah dengan penuh tipu muslihat itu persis seperti senyum manis yang putranya perlihatkan sekarang kepadanya. "Kamu kan paling suka makanan Jepang, Sya. Kaya Geino," kata pria itu. Syaila sudah muak sekali. Tapi ia tidak mungkin memperlihatkan rasa bencinya di depan Geino. Atau anak itu akan meniru prilaku orang tuanya nanti. Ya, meski sebenarnya keluarga Azka memang patut mendapat perlakuan buruk darinya. "Udah gak suka," ucap syaila singkat. Menyingkirkan makanan mentah dengan bahan ikan itu. Atensinya beralih pada sang putra. "Kenapa bolos, Nak?"Geino mengangkat wajahnya. Menatap sang ibu dengan ekspresi datar seperti biasanya. "Gurunya ada rapat, Ma.""Ooh, mama kira bolos. Soalnya gak biasanya kamu mau diajak pergi. Apala
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Tidak pernah baik-baik saja

Tentang tawaran maminya Azka tentu saja Syaila tidak menyetujui nya. Ah, bahkan Syaila sudah merinding hanya dengan membayangkannya. Maminya Azka ingin Syaila kembali menjalin hubungan bersama Azka. Maka Syaila tidak harus repot-repot menjalani sidang atau memperebutkan hak asuh anak. Jika begitu syaratnya Syaila tidak sudi. Ia lebih baik bertemu dengan Azka di meja hijau daripada harus kembali menyakiti dirinya sendiri. Lagi pula sekarang Azka tidak punya lagi alasan untuk menyudutkan dirinya yang akan menikah dengan pria yang kata dia tempramen. Syaila seharusnya tidak perlu khawatir bukan? Meski jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia masih tidak rela harus melepaskan Batara dan membatalkan pernikahannya. Syaila jelas terpukul. Ia bahkan tidak absen menangis di kamar mandi setiap hari. "Sya!"Syaila terkesiap. Detik berikutnya matanya berputar malas. "Ngagetin aja lo!"ucapnya kesal. "Yeu lagian lu bengong aja. Enggak mau balik? Ini bentar lagi udah mau jam 10," ucap Nadir
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Buat Apa?

Setelah kenyang menangis di kantornya Syaila memutuskan untuk pulang tepat pukul setengah dua belas malam. Meski rasa sedihnya lebih besar dari rasa takutnya, sisi ngeri dalam dirinya sedikit demi sedikit mencuat. Ia tidak siap jika tiba-tiba ada sosok yang menemaninya di ruangan tanpa persetujuan. Oh tidak masalah jika itu manusia, tapi jika bukan? Ia akan benar-benar loncat dari lantai 15. Bagaimana pemberitaan nanti, bisa jadi ia dituduh bunuh diri karena sehabis putus cinta. Mobil hitamnya melaju telatur menerobos rintik hujan yang sedikit lebat. Sesekali Syaila melongok spion mana kala mobilnya hendak berbelok. Sampai ia merasa mobilnya tiba-tiba berhenti tanpa perintahnya. Ia beberapa kali menstarter mobilnya. Namun sial mobilnya tidak mau hidup. Kesialan apa lagi yang akan meninpanya sekarang. Sepertinya akan ada sesi menangis part dua. Mau tidak mau Syaila turun. Memeriksa mesin mobilnya. Walaupun sebenarnya ia tidak mengerti sama sekali. Matanya berkeliaran mencari seseo
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Kemenangan?

"Wah saya tidak menyangka akan bertemu anda di club ini" Dia melongok ke sana ke mari seolah mencari seseorang, lalu melanjutkan. "Syaila tidak akan marah memangnya kalau anda ke tempat seperti ini?"Batara tidak menanggapi, hanya kemudian duduk di meja bar dan meletakan segelas minuman alkoholnya yang ia bawa. Setelah mengantarkan Syaila pulang ia tidak tahu harus melakukan apa. Tentu tidur bukan ide yang bagus untuk melupakan wanita itu. Bayang-bayang wajahnya pasti akan membuatnya gelisah semalaman dan berakhir ia tidak tidur semalaman. Jadi club mungkin adalah jawaban yang paling tepat. Setidaknya ia akan sejenak melupakan masalahnya. Ya, walaupun besok pagi pasti akan kembali. Tapi ia juga tidak mengira rupanya Azka juga ada di tempat ini, duduk bersama wanita seksi dengan pakaian serba ketat. "Kenapa Syaila harus marah? Ini kan urusan saya," barulah Batara menjawab setelah menenggak satu gelas minumannya. Azka mengernyit heran, meletakkan gelasnya. Sedikit menggeser kursinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Boleh ikut menjaga kalian?

Persidangan pertama dibuka dengan hakim yang menanyakan alasan mengapa Azka tiba-tiba menggugat hak asuh anak padahal sebelumnya mereka sudah sepakat bahwa hak asuh anak diberikan kepada Syaila. Pengacara Azka menjelaskan alasannya. Seperti yang Azka sebelumnya bilang, perihal Syaila yang memiliki kekasih yang trampemental. Ia juga bilang bahwa ia memiliki buktinya. Sebab itu Azka khawatir jika anaknya yang diasuh Syaila akan mendapatkan dampaknya juga. Tidak hanya pihak Azka yang dimintai penjelasan. Syaila juga diberi kesempatan untuk menyanggah. Sama seperti Azka, Syaila menyerahkan semuanya kepada kuasa hukumnya. Kuasa hukum Syaila menceritakan semuanya. Dan perihal apa yang dikatakan Azka hanya sebuah kesalahpahaman. Juga Syaila yang sudah tidak menjalin hubungan lagi dengan Batara. Sidang berjalan lancar. Azka nampak tidak memiliki argumen lagi setelah kuasa hukum Syaila membeberkan semuanya. Dan tanpa sepengetahuan semua orang yang ada dipersidangan, pria yang memakai topi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Menyambutmu kembali

Seperti halnya hujan, kita tidak bisa mencegah air yang turun itu untuk tidak membuat kita kedinginan. Kita tidak bisa bernegosiasi agar hujan jangan dulu turun sebelum payung kita siap. Begitu pula yang terjadi dengan Syaila dan Batara. Hampir pukul satu malam keduanya sibuk mengasihani dirinya sendiri. Memandang isi gedung yang seharusnya menjadi saksi bisu kisah cinta mereka bersatu. Kini, dekorasi yang sudah dirangkai sedemikian rupa harus terpaksa dilucuti sebab pasangan lain akan menggunakan gedung ini. Seharusnya pagi tadi adalah acara pernikahan keduanya, dan malam ini seharusnya mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Tapi sekali lagi, manusia hanya bisa berencana. "Kamu udah ngantuk belum? Udah malem, kita pulang aja ya?" Tidak bisa dibohongi, jelas Batara juga merasa sedih atas gagalnya pernikahan mereka. Tapi mau dikata apa? Semuanya telah terjadi. Syaila menghela napas panjang. "Rasanya kalau aku bilang ini tidak adil, aku akan dicap sebagai manusia yang gak bersyuku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Cerita kepada bulan yang malu-malu

Ibu kota malam ini terasa lebih tenang. Cahaya lampu yang terpantul sinar rembulan membiaskan cahaya warna-warni memanjakan mata. Entah, sudah berapa lama Syaila tidak datang ke tempat ini. Semasa kuliah semester awal ia sering datang kemari. Hanya menyaksikan gemelapnya ibu kota atau hanya sekedar menikmati segelas kopi panas.Dulu ia manusia paling naif perihal hubungan timbal-balik antar manusia. Percaya bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan, pun sebaliknya. Tapi Tuhan sepertinya ingin menunjukan hal lain kepadanya, bahwa jangan berharap selain pada-NYA. Tidak butuh bertemu ribuan orang untuk ia membuktikannya. Orang yang ia amat percaya akhirnya mengkhianati kepercayaannya dengan hal yang bahkan tidak pernah ia duga-duga. Pengorbanan yang selama ini ia lakukan terasa sia-sia hanya karena kekurangan yang mungkin dia harapkan ada pada Syaila.Namun beruntung sejak ia akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kuliah karena hamil hingga ia berpisah dengan Azka ia tidak lagi kemari, jik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Pasutri Baru

Waktu berjalan lebih cepat jika kita berada di antara orang-orang yang kita sayangi. Begitu pun sebaliknya. Tapi Syaila tidak pernah menyangka akan secepat ini. Entah ada kata apalagi yang bisa ia ucapkan selain bahagia. Ratusan orang yang datang ke acara resepsi pernikahan nampak ikut bahagia. Pun dengan mamanya dan Geino yang tersenyum mana kala ia dan Batara akhirnya sah menjadi sepasang suami istri.Dekorasi megah yang ternyata sudah Batara siapkan begitu memesona ditambah undangan tamu yang tidak ada henti-hentinya."Udah aku bilang jangan banyak-banyak ngundang tamu. Ini tangan aku udah mau putus rasanya," bisik Syaila di tengah sibuknya menyambut para tamu yang datang. "Aku cuma undang temen-temen kantor. Itu kolega keluarga-keluargaku. Mana bisa aku batalin." Batara meringis.Keduanya menghela napas panjang. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain terus tersenyum dan menyambut tamu dengan senyum hangat. Meski rasanya pasangan pengantin baru itu sudah ingin cepat-cepat mere
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status