Share

Restu Mami Azka

Penulis: Laradin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-01 21:19:55

"Kenapa kamu cari perempuan gak pernah bener si, Azka?! Saham perusahaan kita bisa anjlok kalau beritanya terus nyebar. Papa kamu udah pusing tuh hadepin kliennya yang minta pembatalan kontrak kerja sama karena masalah ini!"

Di luar wartawan memenuhi pagar rumah keluarga Azka. Maminya terus mengomel tidak berhenti sejak dirinya baru saja keluar dari kamar.

Ia tidak menyangka akhir cintanya akan lebih menyedihkan seperti ini. Kantong mata Azka sudah sangat menggambarkan bagaimana stresnya lelaki itu memikirkan kasus Maya. Image baiknya selama ini seketika runtuh dalam satu malam. Dan sekarang ia merasa jadi buronan orang banyak untuk menghindar dari cecaran pertanyaan yang bahkan mungkin tidak bisa ia jawab.

"Aku juga gak tahu, Mi. Aku enggak 24 jam sama dia," jawab Azka seadanya.

"Ya kamu kan bisa liat gelagatnya. Masa kamu enggak curiga sedikit pun?"

Benar, seharusnya saat ia merasa ada yang aneh dengan Maya ia mencari tahunya. Bukan malah mengabaikan hal itu seolah tidak ada apa-ap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bucin berujung Sengsara   Apakah berakhir?

    Sampainya di depan gerbang rumah Batara, Syaila tidak bisa langsung masuk sebab gerbang yang menjulang tinggi tersebut di kunci.Namun beruntung, mobil Batara terparkir di pelataran rumahnya. Berjejer diantara mobil-mobil pengangkut barang. Itu berarti Batara masih ada di rumahnya. Tetapi anehnya tidak ada satu orang pun yang berlalu lalang di luar, untuk bisa membantu Syaila. Sehingga Syaila hanya bisa menunggu Batara turun.Ia sudah menyuruh lelaki itu menemuinya melalui sebuah pesan. Dan lagi-lagi lelaki itu seolah mengabaikannya. Tidak membalas bahkan membaca pesannya.Tidak ingin menyerah, meski terik matahari membakar wajahnya yang semakin memerah Syaila setia menunggu lelaki itu sembari bersandar di samping badan mobilnya. Sesekali ia menelepon Batara lalu menilik rumah dia barang kali Batara sudah keluar.Dua puluh menit berlalu, Batara belum juga turun. Sampai Syaila menyadari sebuah mobil berparkir di depan mobilnya. Pria berhoodie biru tua turun dari mobil itu. Langsung men

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Bucin berujung Sengsara   Brondong

    Yang dikatakan mamanya ternyata benar, Batara memang akan pindah rumah. Terlihat dari barang-barang di rumahnya yang sudah dikemas dan siap untuk diangkut ke mobil.Syaila menilik setiap sudut ruangan yang mulai kosong yang ia lewati. Anehnya, tidak ada seorang pun yang berlalu lalang mengangkut barang-barang Batara atau membantu Batara untuk pindah. Tidak mungkin kan lelaki itu memindahkan barangnya seorang diri?Lalu di sebuah sofa dengan televisi yang sudah ditutupi kain, Batara mempersilahkan Syaila duduk. Batara berbasa-basi menawarkan minuman untuknya. "Ada apa? Kamu mau ngomong apa sampe terus teleponin saya?"Mendengar Batara bertanya begitu, jelas Syaila merasa kesal. "Maksud kamu ninggalin aku dengan cara kaya gini itu apa? Kalau memang mau selesai bilang. Jangan seolah memberi harapan terus kamu ngilang. Aku bukan lagi anak ABG yang bakal ngejar cowok yang jelas udah gak bisa sama-sama lagi. Atau kalau emang kamu niat awalnya cuma mau main-main ngomong dari sekarang. Ngomo

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Bucin berujung Sengsara   Kondangan bersama mantan suami

    "Sya jangan lupa nanti malem lo ada acara buat hadirin pernikahan anaknya pak Galih. Gue udah pesenin gaunnya. Kayaknya nanti siang dianter ke rumah lo. Atau kalau lo mau liat dulu bisa dianter ke sini biar sekiranya lo gak cocok bisa diganti," ucap Nadira panjang lebar.Di tempat duduknya Syaila termangu. Ia baru ingat malam ini ia harus menghadiri pernikahan anak dari sahabat ayahnya. "Woi! Malah bengong. Lo jadi dateng kan?" ulang Nadira menjentikkan ibu jari dan telunjuknya di depan wajah Syaila."Jadi, lo jadi ikut kan?" Syaila balik bertanya.Hanya dengan begitu Nadira berdecak. Mengatakan, "lah kan gue udah bilang dari tiga hari sebelumnya. Gue gak bisa ikut, mau jemput ibu gue ke kampung. Gimana sih?" perempuan itu bersungut-sungut."Oh iya. Terus gue berangkat sama siapa dong?" "Ya mana gue tau bahlul! Dahlan terus ini bajunya mau dianter ke sini atau ke rumah lo langsung?" Memiliki bos seperti Syaila memang cukup menguras energi."Ke rumah aja lah. Percaya gue sama lo." F

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • Bucin berujung Sengsara   Berantem Lagi

    Pintu mobil Azka buka. Pria itu keluar memasang wajah santai. "Kenapa?" tanyanya.Rahang Batara mengeras, ia menyingkirkan Azka dari hadapannya. Segera menggendong Syaila keluar dari mobil. "Saya sudah kasih anda peringatan ya, dan ini peringatan terakhir. kalau anda masih bersikap kurang ajar seperti ini. Anda tahu sendiri apa akibatnya."Batara memboyong Syaila ke dalam mobilnya dan segera pergi dari sana.****Sang Surya sudah menampakan dirinya. Memaksa bola mata Syaila untuk segera tersadar. Ruangan yang cukup asing untuknya. Lantas dalam kebingungan itu ia terduduk. Sembari menerka dan mengingat, apa yang sebenarnya terjadi setelah semalam ia tak sadarkan diri dan dimana dirinya saat ini?Tak lama, suara pintu kamar mandi terdengar dari arah kanan. Pria berambut basah dengan kaos putih keluar dari sana."Kok kamu ada di sini?" tanya Syaila bingung."Ini kamar saya?" Dia berjalan begitu saja melewati ranjang. Menuju lemari, memilah baju yang Syaila pikir mungkin lelaki itu akan p

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Bucin berujung Sengsara   Izin Mertua

    "Mama tanya sekali lagi sama Nak Batara, apa kamu sudah siap dengan segala konsekuensinya apabila kamu nikah sama anak mama, Syaila? Kamu sudah tahu kan, Syaila merupakan ibu tunggal. Dia sudah menikah dan mempunyai satu anak," ucap Yunita.Batara menatap kekasihnya, kemudian berganti menatap Geino yang nanti akan menjadi putranya juga. "Saya memilih Syaila itu berarti saya juga harus menerima semua hal tentang dirinya. Tidak ada rasa berat hati atas kehadiran Geino, atau apapun yang mungkin mama takutkan. Saya akan jaga Syaila dan Geino sebisa saya, sekuat saya, semampu saya. Jadi jangan khawatir."Tidak ada keraguan sedikitpun saat kaki Batara bertapak di rumah yang kelak akan menjadi tempat pulangnya. Memantapkan hati untuk meminta izin kepada mama Syaila agar restunya ia dapatkan.Ia sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Bahkan seharusnya ia lebih cepat dari sekarang.Sepulangnya mengambil cincin untuk lamaran nanti, Batara mengantarkan Syaila pulang. Dan sekalian Batara memb

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Bucin berujung Sengsara   Hari Bahagia

    Senyum Batara tidak memudar, memandangi calon tunangannya yang teramat memesona malam ini. Geino juga terlihat sangat tampan dengan jas hitam yang melekat pada tubuh tingginya. Berdiri mendampingi Syaila.Sebentar lagi acara akan dimulai. Dada Batara semakin berdegup kencang. Para tamu berdiri mana kala Batara datang, sedikit membungkukkan badan nya membari salam. Tak lupa senyumnya ia beri untuk orang yang paling ia cintai sebagai rasa hormatnya."Maaf ya lama, saya gugup soalnya," bisik Batara tepat di telinga Syaila.Syaila hanya terkekeh pelan. Lalau ikut berbisik, "Gak apa-apa, kamu kan baru pertama kali. Jadi wajar gugup, kalau aku kan udah ada pengalaman.""Memang kamu gak gugup?" tanya lagi Batara."Gugup si, tapi enggak sampe pengen pipis kaya kamu hahaha."Mata kecil Batara mendelik. "Awas aja kamu," katanya. Kemudian Syaila hanya tersenyum menggoda.Acara tukar cincin mereka juga berjalan lancar. Suara riuh tepuk tangan mengudara menciptakan senyum hangat Batara dan Syaila

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Bucin berujung Sengsara   Masa gak mikir?!

    "Rencana kapan nikahnya, Sya?""Dalam waktu deket si kata Batara. Dia lagi cari jadwal kosongnya. Karena kan baru-baru ini dia lagi ngurusin salah satu cabangnya yang gak keurus. Ditambah lagi restoran keluarganya yang belum sepenuhnya dia bersihin namanya."Nadira mengangguk. "Emang kalau nikah tuh harus banget ya nyari-nyari tanggal? Gak bisa langsung aja gitu? Terserah kita, kan kita yang mau nikah ini.""Ya gak bisa dong. Kita kan harus sesuaikan, rundungin kepada dua belah pihak keluarga. Kayak bagusnya tanggal berapa. Dan biasanya dihitung dulu mana tanggal yang bagus gitu," jelas Syaila sembari menata piring di rak."Ooh, gitu." Perempuan itu mengangguk lagi.Syaila yang tengah sibuk membersihkan piring-piring di wastafel menoleh setelah menyadari pertanyaan temannya itu. "Ngapain nanya-nanya? Jangan-jangan...."Hari ini Syaila mengambil cuti setelah semalam acara lamarannya dengan Batara. Dan entah ada kepentingan apa, pagi-pagi sekali Nadira sudah mengunjungi rumah Syaila.Sy

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Bucin berujung Sengsara   Pepet terus!

    "Ini kamu gak cape apa bolak-balik? Sekarang ke sini terus nanti ke kantor. Jaraknya jauh loh? Padahal aku bisa anterin Geino sendiri, dan kamu bisa langsung ke kantor."Syaila dan Batara baru saja mengantar Geino sekolah. Dan Syaila merasa tidak enak juga kesihan kepada calon suaminya itu harus bolak balik ke kantor dan ke rumahnya. karena seperti yang kita ketahui Batara baru saja pindah."Kamu tuh kebiasaan. Gak enak gak enak terus. Saya ini kan calon papanya Geino. Jadi harus terbiasa. Saya seneng kok nganterin Geino kaya ini. Jangan dibiasain ya gak enakan gitu. Kamu bisa andelin saya dalam hal sekecil apapun. Saya senang," ucap Batara sembari mengusap kepala Syaila."Bukan gitu, waktu itu berharga loh buat kamu. Apalagi kamu lagi sibuk-sibuknya. Belum siapin buat pernikahan kita. Aku cuma khawatir kamu kecapean." Bukan Syaila jika tidak punya seribu alasan untuk membantah perkataan Batara."Kalau saya bisa milih, mending saya kehilangan waktu buat kerja daripada harus kehilangan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-02

Bab terbaru

  • Bucin berujung Sengsara   Selesai

    "Akhirnya sahabat jomblo gue dari lahir nikah juga hahaha."Nadira melengos sembari berdecak sebal. Ucapan itu sudah puluhan kali Syaila lontarkan bahkan ketika ia bercerita dirinya menerima lamaran Ferdi. Wanita yang kini tengah hamil tua itu tidak berhenti meledek Nadira. "Lu diem deh kalo gak mau anak lo nanti mirip gue," ujar Nadira yang langsung direspon gelak tawa Ferdi. "Jangan dong sayang, biar anak kita aja nanti yang mirip mamanya."Benar, memang hanya Ferdi yang dapat menaklukkan ke bar-bar-an mulut Nadira, hanya dengan ucapan sederhana barusan perempuan itu sudah tersipu malu. "Najis banget mukanya merah. Dahlah gue mau makan dulu. Selamat ya, gue doain Ferdi diberi kesabaran punya istri kaya lo." Syaila memeluk sahabatnya itu meski sedikit kesusahan karena perutnya yang besar. "Makasih ya, Sya. Lu jaga kesehatan juga. Jagain keponakan gue awas aja kalo kenapa-napa gue geplak pala lo." Nadira memberi peringatan. Keduanya kemudian terkekeh, Ferdi dan Batara yang menya

  • Bucin berujung Sengsara   Karma tidak akan salah berlabuh

    Suara tangis bayi cantik berpipi gembul berhasil membuat panik sang ibu. Bayi berusia lima bulan itu nampaknya kepanasan terus berada di dalam mobil selama perjalanan yang lumayan jauh. Maka, sang ibu dengan sigap mengambil botol susu di dalam kantong stok asi. Mobil berhenti bersamaan dengan tangis bayi perempuan itu yang juga mereda. Terlelap di gendongan sang ibu dengan nyaman. "Kamu mau ikut masuk?" Terlihat pria jangkung yang sedari tadi mengemudikan mobil melongok ke jok belakang, untuk menjawab pertanyaan sang istri, "Kamu duluan aja, aku cari parkir dulu. Di sini panas kasian Kanaya," tuturnya yang diangguki istrinya. Wanita itu kemudian keluar dari mobil, menatap bagunan yang mungkin lebih cocok disebut neraka dunia bagi sebagian orang. Ia menatap putri kecil di dalam gendongannya sebelum ia melangkah masuk ke dalam bangunan itu. Tatapan sendu seperti seorang ibu yang akan meninggalkan putrinya untuk waktu yang sangat lama. Lantas ia masuk tanpa ragu lagi. Seolah, putri k

  • Bucin berujung Sengsara   Berita Gembira

    Setelah siang itu Batara bercerita tentang keinginannya yang aneh-aneh, satu jam setelahnya Batara mengajak Syaila makan pecel lele di pinggir jalan. Namun sialnya sore itu hujan deras dan mereka berdua berakhir basah kuyup saat mencari makanan itu, niatnya mereka ingin menghabiskan waktu bersama. Syaila berakhir sakit dan itu yang membuat Batara sekarang sangat merasa bersalah. "Maaf ya gara-gara kamu nemenin aku cari pecel lele kamu jadi sakit kaya gini." Batara benar-benar merasa bersalah. Sampai tidak mau menatap istrinya. "Aku cuma masuk angin sayang. Minum obat juga bakal sembuh." Syaila mengusak rambut Batara. "Kamu muntah-muntah tadi. Kita ke rumah sakit aja ya sekarang? Aku takut kamu kenapa-napa." "Aku gak apa-apa," sanggah Syaila. Ia akui perutnya sekarang memang terasa dikocok. Ia juga tidak nafsu makan sama sekali. Lidahnya terasa pahit dan makanan apapun yang berusaha ia masukkan ke dalam mulutnya selalu mendapat kan penolakan. Ia berkahir muntahan-muntah. Tubuhnya t

  • Bucin berujung Sengsara   Tiba-tiba Kangen

    Tiga bulan sudah berlalu Syaila dan Batara mengarungi bahtera rumah tangga. Seperti kata orang-orang pernikahan tidak ada yang mulus tanpa dibumbui pertengkaran. Syaila sering mengomel seperti istri-istri pada umumnya mana kala Batara lupa menaruh handuk di atas ranjang. Atau perdebatan yang mungkin nampak sepele jika dipikirkan. Tapi beruntung nya Batara adalah orang yang sabar dan lapang mengakui kesalahanannya. Selama tiga bulan hidup dalam atap yang sama Syaila menemukan banyak kejutan dari Batara. Batara yang ternyata begitu manja melebihi anak-anak. Dia bahkan tidak malu menangis jika dirinya tidak sengaja membentak Syaila. Meski begitu, Batara adalah sosok ayah sambung yang baik untuk Geino dan menantu yang berbakti untuk mamanya. Syaila tidak henti-hentinya bersyukur telah dipertemukan dengan pria seperti Batara. "Sayang Geino katanya dikasih tugas buat hewan dari tanah liat. Besok dikumpulnya."Syaila menoleh ke sumber suara, serum wajah yang hendak ia oleskan di wajahnya

  • Bucin berujung Sengsara   Hadeuhhh

    "Tumben kamu jam segini udah bisa diajak jalan? Kerjaan kamu udah selesai?""Udah, aku mau quality time sama suami aku yang ganteng ini."Satu bulan sudah berlalu. Mereka hidup bahagia sebagai sepasang suami istri. Siang disibukkan dengan pekerjaan, dan jika sudah di rumah keduanya sebisa mungkin tidak membawa atau mengerjakan pekerjaan kantor di rumah. Itu sudah menjadi kesepakatan mereka. Sore ini Batara mendapat kabar jika istrinya bisa pulang lebih cepat dan mengajaknya untuk jalan-jalan. Hitung-hitung mengenang masa pendekatan mereka dulu. Batara sih setiap hari memang sibuk, tapi ia lebih santai dari Syaila. Pria itu bisa dengan mudah mengatur jadwalnya berbeda dengan Syaila. Keduanya sudah sampai di sebuah mall ternama di ibu kota. Bergandengan tangan, melihat-lihat store pakaian branded, memilah restoran yang keduanya inginkan. "Mau beli baju?" tawar Batara. Syaila menggeleng. "Baju aku masih banyak yang belum dipake." Baik, Syaila memang berbeda dari kebanyakan perempuan

  • Bucin berujung Sengsara   Pasutri Baru

    Waktu berjalan lebih cepat jika kita berada di antara orang-orang yang kita sayangi. Begitu pun sebaliknya. Tapi Syaila tidak pernah menyangka akan secepat ini. Entah ada kata apalagi yang bisa ia ucapkan selain bahagia. Ratusan orang yang datang ke acara resepsi pernikahan nampak ikut bahagia. Pun dengan mamanya dan Geino yang tersenyum mana kala ia dan Batara akhirnya sah menjadi sepasang suami istri.Dekorasi megah yang ternyata sudah Batara siapkan begitu memesona ditambah undangan tamu yang tidak ada henti-hentinya."Udah aku bilang jangan banyak-banyak ngundang tamu. Ini tangan aku udah mau putus rasanya," bisik Syaila di tengah sibuknya menyambut para tamu yang datang. "Aku cuma undang temen-temen kantor. Itu kolega keluarga-keluargaku. Mana bisa aku batalin." Batara meringis.Keduanya menghela napas panjang. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain terus tersenyum dan menyambut tamu dengan senyum hangat. Meski rasanya pasangan pengantin baru itu sudah ingin cepat-cepat mere

  • Bucin berujung Sengsara   Cerita kepada bulan yang malu-malu

    Ibu kota malam ini terasa lebih tenang. Cahaya lampu yang terpantul sinar rembulan membiaskan cahaya warna-warni memanjakan mata. Entah, sudah berapa lama Syaila tidak datang ke tempat ini. Semasa kuliah semester awal ia sering datang kemari. Hanya menyaksikan gemelapnya ibu kota atau hanya sekedar menikmati segelas kopi panas.Dulu ia manusia paling naif perihal hubungan timbal-balik antar manusia. Percaya bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan, pun sebaliknya. Tapi Tuhan sepertinya ingin menunjukan hal lain kepadanya, bahwa jangan berharap selain pada-NYA. Tidak butuh bertemu ribuan orang untuk ia membuktikannya. Orang yang ia amat percaya akhirnya mengkhianati kepercayaannya dengan hal yang bahkan tidak pernah ia duga-duga. Pengorbanan yang selama ini ia lakukan terasa sia-sia hanya karena kekurangan yang mungkin dia harapkan ada pada Syaila.Namun beruntung sejak ia akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kuliah karena hamil hingga ia berpisah dengan Azka ia tidak lagi kemari, jik

  • Bucin berujung Sengsara   Menyambutmu kembali

    Seperti halnya hujan, kita tidak bisa mencegah air yang turun itu untuk tidak membuat kita kedinginan. Kita tidak bisa bernegosiasi agar hujan jangan dulu turun sebelum payung kita siap. Begitu pula yang terjadi dengan Syaila dan Batara. Hampir pukul satu malam keduanya sibuk mengasihani dirinya sendiri. Memandang isi gedung yang seharusnya menjadi saksi bisu kisah cinta mereka bersatu. Kini, dekorasi yang sudah dirangkai sedemikian rupa harus terpaksa dilucuti sebab pasangan lain akan menggunakan gedung ini. Seharusnya pagi tadi adalah acara pernikahan keduanya, dan malam ini seharusnya mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Tapi sekali lagi, manusia hanya bisa berencana. "Kamu udah ngantuk belum? Udah malem, kita pulang aja ya?" Tidak bisa dibohongi, jelas Batara juga merasa sedih atas gagalnya pernikahan mereka. Tapi mau dikata apa? Semuanya telah terjadi. Syaila menghela napas panjang. "Rasanya kalau aku bilang ini tidak adil, aku akan dicap sebagai manusia yang gak bersyuku

  • Bucin berujung Sengsara   Boleh ikut menjaga kalian?

    Persidangan pertama dibuka dengan hakim yang menanyakan alasan mengapa Azka tiba-tiba menggugat hak asuh anak padahal sebelumnya mereka sudah sepakat bahwa hak asuh anak diberikan kepada Syaila. Pengacara Azka menjelaskan alasannya. Seperti yang Azka sebelumnya bilang, perihal Syaila yang memiliki kekasih yang trampemental. Ia juga bilang bahwa ia memiliki buktinya. Sebab itu Azka khawatir jika anaknya yang diasuh Syaila akan mendapatkan dampaknya juga. Tidak hanya pihak Azka yang dimintai penjelasan. Syaila juga diberi kesempatan untuk menyanggah. Sama seperti Azka, Syaila menyerahkan semuanya kepada kuasa hukumnya. Kuasa hukum Syaila menceritakan semuanya. Dan perihal apa yang dikatakan Azka hanya sebuah kesalahpahaman. Juga Syaila yang sudah tidak menjalin hubungan lagi dengan Batara. Sidang berjalan lancar. Azka nampak tidak memiliki argumen lagi setelah kuasa hukum Syaila membeberkan semuanya. Dan tanpa sepengetahuan semua orang yang ada dipersidangan, pria yang memakai topi

DMCA.com Protection Status