Chapter: 145. Selesai"Akhirnya sahabat jomblo gue dari lahir nikah juga hahaha." Nadira melengos sembari berdecak sebal. Ucapan itu sudah puluhan kali Syaila lontarkan bahkan ketika ia bercerita dirinya menerima lamaran Ferdi. Wanita yang kini tengah hamil tua itu tidak berhenti meledek Nadira. "Lu diem deh kalo gak mau anak lo nanti mirip gue," ujar Nadira yang langsung direspon gelak tawa Ferdi. "Jangan dong sayang, biar anak kita aja nanti yang mirip mamanya." Benar, memang hanya Ferdi yang dapat menaklukkan ke bar-bar-an mulut Nadira, hanya dengan ucapan sederhana barusan perempuan itu sudah tersipu malu. "Najis banget mukanya merah. Dahlah gue mau makan dulu. Selamat ya, gue doain Ferdi diberi kesabaran punya istri kaya lo." Syaila memeluk sahabatnya itu meski sedikit kesusahan karena perutnya yang besar. "Makasih ya, Sya. Lu jaga kesehatan juga. Jagain keponakan gue awas aja kalo kenapa-napa gue geplak pala lo." Nadira memberi peringatan. Keduanya kemudian terkekeh, Ferdi dan Batara yang
Last Updated: 2024-04-12
Chapter: 144. Karma tidak akan salah berlabuhSuara tangis bayi cantik berpipi gembul berhasil membuat panik sang ibu. Bayi berusia lima bulan itu nampaknya kepanasan terus berada di dalam mobil selama perjalanan yang lumayan jauh. Maka, sang ibu dengan sigap mengambil botol susu di dalam kantong stok asi. Mobil berhenti bersamaan dengan tangis bayi perempuan itu yang juga mereda. Terlelap di gendongan sang ibu dengan nyaman. "Kamu mau ikut masuk?" Terlihat pria jangkung yang sedari tadi mengemudikan mobil melongok ke jok belakang, untuk menjawab pertanyaan sang istri, "Kamu duluan aja, aku cari parkir dulu. Di sini panas kasian Kanaya," tuturnya yang diangguki istrinya. Wanita itu kemudian keluar dari mobil, menatap bagunan yang mungkin lebih cocok disebut neraka dunia bagi sebagian orang. Ia menatap putri kecil di dalam gendongannya sebelum ia melangkah masuk ke dalam bangunan itu. Tatapan sendu seperti seorang ibu yang akan meninggalkan putrinya untuk waktu yang sangat lama. Lantas ia masuk tanpa ragu lagi. Seolah,
Last Updated: 2024-04-07
Chapter: 143. Berita GembiraSetelah siang itu Batara bercerita tentang keinginannya yang aneh-aneh, satu jam setelahnya Batara mengajak Syaila makan pecel lele di pinggir jalan. Namun sialnya sore itu hujan deras dan mereka berdua berakhir basah kuyup saat mencari makanan itu, niatnya mereka ingin menghabiskan waktu bersama. Syaila berakhir sakit dan itu yang membuat Batara sekarang sangat merasa bersalah. "Maaf ya gara-gara kamu nemenin aku cari pecel lele kamu jadi sakit kaya gini." Batara benar-benar merasa bersalah. Sampai tidak mau menatap istrinya. "Aku cuma masuk angin sayang. Minum obat juga bakal sembuh." Syaila mengusak rambut Batara. "Kamu muntah-muntah tadi. Kita ke rumah sakit aja ya sekarang? Aku takut kamu kenapa-napa." "Aku gak apa-apa," sanggah Syaila. Ia akui perutnya sekarang memang terasa dikocok. Ia juga tidak nafsu makan sama sekali. Lidahnya terasa pahit dan makanan apapun yang berusaha ia masukkan ke dalam mulutnya selalu mendapat kan penolakan. Ia berkahir muntahan-muntah. Tubuhny
Last Updated: 2024-04-07
Chapter: 142. Tiba-tiba KangenTiga bulan sudah berlalu Syaila dan Batara mengarungi bahtera rumah tangga. Seperti kata orang-orang pernikahan tidak ada yang mulus tanpa dibumbui pertengkaran. Syaila sering mengomel seperti istri-istri pada umumnya mana kala Batara lupa menaruh handuk di atas ranjang. Atau perdebatan yang mungkin nampak sepele jika dipikirkan. Tapi beruntung nya Batara adalah orang yang sabar dan lapang mengakui kesalahanannya. Selama tiga bulan hidup dalam atap yang sama Syaila menemukan banyak kejutan dari Batara. Batara yang ternyata begitu manja melebihi anak-anak. Dia bahkan tidak malu menangis jika dirinya tidak sengaja membentak Syaila. Meski begitu, Batara adalah sosok ayah sambung yang baik untuk Geino dan menantu yang berbakti untuk mamanya. Syaila tidak henti-hentinya bersyukur telah dipertemukan dengan pria seperti Batara. "Sayang Geino katanya dikasih tugas buat hewan dari tanah liat. Besok dikumpulnya." Syaila menoleh ke sumber suara, serum wajah yang hendak ia oleskan di wa
Last Updated: 2024-03-29
Chapter: 141. Hadeuhhh"Tumben kamu jam segini udah bisa diajak jalan? Kerjaan kamu udah selesai?" "Udah, aku mau quality time sama suami aku yang ganteng ini." Satu bulan sudah berlalu. Mereka hidup bahagia sebagai sepasang suami istri. Siang disibukkan dengan pekerjaan, dan jika sudah di rumah keduanya sebisa mungkin tidak membawa atau mengerjakan pekerjaan kantor di rumah. Itu sudah menjadi kesepakatan mereka. Sore ini Batara mendapat kabar jika istrinya bisa pulang lebih cepat dan mengajaknya untuk jalan-jalan. Hitung-hitung mengenang masa pendekatan mereka dulu. Batara sih setiap hari memang sibuk, tapi ia lebih santai dari Syaila. Pria itu bisa dengan mudah mengatur jadwalnya berbeda dengan Syaila. Keduanya sudah sampai di sebuah mall ternama di ibu kota. Bergandengan tangan, melihat-lihat store pakaian branded, memilah restoran yang keduanya inginkan. "Mau beli baju?" tawar Batara. Syaila menggeleng. "Baju aku masih banyak yang belum dipake." Baik, Syaila memang berbeda dari kebanyakan perem
Last Updated: 2024-03-29
Chapter: 140. Pasutri BaruWaktu berjalan lebih cepat jika kita berada di antara orang-orang yang kita sayangi. Begitu pun sebaliknya. Tapi Syaila tidak pernah menyangka akan secepat ini. Entah ada kata apalagi yang bisa ia ucapkan selain bahagia. Ratusan orang yang datang ke acara resepsi pernikahan nampak ikut bahagia. Pun dengan mamanya dan Geino yang tersenyum mana kala ia dan Batara akhirnya sah menjadi sepasang suami istri. Dekorasi megah yang ternyata sudah Batara siapkan begitu memesona ditambah undangan tamu yang tidak ada henti-hentinya. "Udah aku bilang jangan banyak-banyak ngundang tamu. Ini tangan aku udah mau putus rasanya," bisik Syaila di tengah sibuknya menyambut para tamu yang datang. "Aku cuma undang temen-temen kantor. Itu kolega keluarga-keluargaku. Mana bisa aku batalin." Batara meringis. Keduanya menghela napas panjang. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain terus tersenyum dan menyambut tamu dengan senyum hangat. Meski rasanya pasangan pengantin baru itu sudah ingin cepat-cepat
Last Updated: 2024-03-29
Chapter: 20. Bobo BarengPukul setengah satu dini hari Ivy dan Nevan baru berbaring di ranjang kamar Nevan sebab tadi saat Ivy hendak masuk ke dalam kamarnya seekor kecoa terbang hampir mendarat di kepala perempuan itu jika satu detik saja Ivy telat menghindar, walaupun ia berakhir menindih tubuh Nevan. Kini keduanya kalut dengan rasa canggung. Berbaring dengan posisi ujung sama ujung dibatasi sebuah guling ditengah-tengah yang menjadi pembatas wilayah antara keduanya. Sungguh di luar prediksi, mereka akhirnya kembali tidur dalam kamar dan ranjang yang sama setelah kejadian itu. "Besok saya bersihkan biar tidak ada kecoa lagi." Suara Nevan mengudara memecahkan keheningan. Dalam diam Ivy berpikir keras harus merespon apa. Ia masih malu dengan kejadian tadi saat tiba-tiba ia menindih Nevan. Sungguh memalukan. "Kamu sudah tidur?" Nevan menoleh hanya untuk menemukan Ivy yang tengah melamun memandangi langit-langit dengan pandangan gamang. "Saya tidak bisa tidur.""Kamu tidak nyaman tidur di kamar saya?"Ivy
Last Updated: 2025-04-12
Chapter: 19. Boleh Nginap? Hampir pukul 10 malam Ivy baru keluar dari ruangannya. Tidak ada yang ia lakukan, hanya bolak balik memeriksa catatan keuangan tahun lalu yang ia minta ke Bu Fifi. Ia hanya sengaja mengulur waktu agar nanti sampainya di rumah Ivy tidak usah repot-repot menghadapai Nevan. Sebelum turun, Ivy melongok di balik tembok memastikan jika Nevan sudah meninggalkan kantor. "Dah balik kayaknya." Berjalan santai sambil meregangkan otot punggungnya yang lumayan pegal menuju lift. Lift turun ke lantai dasar menuju baseman. Perempuan itu celingukan mencari mobil yang ia pinjam dari sahabatnya. "Perasaan di sini," gumamnya. Tak sengaja ia menyenggol mobil lain saat hendak mengambil kunci yang ia jatuhkan. Mobil itu mengeluarkan suara yang mengagetkan nya. "Sumpah jantung gue mau copot!" Si pemilik mobil keluar dengan muka bantalnya. Yang membuat Ivy kembali terkejut untuk kedua kalinya. "Kok lama?" tanyanya dengan mata setengah tertutup. "Pak Nevan ngapain?" "Nunggu kamu." "Hah?"
Last Updated: 2025-04-12
Chapter: 18. Sekretaris BaruSudah jam makan siang tapi Ivy enggan untuk keluar dari ruangannya. Pikirannya terganggu dengan kejadian tadi, saat Nevan memperkenalkan dirinya sebagai manager keungan baru di kantor pria itu. Nevan sama sekali tidak menyinggung tentang hubungannya—maksudnya apakah Nevan benar-benar tidak ingin mengakui Ivy sebagai istrinya? Aneh memang, hal tersebut sudah disepakati oleh Ivy dan Nevan sebelum Ivy datang ke kantor. Dan itu kemauan Ivy sendiri tapi Ivy merasa Nevan seharunya tidak menuruti kemauan nya itu. Tersadar dari lamunannya, Ivy berdiri setelah mendengar sebuah ketukan pintu. "Makan siang dulu. Mau saya temenin?" Nevan datang tanpa jasnya. Memperlihatkan badan kekarnya melalui kemeja putih yang bagian tangannya sengaja ia gulung sampai sikut. "Belum lapar," bohong Ivy. "Saya bisa sendiri, nanti karyawan lain curiga kalau Pak Nevan ngajak saya makan siang," tukasnya. "Memang ingin dicurigai." Nevan masuk begitu saja. Ivy melotot. "Saya mau tenang kerja di sini!" tekan Ivy.
Last Updated: 2025-04-02
Chapter: 17. Cenat-cenut HatiSelama mengolesi salep di punggung Nevan detak jantung Ivy tidak berhenti berdetak kencang. Ia bahkan sampai berkeringat padahal hanya mengolesi salep. Sekali lagi HANYA MENGOLESI SALEP! Tapi aktifitas itu terasa lebih berat melebihi pekerja kuli panggul."Sungguh berat," batin Ivy."Ivy?" Panggil Nevan membuat Ivy sedikit terhenyak."Hmm," balas Ivy pura-pura biasa saja. "Nanti Senin kamu boleh langsung kerja. Maksud saya kerja di kantor. Kalau kamu mau," kata Nevan. Ivy berhenti mengolesi salep sejenak. Menatap punggung Nevan untuk beberapa saat. "Tapi saya gak mau orang kantor tahu saya dan Pak Nevan—" ucap Ivy mengandung.Nevan memiringkan tubuhnya, menatap Ivy serius. "Kenapa?""Tidak mau saja." Perempuan itu mengalihkan pandangannya. Pura-pura sibuk membereskan salep dan wadah air hangat di nakas.Dengan hati-hati Nevan menyentuh tangan Ivy, mengelusnya. "Kamu masih kecewa dengan saya?" Tatapan mereka bertemu. Saling menyelami satu sama lain."Saya takut kelewat batas." Suara
Last Updated: 2025-03-01
Chapter: 16. Ani-ani"Lo kenapa dah mukanya kaya lagi nahan berak? Dari tadi suntuk. Berantem lagi sama Nevan?" Pria berpakaian rumah sakit yang tengah memiringkan ponselnya menghentikan aktifitas nya sejenak, meski dirinya tengah fokus dengan game-nya, gerak-gerik Ivy tidak luput dari perhatian. Ivy duduk di sofa, menyilangkan tangannya di dada tercenung. Kemudian ia berdecak menegakkan punggungnya. "Gue jadi merasa bersalah. Ternyata Nevan batalin pertemuan sama klien-nya tuh gara-gara dia ketiban bahan-bahan proyek.""Kan!" cibir Qaiz. Mata julidnya melirik sinis Ivy tidak habis pikir. "Terus lu ngapain ke sini bukannya urusin si Nevan.""Kan mau jagain lu! Lagian dia juga berangkat kerja." Ivy kembali merebahkan punggung nya lagi. Nampak tidak peduli meskipun pikirannya dikerubungi rasa khawatir pada Nevan."Yailah ngapain di rumah juga kalo gak ada yang ngurusin. Lu kagak takut apa dia bakal nyari ani-ani?" Soal memprovokasi kemampuan Qaiz jangan diragukan lagi."OON!" Ivy ngegas sampai matanya hend
Last Updated: 2025-02-15
Chapter: 15. Titik Terang? "Ivy?" Suara lembut Nevan menginterupsi saat tidak ada suara yang menyahut, bahkan suara napas perempuan di belakangnya itu tidak terdengar sama sekali, jika saja tangan dingin Ivy tidak menempel di kulit punggung nya Nevan akan menyangka Ivy sudah pergi secara diam-diam. "Ivy?" Nevan membalikkan tubuhnya hanya untuk menemukan istrinya tengah tercenung. "Kamu sakit?" Tangan kekarnya mendarat di kening sempit Ivy untuk memastikan apakah suhu tubuh istrinya itu panas atau tidak. Tanpa sepatah kata apapun Ivy beranjak meninggalkan Nevan hingga tangan Nevan yang semula di keningnya terkulai ke atas kursi. Lelaki itu pun tidak protes hanya mengamati kemana Ivy pergi dan akan melakukan apa. Rupanya Ivy mengambil kotak p3k yang sudah Nevan siapkan di lemari kecil dekat kulkas. Lalu dia kembali duduk di belakang Nevan. "Lebamnya masih panas atau perih gak?" tanya Ivy pada akhirnya. Air mukanya tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran nya. Ia nampak ngilu hanya dengan melihatnya, apalagi Neva
Last Updated: 2025-01-20