Bab 2. Pertengkaran Kami “Bangun Bun, bangun, kamu kenapa kok tidur di sini? Kamu mimpi apa kok sampai nangis?” tanyanya kepadaku sambil menyeka pipi basahku dengan tisu. Aku menatapnya, tatapan sendu berurai air mata menggambarkan sedih hatiku. Aku bersyukur semua itu hanya mimpi dan walaupun hanya mimpi, tetapi hal itu terasa begitu nyata. Seolah menikam jantungku tanpa perasaan. Sakit dan sesak secara bersamaan. “Mimpi apa, hum? Kenapa sampai nangis begini, kenapa tidur di sini? Nanti kamu sakit punggung loh,” ucapnya yang berusaha membujukku untuk mengatakan semuanya tentang apa yang aku alami di dalam mimpi di seperempat malam. “Enggak bukan apa-apa,” jawabku kepadanya sambil mengusap sisa air mata yang masih terpampang di pipi mulusku. Mimpiku semalam begitu jelas. Terasa begitu nyata, aku melihatnya bersama wanita dan seorang bayi laki-laki. Sayangnya, dalam mimpiku itu wajah wanita itu buram dan dia hanya diam sambil menggendong bayinya. Oh mengingatnya lagi membuatku mer
Last Updated : 2022-11-18 Read more