Home / Romansa / BENIH 2 MILIAR / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of BENIH 2 MILIAR: Chapter 101 - Chapter 110

167 Chapters

Kesempatan Kedua

"Ngapain lu bediri di situ dari tadi?" celetuk Roy yang membuatku tersadar dari lamunan."Eh, itu ... anu. Liwetnya udah mateng.""Dih, bilang, dong dari tadi. Pan gue udah laper." Sebelum sempat beranjak pergi, kutahan Roy agar tetap di posisi"Eh, bentar!" "Apaan?""Gimana?" "Gimana apanya?"Aku mendengkus, lalu menunjuk dengan dagu, lelaki yang masih sibuk membelahi kayu.Roy memutar bola mata, dan bergumam sembari berlalu."Gue males mengakui, tapi dia lulus ospek."Senyumku melebar. Kualihkan pandangan pada yang bersangkutan."Bang!"Khalid menoleh. Sejenak dia seka peluh dengan ujung kaus yang mengekspos sebagian tubuh.Astagfirullah.Kuatkan imamku, Tuhan ...."Ya?""Liwetnya udah mateng. Kita makan dulu.""Apa? Nggak kedengeran. Sini!""Ck." Aku berdecak, lalu berjalan menghampirinya."Liwetnya udah--"Aku terpana, tak bisa berkata-kata. Saat dia tiba-tiba mendaratkan kecupan di pipi, dan dengan datar langsung beranjak pergi.Apa-apaan ini?Kurang, kan harusnya sebelah lagi
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

Kebersamaan

"Ngapa lu liatin gue begitu?" sungut Roy begitu kubuka pintu, setelah dua kali ketukan. Kulihat di kanan-kirinya dia mengantar Fatina dan Alid pulang dengan senyum yang sama-sama lebar dengan keadaan sudah bersih dan wangi setelah dimandikan dan didandani.Melihatnya entah kenapa membuatku teringat waktu empat tahun silam, saat diri tak cukup mampu menanggung beban, saat Alid masih berkembang dalam kandungan, dan saat waktu terasa benar-benar lamban. Dia ada, dia datang, dia menetap dalam ruang yang tak terlihat, dalam tempat yang tak bisa kuraba, tetapi nyata adanya. Selalu siap sedia menguluran tangan yang dilakukan untuk menyeka air mataku yang seringkali gugur tanpa sadar. Sulit untuk mendeskripsikan sosoknya. Namun, satu yang pasti. Sejak aku berpikir bahwa dunia begitu kejam, dialah cahaya yang datang di tengah-tengah kegelapan."Lo apain anak-anak gue?" Antara menahan tawa dan haru kuajukan pertanyaan saat melihat wajah Alid dan Fatina sama-sama seperti adonan moci yang diberi
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

Kejanggalan Sikap Roy

"Udah selesai?" Bang Khalid bertanya saat aku baru selesai memasangkan jaket untuk Fatina. Dia berdiri di ambang pintu dengan Alid yang sudah rapi di sampingnya.Kupicingkan mata saat melihat sesuatu yang asing. "Kapan kamu beli jaket yang sama?" Kutatap bapak dan anak itu bergatian."Dua hari lalu, kan paketnya datang. Nggak liat emang?"Aku menggeleng pelan."Oh, iya. Kalau nggak salah hari itu kamu lagi pergi bareng Roy.""Pantesan. Ya udah kita berangkat sekarang, Roy sama Tante Lala kayaknya udah nunggu di depan."Bang Khalid mengangguk pelan, tanpa diduga dia menarik pinggangku dan merapatkan tubuhnya saat kami berjalan berdampingan ke halaman depan. Sementara anak-anak sudah berlarian lebih dulu keluar.Sampai di di ambang pintu aku baru menyadari sesuatu saat tak sengaja menatapnya barusan."Resleting, Bang!"Bang Khalid mengikuti arah pandangku, lalu menepuk dahi begitu sadar resleting celananya belum sempat dinaikan."Astagfirullah ... untung kamu sadar.""Yaiyalah. Emang a
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

Roy : Luka di Balik Nikmat Dunia

Entah kapan tepatnya, saat pertama kali gue memilih menarik diri dari dunia, dunia yang gue pikir tak akan pernah bisa menerima. Dunia yang hanya bisa menatap gue tak lebih dari makhluk hina, karena terlahir tanpa Bapak.Ketika memasuki usia remaja, saat harusnya gue bisa menatap kehidupan dengan sudut pandang yang berbeda, bersama dengan tahapan menuju dewasa. Gue justru dicerca berbagai tanya. Tentang siapa gue sebenarnya. Tentang kenapa dan bagaimana gue awalnya? Ternyata gue terlahir dari benih hina para lelaki nista, saat Mami diperkosa. Saat masa-masa remajanya terenggut oleh para bedebah dunia. Di hari saat gue memutuskan untuk berhenti bergaul dengan teman sebaya, berhenti membiarkan diri dicaci dan dimaki hanya karena hidup yang tak pernah gue minta. Gue justru melihat Mami kembali merendahkan dirinya di hadapan tiga bandot tua berseragam pelayan negara, yang selalu datang hanya untuk mempersulit izin akan tempat usaha Mami yang baru berjalan setengah tahun. Padahal gue tah
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

Roy : Derita di Balik Tawa

"Dunia emang kejam bagi sebagian orang. Nggak ada yang bener-bener bisa nerima saat orang yang seharusnya melindungi justru norehin luka paling nyeri. Keadilan ada, cuma buat mereka yang percaya." Di tempat yang sama. Gue melihat wanita itu masih duduk terpaku dengan pandangan kosong ke depan. Kemeja yang dia kenakan tampak belum terkancing sempurna. Bahkan sebelum ini, gue dan Mami mendapatinya pagi tadi hanya beralaskan selembar selimut yang tak cukup mampu menutup tubuh polosnya.Dia seolah telah mati, meski raga itu dipaksa untuk berdiri."Nindi!" Gue panggil namanya.Wanita berambut panjang itu akhirnya menoleh. Menunjukkan wajah cantik yang benar-benar mengenaskan dengan beberapa lebam merah keunguan di mata dan sudut bibirnya."Saya mau pulang." Hanya itu kalimat yang terlontar, meski berbagai kata tanya ingin sekali gue ajukan."Oke, gue nggak akan maksa. Lu pasti butuh waktu untuk beradaptasi dengan semua ini. Walaupun pada akhirnya lu nggak kembali, dan utang si Indra belum
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

Roy : Perasaan Terpendam

"Apa lu mau terus-terusan begitu?" "Mungkin bisa kalau gue kawin sama lo.""Nggak usah ngimpi, selera gue tinggi. Jangankan yang setengah jadi, yang bener-bener lakik aja gue jijik."Masih teringat jelas dalam benak gue, awal pertemuan sampai tiap kata tajam dan kadang sekotor comberan yang kerapkali kali keluar dari mulut si Nindi. Nggak ada saringan, semua yang dia katakan seolah spontan tanpa beban. Gue kenal dia luar dalam, walaupun nggak sampai sedalam si Indra sama si Khalid. Tapi, untuk tahu apa dan bagaimana kebiasaan, kesukaan, bahkan kesehariannya, gue berani diadu. Dua orang yang katanya bener-bener jantan itu bisa dengan mudah gue kangkangin.Si bangsat Indra atau bahkan Khalid sekali pun mungkin nggak akan pernah tahu. Berapa jumlah tahi lalat di tubuhnya, apa yang sering dia lakukan kalau lagi mikir panjang, luka kecil di bawah keteknya yang sering ditutupi pake acne patch atau baju berlengan. Dia nggak suka berbagai olahan makanan dengan campuran kemiri, bahkan bawang
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

Roy : Mencoba Merelakan

Menempuh 9 KM perjalanan dengan waktu tempuh kurang lebih delapan belas menitan, akhirnya kami sampai di tempat wisata Ranu Klakah. Ranu Klakah Lumajang merupakan salah satu danau alami yang terbentuk dari letusan Gunung Lemongan. Danau ini merupakan danau terluas dan terbesar di antara ketiga danau yang berada di lereng gunung tersebut.Ini adalah kali kedua gue, Nindi, Mami, dan Acid mampir ke tempat wisata ini. Jujurly tempat ini sangat rekomended buat lo, lo, yang bingung cari tempat rekreasi bareng keluarga.Ranu Klakah adalah salah satu pesona alam tersembunyi yang memanjakan mata dengan panorama terbaik yang dilengkapi dengan beberapa spot wahana seru di dalamnya. Selain itu, untuk kalian yang narsis dan hobi ngoleksi feed igeh aistetik. Tempat ini juga menyediakan banyak spot foto yang mantul."Papa, mau naik itu!" Baru juga sampe, di Fatina udah nunjuk-nunjuk perahu soang warna emping."Ma-ma, boyeh?" Sementara si Bontot menarik-narik tunik yang Nindi kenakan, terus minta iz
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

Salam Perpisahan

Box aktif yang memutar lagu galau berjudul 'Rumah Singgah' dari Fabio Asher itu masih terdengar keras dari dalam rumah Roy dan Tante Lala, setelah diulang-ulang hampir dua harian.Ini adalah hari keberangkatanku, Bang Khalid, Alid dan Fatina ke Batam. Namun, sejak kemarin batang hidung Roy masih belum juga kelihatan.Di depan pintu kamarnya aku menunggu dia membukakan pintu, setelah mendengar keterangan Tante Lala kalau seharian ini Roy hanya sempat keluar untuk salat dan makan."Roy! Kalau nih pintu kagak lo buka juga, beneran gue dobrak, ya!"Hanya beberapa saat setelah aku mengancam, pintu terbuka dan wajah berantakan itu muncul dari baliknya."Ya udah, sih. Kalau mau pergi, ya pergi aja! Gosah pake basa-basi. Kita udah sempet pamitan, kan?" sungutnya begitu membuka pintu.Aku mendengkus kesal, lalu mencubit perutnya."Bulan depan umur lo udah masuk kepala tiga, masa mau gini-gini aja?""Ya, emangnya kenapa? Umur, kan cuma angka!"Kuhela napas panjang saat melihatnya bicara tanpa b
last updateLast Updated : 2023-02-11
Read more

Beristirahatlah dengan Tenang

Menempuh sekitar dua jam empat puluh menit perjalanan dari Surabaya, akhirnya kami tiba di Batam. Jantungku mulai berdegup kencang saat melihat sambutan keluarga yang menjemput di bandara."Selamat datang di rumah!" Senyuman Bang Khalid dan erat genggamannya berhasil membuat kupu-kupu di perutku berterbangan hingga mengantarkan perasaan membuncah yang berlipat-lipat kali lebih besar.Akhirnya harapan yang berkian kali karam ditelan angan, bisa benar-benar diwujudkan. Keluarga utuh yang mulanya hanya bisa kuimpikan benar-benar nyata dalam jangkauan. Mereka menyambutku pulang, seperti anak yang benar-benar diinginkan."Ayo, Nin. Mereka keluargamu!" Sebelah tangan Bang Khalid terulur mempersilakan. Anggukannya menyakinkan bahwa tempat yang kutuju sekarang benar-benar rumah terakhir di antara sekian banyak persinggahan."Sayaaang ...!" Bu Sarah lebih dulu datang memberi sambutan dengan pelukan paling hangat yang bisa dilakukan seorang ibu mertua pada menantunya. Mulai sekarang mungkin aku
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more

Menggantikan Posisi

Hai, Nin. Sampai saat surat ini tiba, mungkin aku sudah tiada. Bukan bermaksud ingin mendahului takdirnya, tapi aku memang merasa waktuku tak lagi lama. Aku bingung harus memulainya dari mana, terkadang pulpen yang kugenggam seolah tak tahu arah goresannya. Hari ini, tepat empat tahun semenjak kepergianmu. Jujur aku menikmati sisa hidup yang bahagia bersama dengan Bang Khalid dan Fatina, keluarga kecil kami sempurna. Kesempatan menjadi seorang ibu setelah berkian tahun akhirnya bisa kurasa. Sisi paling egois dalam diri bahkan merajalela. Aku tak ingin semua berakhir begitu saja. Namun ternyata semua di luar kuasa, aku hanya manusia yang bergerak berdasarkan suratan takdir-Nya, aku tak berdaya oleh penyakit yang terus-menerus menggerogoti tubuh hingga yang tersisa hanya kulit yang melimuti tulang dalam raga. Bahkan empat tahun yang dijalani setelah kamu pergi tak pernah lagi sama, tak sesuai harapanku, atau mungkin tak berjalan semestinya.Aku mendapati dia yang berbeda. Lelaki yang
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more
PREV
1
...
910111213
...
17
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status