Home / Romansa / BENIH 2 MILIAR / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of BENIH 2 MILIAR: Chapter 121 - Chapter 130

167 Chapters

Tak Perlu Tahu

Tiba di rumah, kulihat Bang Khalid langsung memindahkan Fatina ke kamar. Sementara Neli masih menurunkan barang-barang kami dibantu sopir. Sedangkan aku menggendong Alid yang juga masih tertidur menuju sofa ruang tamu saat merasakan ponsel di dalam tas bergetar. Panggilan video dari Roy tertera di layar. Entah sudah berapa kali, lelaki itu selalu datang di waktu yang tepat ketika aku butuh hiburan. "Assalamualaikum, Bestie. Ganggu nggak, nih?" Wajah Roy memenuhi layar. "Waalaikumsallam, nggak, kok gue baru pulang.""Oh, lagi nggak sibuk berarti?" Dia bertanya lagi. "Emang kapan gue pernah bilang sibuk? Bukannya elo yang makin susah dihubungi?" Aku membalikan keadaan, tapi menjengkelkannya masih saja ada alasan untuknya menyangkal. "Mon maaf, gue cuma coba membatasi diri sama bini orang. Walaupun kita bestie kan lain kelamin. Daripada timbul fitnah entar."Aku memutar bola mata setelahnya. "Serah, deh.""Hmm ... mulai asem mukanya. Kok, gue mencium bau-bau kegalauan.""Berisik,
last updateLast Updated : 2023-05-07
Read more

Pergi Begitu Saja

Salah satu risiko berdampingan dengan lelaki yang pernah menjadi suami orang adalah dibandingkan atau disamakan. Jangan pernah mencoba kalau memang tak siap berhadapan dengan masa lalunya. Bahkan saat aku memutuskan untuk menyambut uluran tangannya untuk tinggal, pertanyaan macam itu masih terus terngiang. Di tengah lamunan aku masih sering mempertanyakan, apakah dia sudah benar-benar selesai dengan masa lalunya? Ataukah aku akan terus dibayang perempuan yang lebih dulu singgah dan menetap di hati suamiku? Saat mengemasi barang-barang Bang Khalid yang akan dibawa dinas ke Singapura nanti, aku masih saja terus memikirkan tentang perkataannya. Tentang pekerjaan yang dia bilang tidak perlu aku tahu.Entah kenapa sulit sekali mengenyahkan pikiran buruk yang mulai menggelayut. Berbagai tanya yang tak menemukan jawab tentang kehidupannya di luar rumah. Selalu, setiap kali Bang Khalid membicarakan hal yang tak sepenuhnya kumengerti, aku pasti mulai berpikir berlebihan.Ah, mungkin aku hany
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

Pasca Ditinggal Sendirian

"Fatin nggak mau makan nasi. Pokoknya nggak mau!" Fatina bersuara lantang sembari menolak sodoran nasi di atas piringnya. Akhirnya hal yang kukhawatirkan benar-benar terjadi, bahkan sebelum Neli pergi, bocah ini sudah mulai menunjukkan pemberontakkannya, karena merasa tak ada sang Papa yang akan membuatnya langsung diam seribu bahasa.Fatina mengamuk dan mulai rewel sebab dia tak mau makan nasi dan ingin makanan manis. Padahal anak itu sedang sakit gigi, kemarin malam aku pusing membujuknya untuk minum obat, sekarang dia malah ingin memperparah kondisinya dengan makanan tak sehat. Hari pertama puasa yang sungguh menguji kesabaran. Fatina tetap ingin makan sereal coklat dicampur susu. Dia beberapa kali menolak nasi yang sudah dicampur dengan lauk pauk kesukaannya. "Tapi kamu lagi sakit gigi, nanti kalau gak sembuh-sembuh gimana? Sakit lho, masih mau makan manis?" Aku berusaha memberi pengertian pada bocah tersebut. Fatina menggeleng dan merengek lagi. Kuhela napas panjang. Sabar, p
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

Meluapkan Keresahan

Kusandarkan tubuh pada dipan, duduk bersimpuh di bawah pembaringan, tempat di mana gadis kecil yang beberapa waktu terakhir sempat membuatku blingsatan. Beruntung sejak pulang dari rumah sakit semalam, baru siang ini gadis kecil itu mampu terlelap, itupun setelah kuberi obat.Alid sudah selesai dimandikan, lalu kuberi makan sebelum akhirnya bocah itu juga tidur siang di kamarnya. Beruntung lagi, saat tahu kakaknya sakit, dan perhatianku hampir sepenuhnya tercurahkan pada Fatina, Alid seolah mengerti perasaanku, bahkan saat kami menginap beberapa hari di rumah sakit dia nyaris tak pernah rewel atau menuntut banyak hal.Tak terasa sudah lima hari bulan ramadan berjalan, lelah dan lapar seolah melebur dengan kekhawatiran saat kudapati Fatina demam. Entah sudah berapa hari aku hanya minum air dan makan selembar roti untuk mengganjal waktu sahur dan buka. Untuk beberapa waktu ke belakang tak ada yang lebih kuprioritaskan selain anak-anak.Seolah masih lekat dalam ingatan, saat pertama kali
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Memperbaiki Keadaan

Aku terbangun saat merasakan sebuah kecupan di kening. Saat membuka mata yang kulihat pertama kali adalah senyuman Bang Khalid."Maaf jadi kebangun."Aku mengucek mata, sejenak mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar, ternyata Fatina masih ada di ranjangnya, sementara Alid yang semula tidur dalam dekapan sudah menghilang.Entah sudah berapa lama aku tertidur selepas tarawih tadi."Alid udah aku pindahin ke kamar," ucapnya seolah menjawab tanya yang belum sempat kulontarkan."Oh, kok pulang cepet?" Bukannya senang aku justru heran, karena sebelumnya dia mengatakan baru akan pulang lusa."Aku nggak tenang ninggalin kamu sama anak-anak sendirian. Sejak kamu bilang Fatina sakit aku sengaja nunda beberapa pertemuan, terus biarin Grace yang menyelesaikan."Aku hanya bisa mengerjapkan mata, cukup lama aku mencoba mencerna maksudnya. Mungkin karena terlalu lelah juga."Oh, gitu, ya?"Melihat respons-ku yang demikian, Bang Khalid justru terkekeh pelan."Kok, tawa?""Karena kamu menggemaskan,
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Mulai Berbaur

Menyadari berbagai jenis makanan yang terhidang di atas stan tak mungkin kami habiskan hanya berduaan, akhirnya aku dan Bang Khalid sepakat untuk mengundang para tetangga sekalian menjadi ajang open house demi memperkuat tali silaturahmi setelah resmi menjadi penghuni baru di kompleks perumahan ini. Semua orang tampak antusias dan saling mengucapkan selamat kepadaku dan Bang Khalid. Dengan cepat aku bisa berbaur dengan para tetangga. Semoga saja di antara mereka tidak ada tipikal tetangga julid mengingat hamil 80% persen dari kalangan Chindo dan mereka pun non muslim.Namun, meski begitu aku tak melihat banyak perbedaan, entah mungkin karena status sosial Bang Khalid yang tinggi, atau pada dasarnya mereka memang ramah walaupun pada orang baru."Seneng banget saya, tuh kedatangan tetangga baru. Dari awal kalian pindah sebenarnya saya sama yang lain udah ada rencana mau mampir, tapi, kok rasanya masih sungkan. Bukan apa-apa, ya, sis Nindy. Soalnya penghuni sebelumnya kayak nutup diri,
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

Menghabiskan Waktu Bersama

"Mbak, Neli izin baru balik abis lebaran, ya. Soalnya masih kangen sama anak-anak." Kutatap wajah wanita seumuran yang muncul dari layar ponsel.Setelah selesai mencuci, menyetrika, dan menyiapkan sarapan anak-anak. Akhirnya aku ada waktu untuk menjamah ponsel yang sebelumnya hanya kubiarkan teronggok begitu saja di atas meja. Kemudian memutuskan untuk menghubungi Neli setelah sebelumnya asisten rumah tangga merangkap baby sitter itu mengirim beberapa pesan."Masih kangen anak-anak, atau bapaknya anak-anak, nih?!" godaku sembari tersenyum penuh arti."Buahaha ...." Diledek seperti itu si Neli malah ngakak. "Kalau ngomong suka bener. Wajar kali, Mbak. Dah, lama nggak ketemu Terong Belanda," tambahnya dengan sisa tawa yang masih kentara."Yaudah, salam sama si Terong Belanda. Usahakan jangan keseringan kelon, ya. Saya belum mau nerima surat cuti karena kamu isi lagi.""Haha ...." Untuk kedua kali, Neli ngakak lagi. "Siap, Mbak. Amanlah." Perempuan itu mengacungkan ibu jari, lalu pamit u
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

Jalan-Jalan

"Sayang banget nggak, sih? Ditinggal berdua tapi kita cuma belanja." Iseng aku nyeletuk saat kami berjalan beriringan menuju mobil yang sudah terparkir di pelataran.Langkah Bang Khalid langsung terhenti, lelaki dengan setelan celana chino's dan kaus pollo berkerah itu menatapku. "Emang kamu maunya kita ke mana?" Lembut sekali nada suaranya saat bertanya.Aku terdiam sesaat, lalu menjawab sekenanya. "Ya, kirain mau ngajakin bulan madu di kapal pesiar gituuu.""Kamu mau?" Tiba-tiba dia serius menanggapi. "Kalau mau aku pesen tiket sekarang, sorenya kita berangkat ke Singapore. Naik Royal Carribean buat dua malam.""Eh, umm, ng--" Tiba-tiba aku panik dan gelagapan sendiri. Memang susah kalau becanda sama sultan satu ini. Minta satu penthouse saja kayaknya bakal dia turutin."Mau?" Dia kembali bertanya saat mendapati aku hanya diam tak menimpali."Nggak, ah. Aku cuma becanda! Lagian bulan madu mah di kebon belakang juga bisa."Bang Khalid tertawa lebar hingga menunjukkan gigi taringnya.
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

Jalan-Jalan (2)

Berkali-kali Bang Khalid melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Aku tidak bertanya, hanya menahan rasa heran di dalam hati. Padahal kami baru bisa meluangkan waktu bersama hari ini, tanpa anak-anak maksudnya. Tetapi Bang Khalid seperti ada janji dengan orang lain, sejak tadi terus saja melihat jam. Menyebalkan."Bang!" Aku yang tidak tahan lagi akhirnya memutuskan bertanya saja. Dari pada penasaran kan? "Janjian sama siapa?""Hah?" Wajahnya cengo, jelas sekali dia bingung. Entah pura-pura apa memang benar kebingungan."Kenapa dari tadi ngelihatin jam mulu? Janjian sama cewek mana?""Astaghfirullah." Dia mengelus dadanya. "Bukan janjian, Sayang. Abang nggak janjian sama siapa-siapa hari ini. Memang sudah direncanakan khusus untuk menemani kamu.""Ya, terus ngapain melotot jam tangan? Perasaan tuh barang nggak bakal ilang.""Ini udah mau magrib, bentar lagi buka puasa. Abang rasa kita harus buka puasa dulu sebelum pulang. Nanggung soalnya." Ya ampun, bisa-bisanya aku ove
last updateLast Updated : 2023-06-09
Read more

Kunjungan

"Udah selesai?" Bang Khalid bertanya sambil berdiri di belakangku. "Belum. Aku keliatan gendut nggak, sih pake nih gamis, Bang?" Kutatap pantulan diri di dalam cermin berbalutkan gamis merah."Ya udah, ganti yang hitam aja kalau ngerasa nggak nyaman."Gegas aku membalikkan badan. "Oh, jadi kamu mengiyakan kalau aku gendutan?""Astaghfirullah. Mana ada, sih, Nin? Bukannya kamu udah ikut kelas yoga sama pilates, keliatan banget, kok perubahannya dari awal datang sampe sekarang. Jujur malah kamu jadi keliatan lebih--" Bang Khalid seolah ragu untuk melanjutkan. Dia menatapku dari atas ke bawah, lalu memalingkan pandangan."Seksi?" Aku memastikan."Ya itu." Dia terlihat salah tingkah sendiri."Yaelah bilang langsung aja kali. Dipuji seksi sama laki sendiri aku seneng kali, kecuali sama laki tetangga.""Nin ....""Dah, ah. Aku ganti yang item dulu kalau gitu."Aku bersiap melepas pakaian yang sudah melekat, sampai kusadar Bang Khalid masih berdiri di tempat yang sama."Lah, ngapain masih d
last updateLast Updated : 2023-06-10
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status