Share

Kesempatan Kedua

"Ngapain lu bediri di situ dari tadi?" celetuk Roy yang membuatku tersadar dari lamunan.

"Eh, itu ... anu. Liwetnya udah mateng."

"Dih, bilang, dong dari tadi. Pan gue udah laper." Sebelum sempat beranjak pergi, kutahan Roy agar tetap di posisi

"Eh, bentar!"

"Apaan?"

"Gimana?"

"Gimana apanya?"

Aku mendengkus, lalu menunjuk dengan dagu, lelaki yang masih sibuk membelahi kayu.

Roy memutar bola mata, dan bergumam sembari berlalu.

"Gue males mengakui, tapi dia lulus ospek."

Senyumku melebar. Kualihkan pandangan pada yang bersangkutan.

"Bang!"

Khalid menoleh. Sejenak dia seka peluh dengan ujung kaus yang mengekspos sebagian tubuh.

Astagfirullah.

Kuatkan imamku, Tuhan ....

"Ya?"

"Liwetnya udah mateng. Kita makan dulu."

"Apa? Nggak kedengeran. Sini!"

"Ck." Aku berdecak, lalu berjalan menghampirinya.

"Liwetnya udah--"

Aku terpana, tak bisa berkata-kata. Saat

dia tiba-tiba mendaratkan kecupan di pipi, dan dengan datar langsung beranjak pergi.

Apa-apaan ini?

Kurang, kan harusnya sebelah lagi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status