All Chapters of Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu: Chapter 181 - Chapter 190

199 Chapters

Part 181. Pantas Saja Tergila-gila!

Hari ini adalah hari yang sama-sama ditunggu Arjuna dan Shanti, mereka tak sabar terbang ke Jakarta meski dalam keadaan duka."Ternyata, bahagia itu kala seperti ini ya, Ar. Beda banget bahagianya ketika punya tas mewah, mobil keren, jalan-jalan keluar negeri.""Tapi 'kan keadaan mami begini," lirih Arjuna yang pasti merasa prihatin atas kondisi Shanti."Ya nggak apa-apa. Daripada mami hidup penuh dusta dan maruk terus-menerus," sahut Shanti.Keduanya tampak berbincang saat terbang menuju Jakarta."Ya Allah, jika Engkau memanggil hamba, panggil lah aku dalam keadaan husnul khotimah," batin Shanti terus mengatakan itu sejak kecelakaan itu terjadi."Namun, jika boleh meminta, beri hamba waktu untuk memperbaiki diri. Membenahi diri. Mempertebal iman serta taqwa. Hamba takut, jika pulang kepada-Mu tidak ada modal apapun yang akan dibawa."Kata batin Shanti juga tak jauh beda dengan harapan yang disimpan Arjuna dalam batinnya."Ya Allah, jangan ambil mami hamba saat ini. Beri dia kesempata
last updateLast Updated : 2023-05-03
Read more

Part 182. Tanggalnya Kamu yang Nentuin

"Kalau itu Nana setuju, Oma." Bukan Devina namanya yang tidak berceletuk sesuka hati. Padahal dia sedang memainkan tabletnya tapi masih fokus mendengar pembicaraan antara Shanti dan Ratna.Wajah Ratna jelas semakin bersemu merah menahan malu di depan Shanti."Berarti kamu satu ide sama Oma 'kan?""Iya, Oma. Nana sudah nggak sabar jadi anaknya Oom Ganteng. Eh, tapi, Oma nerima nggak kalau Nana jadi cucunya, Oma?""Nerima, Sayang. Oma bakal nerima sepaket," sahut Shanti seraya mengulas senyum pada Devina. Pun Devina membalasnya dengan senyuman termanis."Jadi, gimana Ratna? Bulan depan ya?""Hmm … menurutku, kita lebih baik fokus sama keadaan mami dulu. Untuk urusan yang tadi itu, bisa dibahas kapan-kapan, Mi.""Malah kebalik. Urusan kamu sama Arjuna yang lebih penting didahulukan. Kalian memang sudah sepatutnya segera dinikahkan. Jangan buat mami makin bersalah. Mau ya kamu?"Nada Shanti menelan secara perlahan. Ratna yang tadinya tertunduk, menatap dalam.Jika ditanya ingin hatinya, s
last updateLast Updated : 2023-05-03
Read more

Part 183. Tambah Mahar Perhiasan Bagaimana?

Ratna tampak terperangah mendengar rentetan kata yang begitu lancar terucap."Kok gitu ekspresinya?" tanya Arjuna yang jelas peka akan bahasa tubuh calon istrinya itu."Aku masih merasa shock, Mas. Apalagi kamu ngikutin maunya aku, biar aku nyaman, dan aku ngerasa kamu kayaknya mau lancar biar nggak banyak belibetnya.""Harus gitu dong. Perjalanan kita sudah cukup penuh perjuangan, aku nggak mau menghabiskan energi lagi cuma karena berbeda keinginan soal acara nikah dan resepsi. Lebih baik aku ngikutin mau kamu, nyamannya gimana. Aku ikutin semuanya. Termasuk, mahar. Kamu mau maharnya apa?"Deg!!!Jantung Ratna kembali memberi kode."Aku maunya seperangkat alat sholat saja, Mas.""Aku boleh tambahin perhiasan nggak? Sebagai tanda bentuk terima kasih aku. Boleh?""Hmm … aku pikirkan soal itu, Mas."Jawabannya yang sangat dirasa aneh terdengar, membuat kening Arjuna mengkerut."Kenapa harus dipikirkan? Memangnya berat sekali bagi kamu?""Iya, Mas. Aku takut jika tidak amanah dan menjaga
last updateLast Updated : 2023-05-04
Read more

Part 184 Pindah Kamar Penjara

Dara memberanikan diri berbicara pada polisi yang bertugas tak lama dirinya tersadar setelah pingsan."Apa? Pindah kamar? Kamu pikir hotel, seenaknya pindah kamar. Masih pagi, kamu udah bikin orang-orang ribet," sungut sang petugas yang masih mengantuk.Ulah teriakan senior sekamar Dara, dirinya terpaksa terjaga padahal baru saja lima menit ketiduran di meja tugasnya."Nanti kalau saya pingsan lagi bagaimana, Pak? Nanti bapak ngeluh lagi kayak tadi. Saya ini anak orang kaya lho, Pak.""Ngaku-ngaku aja kamu. Kalau kamu anak orang kaya, atau setidaknya punya keluarga nggak ada satupun keluarga mencari keberadaan kamu. Kecuali perempuan tua yang sama kamu waktu itu.""Nah, itu yang bikin saya bingung, Pak. Saya meminta ibu yang kemarin itu menemui papa saya. Tapi entah kenapa nggak datang-datang sampai sekarang.""Halah, banyak alasan kamu. Saya bertugas hampir 15 tahun lamanya. Ngadepin orang macam kamu, tidak terhitung banyaknya. Jadi, saya sudah hafal taktiknya.""Pak, saya serius, Pa
last updateLast Updated : 2023-05-05
Read more

Part 185. Bagus Kalau Selamat! Bermain Dendam

Mulyadi memang memutuskan sambungan telepon dari Dara. Namun, bukan berarti dia akan diam begitu saja. Tampak gurat emosi saat dia kembali mengetik nama seseorang dalam daftar pencarian di kontaknya."Kenapa nomor hape Shanti tidak bisa dihubungi?" Mulyadi bertanya-tanya dalam hati, karena nomor Shanti sama sekali tidak bisa dihubungi. Sampai saat ini, Mulyadi memang belum tahu apa yang menimpa Shanti. Apalagi tak pernah sekalipun, Shanti seperti itu. Paling lama mengangkat, mungkin ketika sudah tiga kali berdering. Dan itu, sangat jarang sekali.Gagal menghubungi Shanti, Mulyadi berganti menghubungi Santoso. "Saya pikir, setelah seminggu ini kamu berhenti menjadi tangan kanan saya di kantor ini, bisa bikin semuanya membaik. Ini malah makin buruk. Istri kamu kemana Santoso? Saya ingin mempertanyakan, kenapa Dara masuk penjara?" Suara Mulyadi terdengar lantang."Saya sudah usahakan, tapi mungkin ini sudah jalan terbaik. Arjuna memang tidak berjodoh, tidak masalah jika saya berhenti me
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

Part 186. Untung Melihat, Bisa Dijadikan Bukti

"Hei, Romi! Kamu tanggalkan semua atribut yang memancing kecurigaan. Lalu, pantau ke dalam. Kalau anak sialan itu masih ada, kamu cari cara gimana supaya dia keluar dari kamar wanita matre itu!" titah Mulyadi.Detik kemudian, bodyguard yang perintahkan dengan sigap mengikuti instruksi. Buru-buru turun dari mobil menuju kamar inap Shanti.Sebelum memastikan ada atau tidaknya Arjuna di dalam, dia memantau dengan berjalan di teras yang kebetulan juga jalan alternatif menuju ruangan VVIP lainnya. Tak lupa memasang kedua telinganya, siapa tahu ditandai dengan adanya suara dari dalam.Dua kali mondar-mandir. Romi tak menemukan suara apapun dari dalam sana. Malahan, untuk memastikan keberadaan Arjuna dirinya berdiri dan mengintip dari jendela, tentunya sudah memantau keadaan sekeliling.Dia menjauh setelah mengintip lewat jendela, merogoh ponsel dari saku celana."Aman, Bos. Hajar saja sekarang!" infonya setelah telepon tersambung.Mulyadi dan kedua bodyguard lainnya pun menanggalkan atribut
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

Part 188. Emangnya Salah Jadi Pecundang?

Mulyadi dan rombongannya tiba di kantor polisi cepat satu jam sebelum jam besuk dibuka. Sengaja, karena dia ingin menampakkan dan berpamitan pada polisi yang berani menentangnya kemarin malam."Salahnya Anda tidak mendengar ancaman saya, coba kalau pinter dikit, jabatan Anda pasti akan lebih tinggi dari ini," ucap Mulyadi yang sengaja menunggu keluarnya polisi itu."Saya lebih milih dibuang seperti ini daripada tidak punya harga diri, Pak. Ada Allah yang akan menolong saya sampai kapanpun.""Ya … ya, saya iyain ajalah ya. Daripada Anda makin sedih."Berhasilnya Mulyadi mendepak salah satu polisi yang benar-benar mengabdi tak mengherankan negeri kohona ini. Namun, terkadang penyelamatan Sang Pencipta itu memang terasa sakit."Papa …!" Mata Dara terbelalak sempurna melihat Mulyadi duduk di kursi keluarga penghuni penjara.Sampai saat ini kasus Dara memang masih dalam tahap pengembangan."Apa kabar kamu?" Mulyadi bangkit dari duduk, mengembangkan kedua tangannya untuk mengisyaratkan ingi
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

Part 188. Pukul Empat Sore

Pukul empat sore sudah memberi kode, akan tetapi Dara tak jua dijemput oleh Mulyadi sesuai janji yang disampaikan tadi pagi. Jangan tanya dia gelisah atau tidaknya. Entah berapa kali mondar-mandir bagai setrikaan."Katanya anak orang kaya, banyak harta, dan bisa keluar dari sini seenak hati. Tapi kok udah mulai gelisah?" ejek senior jeruji besi."Diam lu, gue cuma sakit perut," kilah Dara berselimut dusta."Oh, sakit perut. Lapor sana ke WC, bukannya bolak-balik kayak benang kusut," tambahnya lagi. Senior jeruji besi tampak tersenyum puas, melihat tingkah Dara yang begitu kentara."Diam! Kalau lu masih nyerocos, gue bisa nambahin masa tahanan lu disini," ancam Dara seolah punya power."Duuuh, takut diancam begini," ledeknya bersamaan dengan ekspresi orang ketakutan. "Emangnya lu mau nambahin masa tahanan gue berapaan? Jelas udah mentok. Kalau diubah menjadi hukuman mati ya bagus dong, berarti hidup lu lebih menderita dari gue nantinya."Ledekan senior jeruji besi kali ini tak ditangga
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

Part 189. Menyinggung Perasaan

"Nggak tahu, Mi. Semoga baik-baik saja," jawab Arjuna tak semangat. Dari gurat wajahnya, kentara sekali jika Arjuna mengelak hal yang menyangkut dengan Santoso juga kakak-adiknya."Coba telpon, Ar!""Mi, aku nemui dokter dulu ya. Mau nanya perkembangan mami kesehatan mami udah sampai mana." Shanti terpaksa mengangguk.Setelah berpamitan dengan Shanti, Arjuna pun pamit dengan Ratna juga Devina."Tapi aku juga mau pulang, Mas. Apa nggak sebaiknya besok saja pas dokternya visir pas pagi?""Benar kata Ratna, Ar. Sudah malam, kasian Devina belum bisa istirahat.""Okelah, tapi nggak apa-apa kan aku nggak bisa antar?""Nggak masalah, Mas. Bukannya kata kamu sudah ada polisi yang ngawal aku."Di kantor polisi sana, Mulyadi duduk di depan meja petugas yang sudah siap mengintrogasinya. Mulyadi di interogasi secara terpisah dengan seluruh bodyguard-nya.Polisi yang bertugas, sudah mempersiapkan beberapa pertanyaan. Kali ini masih seputaran ancaman yang dilakukan Mulyadi pada Shanti. Sampai saat
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

Part 190. Jujur Lebih Baik!

Di ruang keluarga, Santoso tampak fokus menatap layar televisi, mendengar berita soal perkembangan kecelakaan pesawat dan para penumpang yang menjadi korban, baik yang selamat ataupun tidak.Bukan tanpa alasan, dirinya ingin mengetahui perkembangan Shanti. Namun, gengsi untuk menghubungi Arjuna secara langsung.Sonia dan Lidya saling memberi kode, seperti ada sesuatu yang ingin mema sampaikan pada Santoso."Kamu aja!" ucap Sonia pada Lidya walaupun tanpa suara, gerak mulutnya cukup jelas."Kakak aja!" balas Lidya seraya menoleh melirik sekilas ke arah Santoso dengan ekor matanya.Sonia duduk dari ujung ke ujung sofa, sedangkan Santoso duduk di tengah-tengah mereka."Kalian masih mau membujuk, Papa?" Santoso bersuara, gerak-gerik anak sulung dan bungsunya itu sangat kentara sekali."Baiknya memang begitu, Pi. Yang ada kalau kayak gini, bakal memecah belah keluarga kita," protes Sonia. Sebagai anak sulung tentunya tidak mudah bagi Sonia menghadapi semua ini, begitu juga dengan Lidya."L
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more
PREV
1
...
151617181920
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status