Home / Romansa / Dendam Anak Tiri / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Dendam Anak Tiri: Chapter 151 - Chapter 160

325 Chapters

150. Hubungan yang Tidak Jelas

Hari-hari terus berlalu. Sejak perdebatan kecil di dalam mobil tempo hari, lambat laun hubungan Alena dan Andrio kembali membaik. Mereka kembali ketemuan seperti biasa. Saling bertukar cerita dan melempar canda. Mereka juga sering berciuman. Sampai suatu hari Andrio menepati satu janjinya lagi yaitu, mengikuti audisi lomba bernyanyi yang diadakan di Jakarta Concert Hall. Di sana Andrio langsung bertemu para juri. Di hadapan para juri, lelaki itu membawakan lagu Immortal Love Song dari Maha Dewa, diiringi petikan gitarnya. Di sana juga ada Alena yang menyaksikan penampilan Andrio bersama penonton lain. Dari kejauhan Alena berteriak ringan menyemangati Andrio. Namun, sayangnya Andrio tidak lolos. Dia tidak diterima para juri. Andrio pun mundur dan keluar dari ruangan itu dengan perasaan sedikit kecewa. Alena menghampirinya dan tetap menyemangati lelaki itu. "Nggak pa-pa, yang penting lo udah nyoba," ucap gadis itu saat mereka berjalan beriringan menuju keluar gedung yang ramai. Andri
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more

151. Kabar Tak Terduga

Dua hari berlalu sejak Alena mempertanyakan status hubungan mereka. Dan kini Andrio sudah menyiapkan semuanya. Andrio sudah menyiapkan suprise untuk Alena. Dia juga tidak ingin gadis itu terlalu lama menunggu dan membuatnya merasa digantung. Dan kini lelaki itu siap menjemput gadis itu ke kediamannya. Sengaja dia tak memberitahu Alena terlebih dulu. Karena ingin membuat kejutan dengan datang langsung ke apartemen gadis itu. Ya, malam ini Andrio akan menyatakan perasaannya pada gadis itu dan menembak gadis itu menjadi pacarnya di tempat yang spesial. Andrio senyum-senyum sendiri membayanginya. Andrio tak sabar menanti momen itu. Jantungnyabahkan sudah berdebar sejak tadi. Namun, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Andrio sedikit terheran. Siapa pula yang menghubunginya saat-saat seperti ini? Apa mungkin Alena? Andrio pun melirik layar ponselnya di sampingnya. Keheranannya makin menjadi melihat nama 'Tante Rista' terpampang di layar. "Ngapain Tante Rista nelepon?" gumamnya. Namun, diangk
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more

152. Memilih

Andrio diberi izin menjenguk Alyssa. Lelaki itu kini berdiri di sisi tempat tidur gadis itu--sudah mengenakan pakaian steril berwarna hijau--menatap Alyssa yang terbaring tak berdaya. Wajah gadis itu terlihat pucat pasi. Hidungnya terpasang oksigen. Sungguh miris perasaannya melihat pemandangan itu. "Kenapa kamu begini, Sa?" tanya Andrio pelan. "Kenapa kamu melakukan ini? Kenapa kamu nggak bisa biarkan aku memilih apa yang aku inginkan?" Andrio tahu, gadis itu tak main-main. Gadis itu bahkan tak menceritakan masalahnya pada orang tuanya lagi. Dia nekat bunuh diri. Kalau seandainya orang tuanya tak cepat menemukannya, mungkin gadis itu sudah benar-benar meninggal. Itu artinya gadis itu memang tidak mau kehilangan dirinya. Gadis itu bahkan memilih mati dari pada melepaskan dirinya. Andrio masih tak habis pikir apa yang ada di kepala Alyssa. Apakah gadis itu tidak memikirkan orang tuanya? "Apakah aku memang harus memilih kamu, Sa? Apa kamu memang takdir aku dan bukan Alena?" Air mata
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

153. Menjenguk Alyssa

Setelah berpikir seribu kali, Alena akhirnya memutuskan pergi ke rumah sakit. Dia juga sudah menanyakan ruangan atas nama Alyssa Putri Denada pada resepsionis rumah sakit. Alena ke rumah sakit secara diam-diam. Gadis itu menyamar mengenakan selendang hitam sebagai tudung kepala juga kacamata hitam. Dia berjaga-jaga seandainya ada orang yang mengenalnya di rumah sakit. Langkah Alena terhenti saat dia hampir di depan ruang ICU, tempat Alyssa dirawat. Di depan ruangan itu terlihat Rista duduk di kursi panjang, di temani Andrio. Mereka tampak mengobrol-ngobrol. Alena terus memantau mereka, berharap mereka cepat pergi dari tempat itu. Tapi setelah cukup lama menunggu, tak terlihat tanda-tanda mereka akan beranjak dari tempat itu. Padahal Alena ingin melihat keadaan Alyssa sebentar saja. Dan dia memang masih tidak ingin menunjukkan dirinya dihadapan keluarga ayahnya itu, terutama Rista. Alena lalu berjalan menjauh dari tempat itu. Dia mondar-mandir sambil memikirkan bagaimana caranya
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

154. Menjenguk Alyssa (2)

Raut wajah Andrio langsung berubah. "Bukan gitu, Tante. Aku cuman takut Tante kecapekan." "Saya nggak akan kecapekan ngurus anak saya." Andrio terdiam. Lalu, "oh, iya, Tante. Tante pasti belum makan 'kan? Aku juga belum makan. Sebaiknya Tante makan dulu di kantin. Biar Alyssa aku yang jaga. Nanti kalau Tante selesai makan, gantian Tante lagi yang jaga dan aku makan." Andrio memang berusaha mengalihkan perhatian Rista agar Alena bisa masuk menjenguk Alyssa. Dia berharap Rista menurutinya kali ini dan rencananya berhasil. Rista terdiam, tampak berpikir, sebelum akhirnya mengangguk. "Kamu benar, saya harus makan dulu. Nanti kalau saya sakit juga siapa yang jagain Alyssa?" "Betul, Tante," "Ya udah kalau gitu, Tante ke kantin dulu. Kalau ada apa-apa kasih tahu, ya." "Siap, Tante." Andrio mengangguk. Setelah memastikan Rista menjauh, Andrio celingukan menatap arah Alena berdiri dari tempat duduknya tapi Alena sudah tak terlihat, entah ke mana gadis itu. Supaya lebih aman, Andrio menghu
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

155. Histeris

Keesokan paginya, Alyssa siuman. Dan ketika dia membuka mata, pertama kali yang dia lihat adalah langit-langit ruangan yang berwarna putih. Alyssa menyadari dirinya berbaring entah di mana. Yang pasti bukan di kamarnya, karena suasana ruangan bernuansa putih ini berbeda dengan suasana di kamarnya. Alyssa juga menyadari hidungnya tertutup sesuatu, lubang hidungnya terasa sejuk. Tangan sebelahnya terasa mengganjal. Dia coba melirik tangannya. Detik itu juga dia melihat kepala seorang lelaki menyender di tepian tempat tidurnya. Alyssa kembali menatap langit-langit ruangan. Di mana dia sekarang? Apakah dia di rumah sakit? Atau dia sudah berada di alam yang berbeda? Lalu, orang yang di sampingnya kini siapa? "Gue di mana?" Alyssa coba berbicara. Suaranya terdengar lirih. Dan suara itu terdengar sampai ke telinga lelaki yang berbaring di sampingnya sejak tadi. Lelaki itu pun terbangun mendengar suaranya. "Alyssa, kamu udah sadar?" Laki-laki itu tak lain adalah Andrio. Andrio terkejut meli
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

156. Pasrah

"Ngapain lo masih di sini, Kak?" Seharian ini Andrio setia duduk di sisi tempat tidur Alyssa, menemani gadis itu. Tapi ternyata Alyssa tidak suka dengan kehadirannya. Gadis itu juga tak mengharapkan kehadirannya. Bahkan sejak tadi gadis itu menghadap belakang. Dia tak mau menatap Andrio. Ketika dilihatnya Andrio tak kunjung beranjak juga, akhirnya gadis itu bertanya. Andrio menatap Alyssa yang kini memandanginya. Gadis itu masih mengenakan oksigen di hidungnya. Andrio lalu tersenyum. "Jagain kamu, Sa." "Gue nggak butuh dijagain. Gue masih punya orang tua, kok. Ada Mami Papi yang jagain gue. Jadi lo mending pergi aja." Alyssa lalu kembali memalingkan wajahnya dari menatap Andrio. Andrio terdiam mendengarnya. Gadis itu sangat membencinya. Sebegitu kecewakah dia? Bahkan panggilan Alyssa terhadapnya juga sudah berubah. "Sa ...," panggil Andrio kemudian. Tapi Alyssa tetap bergeming di posisinya. Andrio lalu menegakkan tubuhnya. Mendekat ke gadis itu. "Kakak mau ngomong sama kamu, S
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

157. Wanita Kejam

From Andrio: Alena, Alhamdulillah, keadaan Alyssa sekarang sudah pulih. Aku sekarang lagi di mobil ngantar Alyssa pulang sama keluarganya. Alena menatap pesan dari Andrio yang mengabarkan kabar terbaru tentang Alyssa. Lelaki itu melakukan apa yang dia suruh. Dia memang minta Andrio untuk selalu mengabarkan informasi terbaru tentang Alyssa padanya. Alena menghela napas. "Bagus kalau Alyssa udah sembuh," ucapnya yang kemudian meletakkan ponselnya kembali di meja kerjanya. Lalu gadis itu memutar kursi putarnya menghadap kaca besar yang menampakkan pemandangan kota Jakarta dari ketinggian. Gadis itu merenungkan rencana pembalasan dendamnya. Dia menyadari apa yang dia lakukan selama ini belum ada apa-apanya. Teror-teror yang dia kirim ke rumah keluarga Bagas masih sebatas peringatan. Dan dia masih berjalan di tempat. "Intinya Bagaskara adalah Ayah kandung kamu. Ibu nggak menikah dengannya karena ulah Rista. Rista itu jahat! Sangat jahat! Dia yang sudah merebut Ayah kamu dari Ibu! Dia wa
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

158. Kejadian yang Tak Diinginkan

"Papi," "Iya, Sayang?" Alyssa tersenyum menatap papinya yang duduk di sampingnya kini. Alyssa keadaannya sudah pulih dan kini gadis itu hanya perlu istirahat di rumah, berbaring di kamar, ditemani papinya. Gadis itu sangat merindukan papinya itu dan meminta papinya menemaninya berbaring. Dan tentu saja Bagas tak menolak permintaan sederhana putri semata wayangnya itu. "Maaf, ya, Pi, aku lagi-lagi bikin masalah dan bikin Papi khawatir," ucapnya kemudian. Bagas hanya tersenyum tenang. "Iya, Nak. Tapi kalau Papi boleh tahu kenapa kamu mau bunuh diri lagi, Nak? Kamu ada masalah apa? Kenapa nggak cerita sama Papi atau Mami?" Ya, Bagas sudah mendengar semua cerita itu dari Rista sebelumnya. Tentang Alyssa yang mengurung diri di kamar sebelum akhirnya bunuh diri. Alyssa terdiam. Kata-kata bunuh diri lagi terasa menamparnya. Menyadarkannya kalau dia suka berbuat ulah. Dan ini bukan yang pertama kalinya dia mencoba bunuh diri. Alyssa amat malu pada orang tuanya. Di umurnya yang sudah dewas
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more

159. Kabar Buruk

Rista sedang sibuk mengobrol dengan Alyssa di kamar gadis itu ketika terdengar suara telepon rumah dari ruang tengah. Rista dan Alyssa saling pandang. "Kayak ada telepon, Mi," lirih Alyssa. Rista mengangguk. "Sebentar, ya. Mami angkat telepon dulu. Barangkali ada orang penting yang nelepon lewat telepon rumah." Rista pun beranjak dari duduknya setelah Alyssa mengangguk. Di pembaringannya, gadis itu mencoba mendengar percakapan maminya dengan seseorang di telepon itu. Tapi tak terdengar jelas. Hingga dia menunggu maminya kembali dengan rasa penasaran. Kira-kira siapa yang menelepon di telepon rumah sekarang? Apakah orang kantor papinya? Dan anehnya, Alyssa merasakan perasaannya mendadak tak nyaman. Tak lama kemudian, Rista kembali ke kamar dalam keadaan menangis. "Alyssa." Wanita itu terisak memanggil anaknya di depan pintu yang terbuka. Alyssa yang melihat itu jadi makin khawatir. Kenapa maminya menangis? Apa maminya baru mendengar kabar buruk? "Ada apa, Mi? Itu telepon dari siap
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
33
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status