Home / Romansa / Dendam Anak Tiri / 157. Wanita Kejam

Share

157. Wanita Kejam

Author: Aprillia D
last update Last Updated: 2023-02-09 04:00:00
From Andrio: Alena, Alhamdulillah, keadaan Alyssa sekarang sudah pulih. Aku sekarang lagi di mobil ngantar Alyssa pulang sama keluarganya.

Alena menatap pesan dari Andrio yang mengabarkan kabar terbaru tentang Alyssa. Lelaki itu melakukan apa yang dia suruh. Dia memang minta Andrio untuk selalu mengabarkan informasi terbaru tentang Alyssa padanya.

Alena menghela napas. "Bagus kalau Alyssa udah sembuh," ucapnya yang kemudian meletakkan ponselnya kembali di meja kerjanya. Lalu gadis itu memutar kursi putarnya menghadap kaca besar yang menampakkan pemandangan kota Jakarta dari ketinggian.

Gadis itu merenungkan rencana pembalasan dendamnya. Dia menyadari apa yang dia lakukan selama ini belum ada apa-apanya. Teror-teror yang dia kirim ke rumah keluarga Bagas masih sebatas peringatan. Dan dia masih berjalan di tempat.

"Intinya Bagaskara adalah Ayah kandung kamu. Ibu nggak menikah dengannya karena ulah Rista. Rista itu jahat! Sangat jahat! Dia yang sudah merebut Ayah kamu dari Ibu! Dia wa
Aprillia D

Sampai sejauh ini gimana ceritanya, Gaes? Ikuti terus kelanjutannya, ya.

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dendam Anak Tiri   158. Kejadian yang Tak Diinginkan

    "Papi," "Iya, Sayang?" Alyssa tersenyum menatap papinya yang duduk di sampingnya kini. Alyssa keadaannya sudah pulih dan kini gadis itu hanya perlu istirahat di rumah, berbaring di kamar, ditemani papinya. Gadis itu sangat merindukan papinya itu dan meminta papinya menemaninya berbaring. Dan tentu saja Bagas tak menolak permintaan sederhana putri semata wayangnya itu. "Maaf, ya, Pi, aku lagi-lagi bikin masalah dan bikin Papi khawatir," ucapnya kemudian. Bagas hanya tersenyum tenang. "Iya, Nak. Tapi kalau Papi boleh tahu kenapa kamu mau bunuh diri lagi, Nak? Kamu ada masalah apa? Kenapa nggak cerita sama Papi atau Mami?" Ya, Bagas sudah mendengar semua cerita itu dari Rista sebelumnya. Tentang Alyssa yang mengurung diri di kamar sebelum akhirnya bunuh diri. Alyssa terdiam. Kata-kata bunuh diri lagi terasa menamparnya. Menyadarkannya kalau dia suka berbuat ulah. Dan ini bukan yang pertama kalinya dia mencoba bunuh diri. Alyssa amat malu pada orang tuanya. Di umurnya yang sudah dewas

    Last Updated : 2023-02-13
  • Dendam Anak Tiri   159. Kabar Buruk

    Rista sedang sibuk mengobrol dengan Alyssa di kamar gadis itu ketika terdengar suara telepon rumah dari ruang tengah. Rista dan Alyssa saling pandang. "Kayak ada telepon, Mi," lirih Alyssa. Rista mengangguk. "Sebentar, ya. Mami angkat telepon dulu. Barangkali ada orang penting yang nelepon lewat telepon rumah." Rista pun beranjak dari duduknya setelah Alyssa mengangguk. Di pembaringannya, gadis itu mencoba mendengar percakapan maminya dengan seseorang di telepon itu. Tapi tak terdengar jelas. Hingga dia menunggu maminya kembali dengan rasa penasaran. Kira-kira siapa yang menelepon di telepon rumah sekarang? Apakah orang kantor papinya? Dan anehnya, Alyssa merasakan perasaannya mendadak tak nyaman. Tak lama kemudian, Rista kembali ke kamar dalam keadaan menangis. "Alyssa." Wanita itu terisak memanggil anaknya di depan pintu yang terbuka. Alyssa yang melihat itu jadi makin khawatir. Kenapa maminya menangis? Apa maminya baru mendengar kabar buruk? "Ada apa, Mi? Itu telepon dari siap

    Last Updated : 2023-02-13
  • Dendam Anak Tiri   160. Kedatangan Alena

    "Alena?" Alyssa menatap sosok itu tak percaya. "Ngapain kamu di sini?" Rista menatap sosok itu yang tak lain adalah Alena dengan pandangan tak suka. Rupanya Rista masih membenci Alena. Tapi Alena tak memedulikan reaksi mereka dan masih terus bertanya tentang keadaan Bagas. Ya, setelah mendengar kabar dari Dani yang mengabarkan bahwa Bagas masuk ke rumah sakit, Alena nekat ke rumah sakit. Dia bahkan sudah tak peduli dengan reaksi Alyssa dan Rista. "Lo tahu dari mana Papi masuk ke rumah sakit?" Alyssa malah bertanya balik. Alena terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Gu-gue tadi emang kebetulan ke rumah sakit. Gue mau konsul sama dokter dan gue nggak sengaja liat kalian di sini juga dan dengar percakapan kalian bahwa Kakek Bagas sakit," jelas Alena. Tentu saja itu bohong. Dia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya, bukan? "Tolong jelasin ke gue, Kakek Bagas kenapa?" Alena menurunkan egonya untuk tahu keadaan ayahnya itu. Dia telah bersumpah jika ayahnya tak bisa diselamatkan,

    Last Updated : 2023-02-13
  • Dendam Anak Tiri   161. Mengecek Golongan Darah

    Menjelang jam dua siang, para perawat masuk ke ruangan Bagas, hendak membawa ranjang Bagas ke ruangan operasi. Alyssa yang melihat pemandangan itu jadi tegang dan cemas luar biasa. Jantungnya seketika terasa berdebar. Alyssa berharap operasi papinya berjalan lancar dan semua akan baik-baik saja. Alena pun demikian. Dia tentu berharap ayahnya bisa melewati proses operasi dengan baik dan segera sembuh. Alena sempat takut kalau operasi ayahnya gagal dan akan membuat keadaan pria itu makin memburuk. Terlebih ketika ranjang Bagas yang di bawa oleh dua perawat berhenti di depan mereka. Bagas terlihat terbaring tak sadarkan diri dengan sisa luka-luka di wajahnya yang masih terlihat. Salah satu perawat itu lalu menatap ketiganya yang berdiri di situ. "Siapkan darah golongan AB resus negatif satu kantong, buat jaga-jaga seandainya Pak Bagas kekurangan darah pasca operasi," ucap perawat itu. Mendengar itu Rista dan Alyssa saling pandang. Golongan darah AB resus negatif? Golongan darah Baga

    Last Updated : 2023-02-13
  • Dendam Anak Tiri   162. Kejanggalan

    Alena sudah melakukan pengecekan darah, ditemani Rista. Golongan darah Alena ternyata sama dengan golongan darah Bagas, yakni AB resus negatif. Pada saat mengetahui itu, Alena senang tak terkira. Dia juga sudah mengajukan ke perawat kalau dia bersedia melakukan transfusi darah untuk Bagas yang baru saja selesai operasi. Dia sangat bersyukur golongan darahnya sama dengan golongan darah Bagas. Karenanya dia bisa mendonorkan darahnya untuk ayahnya yang memang membutuhkan tambahan darah sebanyak dua kantong. Dan saat ini Alena sedang melakukan transfusi darah dalam ruangan. Sementara di luar ruangan, Alyssa dan Rista menunggunya sambil bercakap-cakap. "Tapi aku masih nggak habis pikir, deh, Mi. Kok bisa darahnya Alena sama dengan darah Papi? Apa karena kita keluarga? Tapi 'kan Alena keluarga sebelah Mami bukan sebelah Papi. Iya 'kan?" Alyssa tak berhenti mengoceh sejak tadi. Sejak mengetahui golongan darah Alena dan papinya sama, gadis itu sedikit syok, tapi dia juga bersyukur. Mereka j

    Last Updated : 2023-02-14
  • Dendam Anak Tiri   163. Melupakan Dendam

    Pengoperasian Bagas telah selesai, semua berjalan lancar. Dan kini tinggal menunggu Bagas siuman di ruangannya. "Pi, Papi cepat sembuh, ya." Alyssa sejak tadi menemani papinya dan terus berceloteh. Gadis itu duduk di kursi pada sisi ranjang Bagas. Membelai tangan papinya yang terpasang jarum infus. Pada kedua tangan Bagas, terpasang jarum. Tangan sebelah kirinya terpasang jarum infus, sedangkan tangan kanannya terpasang jarum transfusi darah. Dan tali-tali peralatan medis terpasang di tubuhnya. "Papi, maafin aku. Gara-gara aku Papi kayak gini. Aku sering nyusahin Papi selama ini. Aku belum bisa jadi anak yang mandiri dan membanggakan buat Papi dan Mami. Aku janji, Pi, nanti kalau Papi sembuh aku nggak akan nyusahin Papi lagi. Aku akan jadi anak yang mandiri dan dewasa. Semoga Papi cepat sadar, ya, pulang ke rumah, kumpul sama kita lagi ...." Sementara di luar ruangan, Alena hanya bisa memandang Bagas yang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang melalui kaca yang tembus pandang.

    Last Updated : 2023-02-14
  • Dendam Anak Tiri   164. Membongkar Rahasia

    Mendengar Alena bertanya demikian, Rista lalu menyeret Alena menjauh dari ruangan Bagas. Dia takut suara Alena terdengar oleh Alyssa yang ada di dalam ruangan. Ketika mereka telah berada di tempat yang cukup sepi, Rista menghentikan langkahnya dan melepaskan tangan Alena. "Ngomong apa kamu, Alena?" "Aku anak dari hasil perselingkuhan Kakek Bagas dengan Ibu," ulang Alena yang membuat Rista kian membelalak. "Makanya Nenek benci sama aku dan Ibu 'kan? Iya, aku udah tahu semuanya." "Apa yang kamu tahu?" tanya Rista kemudian sambil berusaha menahan gejolak di dada. "Aku tahu kalau Kakek Bagas sebenarnya adalah ayah kandung aku," aku Alena. "Aku tahu semuanya dari Ibu." Rista tak menyangka kalau Leyla justru membocorkan rahasia itu pada anaknya. Namun, dia berusaha tenang. Sebelum kemudian berkata. "Lalu kamu percaya?" "Aku percaya karena Ibu sendiri yang mengatakannya sebelum Ibu meninggal," "Kamu berharap Kakek Bagas menjadi ayahmu? Kamu pengin jadi anak orang kaya karena bosan jadi

    Last Updated : 2023-02-14
  • Dendam Anak Tiri   165. Menemukan Kepingan Puzzle

    "Penderitaan Ibu harus terbayarkan. Nenek harus merasakan apa yang Ibu rasakan dulu. Dan aku akan memberitahu ayah kalau aku sudah tahu semuanya, Alyssa juga." "Enak saja kamu." Rista menggeleng. "Saya nggak akan biarkan kamu memberitahu Bagas apalagi Alyssa. Alyssa nggak boleh tahu tentang masa lalu itu. Jangan macam-macam kamu, ya!" "Kenapa Alyssa nggak boleh tahu, Nek?" "Apa kamu nggak mikir gimana perasaan Alyssa kalau dia tahu kamu adalah anak papinya juga? Bagaimana perasaannya kalau tahu papi kesayangannya pernah selingkuh dengan ibumu? Saya nggak mau ya kalau sampai Alyssa tak menerima kenyataan itu dan nekat bunuh diri lagi. Selama ini mati-matian saya menyembunyikan rahasia ini dari anak saya dan kamu mau membongkarnya begitu saja? Nggak akan saya biarkan." "Tapi Alyssa udah dewasa, Nek. Dia harus tahu ya--" "Sini kamu." Rista serta-merta menarik lengan Alena, membawa gadis itu keluar dari area itu. "Pergi kamu dari sini. Saya nggak akan biarkan kamu merusak keluarga say

    Last Updated : 2023-02-14

Latest chapter

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 132

    "Kamu nggak coba telepon suamimu?" tanya Mama Marissa.Alena hanya menggeleng."Ini Mama telepon dari tadi nggak diangkat-angkat." Wajah Mama Marissa tampak cemas sambil menatap layar ponsel. Hal itu juga menular ke Alena. Alena jadi mendadak khawatir. Kenapa suaminya tidak mengangkat telepon dari mamanya? Apa sengaja karena ingin memberi suprise? Alena masih berusaha berpikir positif."Mungkin masih di jalan kali, Ma." Putra ikut berbicara dan menenangkan."Aneh," gumam Marissa masih menatap layar ponsel. "Bikin khawatir aja ""Jangan mikir aneh-aneh deh, Ma. Berdoa aja semoga Andrio baik-baik aja dan segera sampai. Mungkin terjebak macet di jalan." Lagi sang papa mertua menenangkan istrinya.Mama Marissa hanya diam masih sibuk dengan ponselnya.Ting Tong!Tak lama kemudian terdengar suara bel menggema. Alena langsung menatap mama mertuanya. "Nah itu pasti Mas Andrio, Ma.""Biar saya ya yang bukain pintu," ucap Bi Jum yang kebetulan lewat di depan meja makan."I-iya, Bi," sahut Alena.

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 131

    Dua jam kemudian masakan Alena dan Bi Jum sudah terhidang rapi di meja makan bak sajian restoran yang siap disantap."Waduh enak nih keliatannya ...." Mama Marissa menatap hidangan makanan yang terlihat menggugah selera itu. "Oma jadi nggak sabar buat cicipin." Marissa menyengir lebar melirik cucu kesayangannya sudah duduk di kursi makan di sampingnya."Tunggu Papa!" seru balita itu semangat."Iya, Oma ngerti. Kita tunggu Papa dulu ya baru boleh makan?"Si bocah mengangguk antusias.Alena yang mendengar percakapan itu dari ambang pintu dapur hanya tersenyum simpul. Dia lalu teringat sesuatu dan merogoh ponsel di saku celana kainnya lalu perlahan berjalan ke arah ruang tengah. Hendak menelepon suaminya.***Pria itu duduk bersandar di kursi penumpang. Matanya sejak tadi memindai jalanan yang padat akan kendaraan di depannya. Sesekali macet menghampiri membuatnya semakin gelisah saja. Karena hal itu membuatnya makin lama untuk segera sampai ke rumah.Namun, dia tak lupa ada hal lain yang

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 130

    Dua tahun kemudianDua tahun sejak kepergian Andrio berlalu. Anak-anak mereka telah tumbuh kian besar dan bisa bicara dengan fasih. Hari-hari yang Alena lalui tanpa Andrio memang terasa berbeda. Walau kadang ditemani keluarganya yang membantunya--entah itu ibu mertuanya, mami dan papi. Malam-malam Alena dia lalui dengan tidur sendiri. Masalah-masalah yang menderanya dia hadapi sendiri.Walau hampir setiap hari mereka bertukar kabar melalui chat dan video call-an. Tetap saja Alena merasa berbeda. Dua tahun dia lewati semua penuh kesabaran dan harapan. Sampai tibalah hari ini. Hari di mana Andrio harusnya pulang."Pagi, Mama ...." Terdengar sayup-sayup suara mungil membangunkan, disusul kecupan hangat di pipi. Wanita itu sontak membuka mata. Lantas menoleh ke samping. Wajah balita mungil dan menggemaskan tersenyum menyambutnya.Alena tersenyum. "Pagi juga, Sayang ....""Bangun, Mama.""Iya, ini Mama udah bangun. Sini peluk dulu." Alena meraih badan mungil itu dan mendekapnya penuh cinta

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 129

    "Suami gue selingkuh, Al ....""Selingkuh gimana, Far? Lo tahu dari mana itu selingkuhannya? Siapa tahu emang cuman teman kan?""Bukan teman, Al. Tapi selingkuhannya. Udah setahun Al, gue sering baca chatingan mereka. Dari chatingannya jelas-jelas mereka ada hubungan spesial. Gue yang lebih tahu.”"Maaf, Far, co-coba sekarang lo cerita yang jelas sama gue ...."Alena sontak memejamkan mata dan menggelengkan kepala kencang-kencang setiap teringat cerita perselingkuhan sahabatnya itu.Waktu Farah memberitahu kalau pernikahannya sedang dilanda perselingkuhan oleh suaminya. Alena syok tak menyangka dan meminta sahabatnya itu bercerita dari awal pertemuannya dengan calon suaminya hingga bagaimana perselingkuhan itu terjadi. Farah mengadu padanya sambil menangis tersedu-sedu.Farah sudah menikah lima tahun lalu yang itu artinya Farah menikah beberapa bulan setelah dia menikah dengan Andrio, tepat mereka kehilangan kontak satu sama lain hingga Alena pun tidak tahu kapan Farah menikah. Farah j

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 128

    Mereka akhirnya tiba di rumah Alena. Farah begitu kagum melihat rumah Alena sampai-sampai perempuan itu membuka mulut. Rumah sahabatnya itu begitu mewah, bergaya minimalis modern.Dari depan, rumahnya terlihat tinggi dan megah karena berlantai tiga. Dinding dan tiang-tiang rumahnya terlihat kokoh karena dibangun dengan material batu. Dengan jendela lebar dan pintu yang terbuat dari kaca. Langit-langitnya tinggi. Sementara pagarnya terbuat dari besi yang tingginya melebihi kepala orang dewasa. Bahkan ketika dia sudah turun dari mobil itu pun dia masih saja terpana. "Rumah kalian semewah ini?" Farah menatap Alena tidak percaya.Alena tertawa. "Ah, elo mah berlebihan. Rumah lo emangnya nggak semewah ini?"Farah terdiam, mengingat sesuatu. Lebih tepatnya mengingat masa lalu sahabatnya itu. "Ya maksud gue ... Eng, iya Alhamdulillah kehidupan lo sekarang udah sukses dan nyaman banget." Farah tersenyum kaku. "Gue harus banget berterima kasih sama Andrio atas semua ini."Alena mengernyit hera

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 127

    "Farah?" tebak Andrio lebih dulu membuat Alena menoleh ke suaminya. Ternyata Andrio juga bisa mengenalnya."Iya, gue Farah," sahut perempuan itu kemudian.Alena kembali menatap perempuan yang mengaku Farah itu. Dia melotot tak percaya. "Farah?! Ya ampun!" Alena sontak berdiri. "Gue hampir nggak bisa ngenalin lo tahu, lo berubah banget!" Alena serta-merta memeluk Farah erat-erat. Sementara yang dipeluk juga membalas hal serupa.Mereka saling berpelukan erat. Tubuh kedua wanita itu bahkan bergerak-gerak ke kiri dan kanan karena Alena begitu antusias. Alena kemudian melepas pelukannya. "Apa kabar lo? Kebetulan banget ya kita ketemuan di sini?""Iya, maaf ya gue nggak ada kabar selama ini," jawab Farah. "Iya, nih. Nomor WA lo udah lama nggak aktif, abis itu nggak ada ngasih kabar ke gue juga. Sombong lo.""Bukannya gitu." Farah menyengir terlihat tak nyaman.Alena tertawa. "Iya, iya, gue cuman bercanda kok."Farah lalu menatap Andrio dan anak-anak mereka. "Kalian pada mau ke mana nih?""M

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 126

    "Pakaian udah, dalaman udah, pembersih muka udah, pomade udah, jam tangan udah, berkas-berkasnya udah, tiket udah, foto-foto aku sama anak-anak juga udah, hmmm apa lagi, ya ...." Alena mengecek barang-barang yang sudah dia masukkan dalam koper Andrio. "Iya semuanya udah beres."Setelah dirasa semuanya sudah lengkap, Alena pun menutup koper itu lalu menyeretnya dekat pintu agar mudah di bawa keluar. Ada dua koper yang siap Andrio bawa. Sebagian besar isinya adalah pakaian dan barang-barang penting.Bersamaan dengan itu, Andrio keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya. Pria itu baru saja selesai mandi, bertelanjang dada dengan handuk kecil melilit pinggangnya, sedangkan handuk kecil lain menyampir di bahunya. "Udah beresin semua? Makasih, ya, sayang," ucapnya saat melihat kesibukan istrinya menata koper. Dia lalu menatap cermin sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.Alena menoleh. "Udah beres. Cepetan pakai bajunya. Udah kusiapin di lemari paling depan," beritahu Alena. "Ak

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 125

    Malam harinya, Alena gelisah seorang diri di kamar. Anna dalam gendongannya sejak tadi tak berhenti menangis kencang. Kekhawatiran Alena terjawab ketika dia menempelkan jemari di kening si bayi yang terasa sangat panas. "Ya ampun, Nak. Badanmu panas banget ...." Alena berdiri menggendong anaknya, mencoba mendiamkan meski rasanya mustahil karena bayi itu sedang demam tinggi.Alena melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul tujuh. Lalu dia meraih ponsel di atas nakas, mengecek pesan dari Andrio, tapi tidak ada.Alena menarik napas, lalu mengembuskannya kembali. Hal itu dia lakukan berkali-kali sampai perasaannya tenang. "Aku nggak boleh panik. Sebaiknya aku cari tahu di g****e pertolongan pertama waktu bayi lagi demam, apa, ya?" Sambil menggendong bayi dengan tangan sebelah, dia mengotak-atik ponselnya.Dia membaca sekilas informasi yang dia dapat dari g****e. Lalu dia menghubungi Bi Jum lewat chat, minta siapkan air hangat dan kain buat kompresan. "Sabar, ya, Nak. Mama siapin air ha

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 124

    Satu tahun kemudian ...."Kupandang langit penuh bintang bertaburan ... berkelap-kelip seumpama intan berlian ...." Alena bernyanyi kecil sambil mendorong baby stroller, berjalan mengelilingi taman rumah. Di dalam kereta bayi itu ada Anna dan Kenzy.Satu tahun berlalu, tidak banyak yang berubah dari kehidupan Alena dan Andrio selain anak-anak mereka yang sudah tumbuh besar. Alena yang juga sudah terbiasa mengurusi anak-anaknya.Kenzy sudah berusia satu tahun sepuluh bulan, sedangkan Anna berusia satu tahun satu bulan. Kenzy sudah biasa bicara dengan pengucapan yang jelas, sudah mengerti diajak bicara dan sudah bisa berjalan sendiri tanpa dipimpin, sedangkan Anna sudah bisa bicara namun masih tidak jelas pengucapannya, bisa berjalan dengan dipimpin dan bisa mengerti diajak bicara juga."Mau nyanyi apalagi?" tanya Alena pada anak-anaknya. "Lagu kupu-kupu yang lucu mau?""Mau ...," jawab Kenzy sambil mendongak menatapnya, sedangkan Anna hanya menatap ke segala arah."Oke, kita nyanyi lagu

DMCA.com Protection Status