Beranda / Romansa / Dendam Anak Tiri / 150. Hubungan yang Tidak Jelas

Share

150. Hubungan yang Tidak Jelas

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-06 15:58:23
Hari-hari terus berlalu. Sejak perdebatan kecil di dalam mobil tempo hari, lambat laun hubungan Alena dan Andrio kembali membaik. Mereka kembali ketemuan seperti biasa. Saling bertukar cerita dan melempar canda. Mereka juga sering berciuman.

Sampai suatu hari Andrio menepati satu janjinya lagi yaitu, mengikuti audisi lomba bernyanyi yang diadakan di Jakarta Concert Hall. Di sana Andrio langsung bertemu para juri. Di hadapan para juri, lelaki itu membawakan lagu Immortal Love Song dari Maha Dewa, diiringi petikan gitarnya. Di sana juga ada Alena yang menyaksikan penampilan Andrio bersama penonton lain. Dari kejauhan Alena berteriak ringan menyemangati Andrio.

Namun, sayangnya Andrio tidak lolos. Dia tidak diterima para juri. Andrio pun mundur dan keluar dari ruangan itu dengan perasaan sedikit kecewa.

Alena menghampirinya dan tetap menyemangati lelaki itu. "Nggak pa-pa, yang penting lo udah nyoba," ucap gadis itu saat mereka berjalan beriringan menuju keluar gedung yang ramai.

Andri
Aprillia D

Ikuti terus kisah Alena dan Andrio, ya. Terima kasih.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam Anak Tiri   151. Kabar Tak Terduga

    Dua hari berlalu sejak Alena mempertanyakan status hubungan mereka. Dan kini Andrio sudah menyiapkan semuanya. Andrio sudah menyiapkan suprise untuk Alena. Dia juga tidak ingin gadis itu terlalu lama menunggu dan membuatnya merasa digantung. Dan kini lelaki itu siap menjemput gadis itu ke kediamannya. Sengaja dia tak memberitahu Alena terlebih dulu. Karena ingin membuat kejutan dengan datang langsung ke apartemen gadis itu. Ya, malam ini Andrio akan menyatakan perasaannya pada gadis itu dan menembak gadis itu menjadi pacarnya di tempat yang spesial. Andrio senyum-senyum sendiri membayanginya. Andrio tak sabar menanti momen itu. Jantungnyabahkan sudah berdebar sejak tadi. Namun, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Andrio sedikit terheran. Siapa pula yang menghubunginya saat-saat seperti ini? Apa mungkin Alena? Andrio pun melirik layar ponselnya di sampingnya. Keheranannya makin menjadi melihat nama 'Tante Rista' terpampang di layar. "Ngapain Tante Rista nelepon?" gumamnya. Namun, diangk

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Dendam Anak Tiri   152. Memilih

    Andrio diberi izin menjenguk Alyssa. Lelaki itu kini berdiri di sisi tempat tidur gadis itu--sudah mengenakan pakaian steril berwarna hijau--menatap Alyssa yang terbaring tak berdaya. Wajah gadis itu terlihat pucat pasi. Hidungnya terpasang oksigen. Sungguh miris perasaannya melihat pemandangan itu. "Kenapa kamu begini, Sa?" tanya Andrio pelan. "Kenapa kamu melakukan ini? Kenapa kamu nggak bisa biarkan aku memilih apa yang aku inginkan?" Andrio tahu, gadis itu tak main-main. Gadis itu bahkan tak menceritakan masalahnya pada orang tuanya lagi. Dia nekat bunuh diri. Kalau seandainya orang tuanya tak cepat menemukannya, mungkin gadis itu sudah benar-benar meninggal. Itu artinya gadis itu memang tidak mau kehilangan dirinya. Gadis itu bahkan memilih mati dari pada melepaskan dirinya. Andrio masih tak habis pikir apa yang ada di kepala Alyssa. Apakah gadis itu tidak memikirkan orang tuanya? "Apakah aku memang harus memilih kamu, Sa? Apa kamu memang takdir aku dan bukan Alena?" Air mata

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Dendam Anak Tiri   153. Menjenguk Alyssa

    Setelah berpikir seribu kali, Alena akhirnya memutuskan pergi ke rumah sakit. Dia juga sudah menanyakan ruangan atas nama Alyssa Putri Denada pada resepsionis rumah sakit. Alena ke rumah sakit secara diam-diam. Gadis itu menyamar mengenakan selendang hitam sebagai tudung kepala juga kacamata hitam. Dia berjaga-jaga seandainya ada orang yang mengenalnya di rumah sakit. Langkah Alena terhenti saat dia hampir di depan ruang ICU, tempat Alyssa dirawat. Di depan ruangan itu terlihat Rista duduk di kursi panjang, di temani Andrio. Mereka tampak mengobrol-ngobrol. Alena terus memantau mereka, berharap mereka cepat pergi dari tempat itu. Tapi setelah cukup lama menunggu, tak terlihat tanda-tanda mereka akan beranjak dari tempat itu. Padahal Alena ingin melihat keadaan Alyssa sebentar saja. Dan dia memang masih tidak ingin menunjukkan dirinya dihadapan keluarga ayahnya itu, terutama Rista. Alena lalu berjalan menjauh dari tempat itu. Dia mondar-mandir sambil memikirkan bagaimana caranya

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Dendam Anak Tiri   154. Menjenguk Alyssa (2)

    Raut wajah Andrio langsung berubah. "Bukan gitu, Tante. Aku cuman takut Tante kecapekan." "Saya nggak akan kecapekan ngurus anak saya." Andrio terdiam. Lalu, "oh, iya, Tante. Tante pasti belum makan 'kan? Aku juga belum makan. Sebaiknya Tante makan dulu di kantin. Biar Alyssa aku yang jaga. Nanti kalau Tante selesai makan, gantian Tante lagi yang jaga dan aku makan." Andrio memang berusaha mengalihkan perhatian Rista agar Alena bisa masuk menjenguk Alyssa. Dia berharap Rista menurutinya kali ini dan rencananya berhasil. Rista terdiam, tampak berpikir, sebelum akhirnya mengangguk. "Kamu benar, saya harus makan dulu. Nanti kalau saya sakit juga siapa yang jagain Alyssa?" "Betul, Tante," "Ya udah kalau gitu, Tante ke kantin dulu. Kalau ada apa-apa kasih tahu, ya." "Siap, Tante." Andrio mengangguk. Setelah memastikan Rista menjauh, Andrio celingukan menatap arah Alena berdiri dari tempat duduknya tapi Alena sudah tak terlihat, entah ke mana gadis itu. Supaya lebih aman, Andrio menghu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Dendam Anak Tiri   155. Histeris

    Keesokan paginya, Alyssa siuman. Dan ketika dia membuka mata, pertama kali yang dia lihat adalah langit-langit ruangan yang berwarna putih. Alyssa menyadari dirinya berbaring entah di mana. Yang pasti bukan di kamarnya, karena suasana ruangan bernuansa putih ini berbeda dengan suasana di kamarnya. Alyssa juga menyadari hidungnya tertutup sesuatu, lubang hidungnya terasa sejuk. Tangan sebelahnya terasa mengganjal. Dia coba melirik tangannya. Detik itu juga dia melihat kepala seorang lelaki menyender di tepian tempat tidurnya. Alyssa kembali menatap langit-langit ruangan. Di mana dia sekarang? Apakah dia di rumah sakit? Atau dia sudah berada di alam yang berbeda? Lalu, orang yang di sampingnya kini siapa? "Gue di mana?" Alyssa coba berbicara. Suaranya terdengar lirih. Dan suara itu terdengar sampai ke telinga lelaki yang berbaring di sampingnya sejak tadi. Lelaki itu pun terbangun mendengar suaranya. "Alyssa, kamu udah sadar?" Laki-laki itu tak lain adalah Andrio. Andrio terkejut meli

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • Dendam Anak Tiri   156. Pasrah

    "Ngapain lo masih di sini, Kak?" Seharian ini Andrio setia duduk di sisi tempat tidur Alyssa, menemani gadis itu. Tapi ternyata Alyssa tidak suka dengan kehadirannya. Gadis itu juga tak mengharapkan kehadirannya. Bahkan sejak tadi gadis itu menghadap belakang. Dia tak mau menatap Andrio. Ketika dilihatnya Andrio tak kunjung beranjak juga, akhirnya gadis itu bertanya. Andrio menatap Alyssa yang kini memandanginya. Gadis itu masih mengenakan oksigen di hidungnya. Andrio lalu tersenyum. "Jagain kamu, Sa." "Gue nggak butuh dijagain. Gue masih punya orang tua, kok. Ada Mami Papi yang jagain gue. Jadi lo mending pergi aja." Alyssa lalu kembali memalingkan wajahnya dari menatap Andrio. Andrio terdiam mendengarnya. Gadis itu sangat membencinya. Sebegitu kecewakah dia? Bahkan panggilan Alyssa terhadapnya juga sudah berubah. "Sa ...," panggil Andrio kemudian. Tapi Alyssa tetap bergeming di posisinya. Andrio lalu menegakkan tubuhnya. Mendekat ke gadis itu. "Kakak mau ngomong sama kamu, S

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • Dendam Anak Tiri   157. Wanita Kejam

    From Andrio: Alena, Alhamdulillah, keadaan Alyssa sekarang sudah pulih. Aku sekarang lagi di mobil ngantar Alyssa pulang sama keluarganya. Alena menatap pesan dari Andrio yang mengabarkan kabar terbaru tentang Alyssa. Lelaki itu melakukan apa yang dia suruh. Dia memang minta Andrio untuk selalu mengabarkan informasi terbaru tentang Alyssa padanya. Alena menghela napas. "Bagus kalau Alyssa udah sembuh," ucapnya yang kemudian meletakkan ponselnya kembali di meja kerjanya. Lalu gadis itu memutar kursi putarnya menghadap kaca besar yang menampakkan pemandangan kota Jakarta dari ketinggian. Gadis itu merenungkan rencana pembalasan dendamnya. Dia menyadari apa yang dia lakukan selama ini belum ada apa-apanya. Teror-teror yang dia kirim ke rumah keluarga Bagas masih sebatas peringatan. Dan dia masih berjalan di tempat. "Intinya Bagaskara adalah Ayah kandung kamu. Ibu nggak menikah dengannya karena ulah Rista. Rista itu jahat! Sangat jahat! Dia yang sudah merebut Ayah kamu dari Ibu! Dia wa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • Dendam Anak Tiri   158. Kejadian yang Tak Diinginkan

    "Papi," "Iya, Sayang?" Alyssa tersenyum menatap papinya yang duduk di sampingnya kini. Alyssa keadaannya sudah pulih dan kini gadis itu hanya perlu istirahat di rumah, berbaring di kamar, ditemani papinya. Gadis itu sangat merindukan papinya itu dan meminta papinya menemaninya berbaring. Dan tentu saja Bagas tak menolak permintaan sederhana putri semata wayangnya itu. "Maaf, ya, Pi, aku lagi-lagi bikin masalah dan bikin Papi khawatir," ucapnya kemudian. Bagas hanya tersenyum tenang. "Iya, Nak. Tapi kalau Papi boleh tahu kenapa kamu mau bunuh diri lagi, Nak? Kamu ada masalah apa? Kenapa nggak cerita sama Papi atau Mami?" Ya, Bagas sudah mendengar semua cerita itu dari Rista sebelumnya. Tentang Alyssa yang mengurung diri di kamar sebelum akhirnya bunuh diri. Alyssa terdiam. Kata-kata bunuh diri lagi terasa menamparnya. Menyadarkannya kalau dia suka berbuat ulah. Dan ini bukan yang pertama kalinya dia mencoba bunuh diri. Alyssa amat malu pada orang tuanya. Di umurnya yang sudah dewas

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13

Bab terbaru

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 132

    "Kamu nggak coba telepon suamimu?" tanya Mama Marissa.Alena hanya menggeleng."Ini Mama telepon dari tadi nggak diangkat-angkat." Wajah Mama Marissa tampak cemas sambil menatap layar ponsel. Hal itu juga menular ke Alena. Alena jadi mendadak khawatir. Kenapa suaminya tidak mengangkat telepon dari mamanya? Apa sengaja karena ingin memberi suprise? Alena masih berusaha berpikir positif."Mungkin masih di jalan kali, Ma." Putra ikut berbicara dan menenangkan."Aneh," gumam Marissa masih menatap layar ponsel. "Bikin khawatir aja ""Jangan mikir aneh-aneh deh, Ma. Berdoa aja semoga Andrio baik-baik aja dan segera sampai. Mungkin terjebak macet di jalan." Lagi sang papa mertua menenangkan istrinya.Mama Marissa hanya diam masih sibuk dengan ponselnya.Ting Tong!Tak lama kemudian terdengar suara bel menggema. Alena langsung menatap mama mertuanya. "Nah itu pasti Mas Andrio, Ma.""Biar saya ya yang bukain pintu," ucap Bi Jum yang kebetulan lewat di depan meja makan."I-iya, Bi," sahut Alena.

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 131

    Dua jam kemudian masakan Alena dan Bi Jum sudah terhidang rapi di meja makan bak sajian restoran yang siap disantap."Waduh enak nih keliatannya ...." Mama Marissa menatap hidangan makanan yang terlihat menggugah selera itu. "Oma jadi nggak sabar buat cicipin." Marissa menyengir lebar melirik cucu kesayangannya sudah duduk di kursi makan di sampingnya."Tunggu Papa!" seru balita itu semangat."Iya, Oma ngerti. Kita tunggu Papa dulu ya baru boleh makan?"Si bocah mengangguk antusias.Alena yang mendengar percakapan itu dari ambang pintu dapur hanya tersenyum simpul. Dia lalu teringat sesuatu dan merogoh ponsel di saku celana kainnya lalu perlahan berjalan ke arah ruang tengah. Hendak menelepon suaminya.***Pria itu duduk bersandar di kursi penumpang. Matanya sejak tadi memindai jalanan yang padat akan kendaraan di depannya. Sesekali macet menghampiri membuatnya semakin gelisah saja. Karena hal itu membuatnya makin lama untuk segera sampai ke rumah.Namun, dia tak lupa ada hal lain yang

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 130

    Dua tahun kemudianDua tahun sejak kepergian Andrio berlalu. Anak-anak mereka telah tumbuh kian besar dan bisa bicara dengan fasih. Hari-hari yang Alena lalui tanpa Andrio memang terasa berbeda. Walau kadang ditemani keluarganya yang membantunya--entah itu ibu mertuanya, mami dan papi. Malam-malam Alena dia lalui dengan tidur sendiri. Masalah-masalah yang menderanya dia hadapi sendiri.Walau hampir setiap hari mereka bertukar kabar melalui chat dan video call-an. Tetap saja Alena merasa berbeda. Dua tahun dia lewati semua penuh kesabaran dan harapan. Sampai tibalah hari ini. Hari di mana Andrio harusnya pulang."Pagi, Mama ...." Terdengar sayup-sayup suara mungil membangunkan, disusul kecupan hangat di pipi. Wanita itu sontak membuka mata. Lantas menoleh ke samping. Wajah balita mungil dan menggemaskan tersenyum menyambutnya.Alena tersenyum. "Pagi juga, Sayang ....""Bangun, Mama.""Iya, ini Mama udah bangun. Sini peluk dulu." Alena meraih badan mungil itu dan mendekapnya penuh cinta

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 129

    "Suami gue selingkuh, Al ....""Selingkuh gimana, Far? Lo tahu dari mana itu selingkuhannya? Siapa tahu emang cuman teman kan?""Bukan teman, Al. Tapi selingkuhannya. Udah setahun Al, gue sering baca chatingan mereka. Dari chatingannya jelas-jelas mereka ada hubungan spesial. Gue yang lebih tahu.”"Maaf, Far, co-coba sekarang lo cerita yang jelas sama gue ...."Alena sontak memejamkan mata dan menggelengkan kepala kencang-kencang setiap teringat cerita perselingkuhan sahabatnya itu.Waktu Farah memberitahu kalau pernikahannya sedang dilanda perselingkuhan oleh suaminya. Alena syok tak menyangka dan meminta sahabatnya itu bercerita dari awal pertemuannya dengan calon suaminya hingga bagaimana perselingkuhan itu terjadi. Farah mengadu padanya sambil menangis tersedu-sedu.Farah sudah menikah lima tahun lalu yang itu artinya Farah menikah beberapa bulan setelah dia menikah dengan Andrio, tepat mereka kehilangan kontak satu sama lain hingga Alena pun tidak tahu kapan Farah menikah. Farah j

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 128

    Mereka akhirnya tiba di rumah Alena. Farah begitu kagum melihat rumah Alena sampai-sampai perempuan itu membuka mulut. Rumah sahabatnya itu begitu mewah, bergaya minimalis modern.Dari depan, rumahnya terlihat tinggi dan megah karena berlantai tiga. Dinding dan tiang-tiang rumahnya terlihat kokoh karena dibangun dengan material batu. Dengan jendela lebar dan pintu yang terbuat dari kaca. Langit-langitnya tinggi. Sementara pagarnya terbuat dari besi yang tingginya melebihi kepala orang dewasa. Bahkan ketika dia sudah turun dari mobil itu pun dia masih saja terpana. "Rumah kalian semewah ini?" Farah menatap Alena tidak percaya.Alena tertawa. "Ah, elo mah berlebihan. Rumah lo emangnya nggak semewah ini?"Farah terdiam, mengingat sesuatu. Lebih tepatnya mengingat masa lalu sahabatnya itu. "Ya maksud gue ... Eng, iya Alhamdulillah kehidupan lo sekarang udah sukses dan nyaman banget." Farah tersenyum kaku. "Gue harus banget berterima kasih sama Andrio atas semua ini."Alena mengernyit hera

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 127

    "Farah?" tebak Andrio lebih dulu membuat Alena menoleh ke suaminya. Ternyata Andrio juga bisa mengenalnya."Iya, gue Farah," sahut perempuan itu kemudian.Alena kembali menatap perempuan yang mengaku Farah itu. Dia melotot tak percaya. "Farah?! Ya ampun!" Alena sontak berdiri. "Gue hampir nggak bisa ngenalin lo tahu, lo berubah banget!" Alena serta-merta memeluk Farah erat-erat. Sementara yang dipeluk juga membalas hal serupa.Mereka saling berpelukan erat. Tubuh kedua wanita itu bahkan bergerak-gerak ke kiri dan kanan karena Alena begitu antusias. Alena kemudian melepas pelukannya. "Apa kabar lo? Kebetulan banget ya kita ketemuan di sini?""Iya, maaf ya gue nggak ada kabar selama ini," jawab Farah. "Iya, nih. Nomor WA lo udah lama nggak aktif, abis itu nggak ada ngasih kabar ke gue juga. Sombong lo.""Bukannya gitu." Farah menyengir terlihat tak nyaman.Alena tertawa. "Iya, iya, gue cuman bercanda kok."Farah lalu menatap Andrio dan anak-anak mereka. "Kalian pada mau ke mana nih?""M

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 126

    "Pakaian udah, dalaman udah, pembersih muka udah, pomade udah, jam tangan udah, berkas-berkasnya udah, tiket udah, foto-foto aku sama anak-anak juga udah, hmmm apa lagi, ya ...." Alena mengecek barang-barang yang sudah dia masukkan dalam koper Andrio. "Iya semuanya udah beres."Setelah dirasa semuanya sudah lengkap, Alena pun menutup koper itu lalu menyeretnya dekat pintu agar mudah di bawa keluar. Ada dua koper yang siap Andrio bawa. Sebagian besar isinya adalah pakaian dan barang-barang penting.Bersamaan dengan itu, Andrio keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya. Pria itu baru saja selesai mandi, bertelanjang dada dengan handuk kecil melilit pinggangnya, sedangkan handuk kecil lain menyampir di bahunya. "Udah beresin semua? Makasih, ya, sayang," ucapnya saat melihat kesibukan istrinya menata koper. Dia lalu menatap cermin sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.Alena menoleh. "Udah beres. Cepetan pakai bajunya. Udah kusiapin di lemari paling depan," beritahu Alena. "Ak

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 125

    Malam harinya, Alena gelisah seorang diri di kamar. Anna dalam gendongannya sejak tadi tak berhenti menangis kencang. Kekhawatiran Alena terjawab ketika dia menempelkan jemari di kening si bayi yang terasa sangat panas. "Ya ampun, Nak. Badanmu panas banget ...." Alena berdiri menggendong anaknya, mencoba mendiamkan meski rasanya mustahil karena bayi itu sedang demam tinggi.Alena melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul tujuh. Lalu dia meraih ponsel di atas nakas, mengecek pesan dari Andrio, tapi tidak ada.Alena menarik napas, lalu mengembuskannya kembali. Hal itu dia lakukan berkali-kali sampai perasaannya tenang. "Aku nggak boleh panik. Sebaiknya aku cari tahu di g****e pertolongan pertama waktu bayi lagi demam, apa, ya?" Sambil menggendong bayi dengan tangan sebelah, dia mengotak-atik ponselnya.Dia membaca sekilas informasi yang dia dapat dari g****e. Lalu dia menghubungi Bi Jum lewat chat, minta siapkan air hangat dan kain buat kompresan. "Sabar, ya, Nak. Mama siapin air ha

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 124

    Satu tahun kemudian ...."Kupandang langit penuh bintang bertaburan ... berkelap-kelip seumpama intan berlian ...." Alena bernyanyi kecil sambil mendorong baby stroller, berjalan mengelilingi taman rumah. Di dalam kereta bayi itu ada Anna dan Kenzy.Satu tahun berlalu, tidak banyak yang berubah dari kehidupan Alena dan Andrio selain anak-anak mereka yang sudah tumbuh besar. Alena yang juga sudah terbiasa mengurusi anak-anaknya.Kenzy sudah berusia satu tahun sepuluh bulan, sedangkan Anna berusia satu tahun satu bulan. Kenzy sudah biasa bicara dengan pengucapan yang jelas, sudah mengerti diajak bicara dan sudah bisa berjalan sendiri tanpa dipimpin, sedangkan Anna sudah bisa bicara namun masih tidak jelas pengucapannya, bisa berjalan dengan dipimpin dan bisa mengerti diajak bicara juga."Mau nyanyi apalagi?" tanya Alena pada anak-anaknya. "Lagu kupu-kupu yang lucu mau?""Mau ...," jawab Kenzy sambil mendongak menatapnya, sedangkan Anna hanya menatap ke segala arah."Oke, kita nyanyi lagu

DMCA.com Protection Status