Home / Romansa / Dendam Anak Tiri / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Dendam Anak Tiri: Chapter 141 - Chapter 150

325 Chapters

140. Putus?

"Halo, Kak Andrio," sapa Alyssa lebih dulu begitu sambungannya terangkat. "Halo, Sa. Ada apa?" "Kak, tolongin gue, Kak." "Tolong apa, Sa?" "Mami, Kak Andrio. Mami dalam bahaya. Teror itu ... Teror itu ada lagi, Kak. Se-sekarang, sekarang ada kiriman batu nisan atas na-nama Mami, Kak." Alyssa terlampau panik hingga dia sulit menjelaskannya. Rasanya dia ingin menangis sekarang. "Papi lagi nggak ada. Tolongin gue ke sini, Kak. Datang ke sini, temenin Mami." Andrio terdengar menghela napas. "Tapi sekarang Kakak lagi mau berangkat ke rumah sakit, Sa." Alyssa rasanya tak percaya dengan apa yang dia dengar. Andrio lagi-lagi menolak permintannya, bahkan disaat genting seperti ini. "Nggak bisa izin, ya, Kak." Alyssa masih berharap Andrio mau menolongnya. "Kenapa nggak kamu aja yang izin, Sa. Itu 'kan masalah keluarga kamu." "Kak!" Alyssa benar-benar tak percaya dengan ucapan Andrio. "Kakak kok ngomongnya gitu? Keluargaku lagi ada masalah. Papi juga lagi nggak ada. Aku nggak tahu lagi
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more

141. Pertanda?

"Kak Andrio!" Mata Alyssa membuka lebar. Dia sedikit lega begitu dia membuka mata yang dia lihat pertama kali adalah langit-langit kamarnya. Namun, napasnya masih tersengal. Dahinya berkilat karena keringat. Alyssa menangis tanpa suara. Dia sangat bersyukur kalau semua itu hanya mimpi. Mimpi itu sangat buruk. Dan terasa sangat nyata sampai-sampai rasa sakit hati yang dia rasakan dimimpi tadi masih terasa sampai sekarang. Alyssa memegangi dadanya yang berdegup kencang. Lalu gadis itu bangun dari pembaringan. Mengedar pandang ke dalam kamarnya memastikan di mana dia berada sekarang. Ternyata benar, dia habis bermimpi. Alyssa menepuk-nepuk pipinya lagi, memastikan kalau ini hanya mimpi. Setelah berusaha menyadarkan dirinya, Alyssa pun yakin kalau barusan dia hanya bermimpi. "Untung aja bukan kenyataan," gumamnya sambil menghela napas dan mengusap dadanya. Mimpi itu sangat menyeramkan. Dia bermimpi maminya dapat teror kiriman batu nisan atas nama maminya. Lalu saat dia minta tolong ke
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more

142. Menjadi Kenyataan

Rista membelalak. Dia terkejut dengan apa yang dia lihat. Serta-merta dia menjerit dan melemparkan benda itu ke teras. Rista ketakutan sambil menggeleng kencang-kencang. Dia pun segera masuk ke dalam rumah, mengunci pintu dengan tangan gemetar. Lalu bersembunyi di kamar. Di dalam kamar, Rista terduduk di balik pintu. Ucapan Alyssa tadi subuh langsung membayanginya. "Tadi aku mimpi buruk, Mi. Aku mimpi teror itu datang lagi." "Mimpi Alyssa benar-benar jadi kenyataan," lirihnya. Telapak tangannya kini sudah berkeringat dingin. Dia sungguh takut, sangat takut. Terlebih ketika tulisan namanya di batu nisan itu kembali membayangi. Apa maksud dari teror itu? Apakah si peneror itu akan membunuhnya? Rista menggeleng sambil masih memeluk lutut. "Aku takut ...," lirihnya. "Aku takut!" Rista berteriak tertahan. *** Malam harinya. Alyssa baru pulang dari rumah sakit. Seperti biasa, gadis itu pulang-pergi ke rumah sakit menggunakan motor saja agar sampai lebih cepat. Alyssa langsung me
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more

143. Berkisah

Alyssa mondar-mandir di kamarnya sambil menempelkan benda pipih itu ke telinganya. Menunggu sambungannya diangkat oleh Andrio. Ya, Alyssa sedang menelepon Andrio. Hingga akhirnya teleponnya diangkat. "Halo, Kak Andrio," sapa Alyssa lebih dulu. "..." "Kak Andrio lagi sibuk nggak?" "..." "Hmmm Kak Andrio bisa ke sini sekarang nggak? Ada yang mau aku omongin, penting, Kak. Please kali ini datang, ya." Alyssa terlihat harap-harap cemas. Tentu saja dia sangat berharap kekasihnya itu datang kali ini. Tidak menolak permintaannya dan beralasan lagi seperti sebelum-sebelumnya. "..." Alyssa langsung tersenyum lebar mendengar.kata singkat namun berarti itu. "Oke, Kak. Sekarang aku tunggu, ya. Kalau perlu jangan lama, ya." "..." "Oke, see you, Kak." Alyssa meloncat kegirangan di kamarnya. Kali ini Andrio tidak menolak permintannya. Sungguh dia merindukan kekasihnya itu. Mereka memang lumayan lama tidak berjumpa. Dilihat dari gelagat Andrio, lelaki itu sama sekali tak keberatan dimint
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

144. Mimpi Buruk yang Menjadi Kenyataan

"Lalu?" "Mami ketakutan karena hal itu. Mami bahkan nggak berani tinggal sendirian besok. Gimana, ya, Kak. Mami benar-benar nggak ada temen." Andrio terdiam, sebelum akhirnya menjawab. "Kamu udah kasih tahu Papi kamu?" Alyssa menggeleng. Gadis itu lalu ikut mencomot kue lapis dan memakannya. "Kenapa?" "Malas," jawabnya sambil mengunyah. "Palingan Papi sibuk di sana. Lagian 'kan Papi jauh, nggak bisa lakuin apa-apa juga." "Tapi paling nggak 'kan dia tahu. Siapa tahu Papi kamu punya solusi untuk hal ini." "Iya, tapi aku butuh pertolongan cepat, Kak. Dan aku harap kamu bisa nolongin keluarga aku. Cuman kamu yang aku harapin sekarang, Kak." Andrio menghela napas "Lalu kamu maunya aku gimana?" Andrio sebenarnya datang ke sini karena ada hal penting juga yang ingin dia sampaikan pada gadis itu. Namun, melihat keadaannya sekarang, dia ragu ini waktu yang tepat. "Kamu bisa 'kan temenin Mami di rumah besok?" Andrio tertegun mendengarnya. Dia berhenti mengunyah. "Ya, nggak bisalah, Sa.
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

145. Mimpi Buruk yang Menjadi Kenyataan (2)

"Kakak kok diam?" teguran Alyssa menyadarkan Andrio seketika. "Itu nggak bener 'kan, Kak?" Alyssa memastikan lagi. "Sa." Andrio malah memanggilnya. "Kenapa, Kak?" Perasaan Alyssa mulai waswas. "Mimpi kamu itu benar, Sa." Andrio mengatakannya tanpa menatap wajah Alyssa yang memandangnya dengan raut terkejut. Andrio fokus menatap pangkuan gadis itu. "Maksud kamu apa, Kak?" Alyssa pura-pura tak mengerti. "Ya, mimpi kamu memang benar." Andrio memberanikan diri menatap Alyssa. "Semua yang ada dalam mimpi kamu itu benar. Kakak memang nggak bisa mencintai kamu. Dan Kakak ingin mengakhiri hubungan ini." Andrio menatap Alyssa serius. Alyssa malah tertawa sumbang. "Kenapa ketawa, Sa? Kakak kali ini serius." Alyssa masih tersenyum. "Kamu pasti nge-prank aku 'kan? Atau kamu mau nguji aku?" Alyssa menggeleng. "Aku nggak percaya, Kak." "Kakak serius, Alyssa. Ini bukan prank atau bercanda. Tadinya Kakak niat ke sini juga mau bahas masalah ini. Kakak mau jujur sama kamu. Terus terang selama
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

146. Single

"Jadi lo udah mutusin Alyssa? Serius?" Alena menatap Andrio tak percaya. Andrio mengangguk serius. "Buat apa gue bohong." "Nggak maksud gue bukan gitu. Gue cuman nggak nyangka aja lo bisa mutusin Alyssa secepat itu?" Alena masih menatap Andrio yang duduk di hadapannya dengan pandangan tak percaya. Seminggu sudah terlewati sejak Andrio memutuskan Alyssa di rumahnya malam itu. Dan tanpa terasa hari ini bertemu lagi dengan hari minggu. Dan seperti biasa--sejak Andrio menyatakan cinta padanya--Alena sering mengajak Andrio ketemuan di waktu senggang mereka. Saat ini mereka ketemuan di sebuah kafe. "Buat apa lagi nunggu lama-lama. Lebih cepat lebih baik 'kan?" "Tapi dia nggak marah atau lakuin hal-hal aneh 'kan?" tanya Alena lagi. "Sepertinya nggak. Sampai sejauh ini aman-aman aja. Gue juga nggak denger kabar buruk dari orang tuanya." "Lo yakin?" "Yakin nggak yakin. Memangnya kenapa, Al?" "Gue cuman takut Alyssa nekat lagi." Walau sebenarnya Alena sangat ingin Alyssa melakukan sesua
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more

147. Kejutan

"Oh, iya. Katanya mau kasih kejutannya di mobil, mana?" tanya Andrio kala teringat dengan kejutan yang Alena janjikan. Alena mengerling ke lelaki itu. "Hmmm penasaran, ya." "Iya, dong." "Bentar." Alena merogoh saku yang ada di belakang kursi mobil tempat dia duduk. Dan mengambil sesuatu dari sana. "Ini dia!" Alena menunjukan sebuah selebaran di hadapan Andrio dengan tersenyum lebar. Andrio menatap selebaran itu sekilas. "Apaan tuh?" "Nggak bisa baca? Ini selebaran lomba nyanyi." "Lomba nyanyi?" Kedua alis Andrio bertaut. "Iya. Lo masih suka nyanyi 'kan?" Andrio mengangguk. "Suka." "Gue mau lo ikut ini. Lo harus ikut lomba bernyanyi." Alena tersenyum. Tawa Andrio pecah memenuhi ruang mobil itu membuat senyum Alena berubah menjadi tatapan heran. "Kok ketawa, sih. Gue nggak lagi melucu, Andrio, gue serius." Alena terlihat kesal. "Gue emang suka nyanyi, sih," jawab Andrio setelah tawanya mereda. "Gue sadar suara gue juga bagus. Tapi di luaran sana masih banyak orang yang suaran
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more

148. Panti Asuhan

"Hari ini lo mau ajak gue ke mana?" Alena baru saja selesai mandi ketika dia mendengar pintu apartemennya diketuk. Gadis itu membuka pintu dalam keadaan memakai pakaian sederhana dengan rambut digelung handuk. Ternyata tamu itu adalah Andrio. Sore ini, lelaki itu baru saja pulang koas dan langsung mampir ke sini, katanya mau mengajak Alena ke suatu tempat. Dia juga ingin memberi Alena kejutan. Karenanya Alena bertanya. "Liat aja nanti," jawab Andrio. Alena mencebik. "Sok rahasia. Ya udah gue ganti baju dulu, tunggu di dalam." Andrio mengangguk dan mereka masuk ke apartemen itu. "Duduk di sini, Andrio." Alena mempersilakan Andrio duduk di sofa. Dia takut kalau lelaki itu malah mengikutinya sampai ke kamar. Pasalnya, akhir-akhir ini Andrio suka berbuat hal-hal yang tak terduga. Lelaki itu cenderung agresif. Dan itu membuat Alena merasa waswas. "Iya." Andrio pun duduk di sofa. Sembari menunggu Alena berpakaian, lelaki itu melepas jas kedokterannya yang masih dia kenakan. Hingga h
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more

149. Perdebatan Kecil

Alena dan Andrio akhirnya pulang, setelah berdiskusi panjang lebar dengan ibu panti asuhan yang berakhiran dengan mereka gagal menitipkan anak jalanan itu ke panti. "Gue 'kan bilang juga apa. Jangan dititipin ke panti asuhan," ucap Alena ketika mereka telah di dalam mobil menuju ke apartemennya. "Lagian lo juga sembarangan aja, anak-anak itu juga belum tentu mau. Belum lagi ngurusin berkas-berkas mereka. Gue aja nggak tahu akte, KK mereka segala macam di mana? Ribet urusannya." Alena terlihat kesal dan melempar pandang ke jalanan tol. "Gue 'kan cuma mau yang terbaik buat mereka, Al. Tinggal di panti asuhan jauh lebih baik daripada mereka tinggal di rumah kardus. Kalau masalah berkas-berkas tinggal tanya aja ke mereka." "Kalau memang lo mau yang terbaik ya kita 'kan bisa nolongin mereka. Beliin mereka rumah yang lebih bagus yang bisa buat mereka tinggal ramai. Atau sekolahin mereka kalau mau. Nggak perlu melibatkan pihak lain." "'Kan udah pernah gue bilang sebelumnya, lo nggak bisa
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
33
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status