Home / Romansa / Dendam Anak Tiri / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Dendam Anak Tiri: Chapter 131 - Chapter 140

325 Chapters

130. Mendesak

Andrio serta-merta menggeleng mendengarnya. "Nggak gitu, Al. Gue beneran cinta sama lo!" "Ya udah, kalau gitu buktiin! Gue butuh pembuktian, bukan sekadar omong doang." Andrio menghela napas. "Gue mau banget putus dari dia, Al. Tapi gue juga butuh waktu. Apalagi sekarang dia sering curhat ke gue tentang masalahnya." "Masalah apa?" "Akhir-akhir ini rumahnya lagi diteror. Dan sekarang sampai beberapa hari ke depan, Om Bagas nggak ada di rumah. Alyssa curhat ke gue kalau dia takut maminya kenapa-kenapa. Rumahnya nggak ada orang. Dia juga kadang ngajakin gue nginap ke rumahnya, tapi gue tolak." Alena terdiam mendengarnya. Teror yang dimaksud itu pasti teror ulahnya. Dan Alena pun menyadari dirinya terlalu terburu-buru. Seharusnya dia tak perlu mendesak Andrio seperti itu. Dia juga khawatir kalau sikapnya barusan justru membuat Andrio tidak nyaman. Harusnya dia bisa mengertikan Andrio. Dia juga tidak ingin Andrio curiga padanya kalau dirinya sedang dimanfaatkan. Alena tahu, Andrio lela
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

131. Menjemput Anak Jalanan

Mobil BMW hitam milik Andrio menepi di jalanan tanah kuning yang ada di antara hutan-hutan. Sejak tadi Alena yang menyetir mobil Andrio karena dia lebih tahu alamat rumah anak jalanan itu dan dia minta ke Andrio mengizinkannya untuk menyetir mobil tersebut. "Kita udah sampai, yuk turun," ajak Alena yang keluar lebih dulu. Andrio masih sibuk memperhatikan daerah itu yang terlihat sepi. Sebelum akhirnya dia juga ikut turun. "Rumah anak jalanannya di mana?" tanya Andrio sambil mengedar pandang ke sekeliling wilayah itu yang didominasi pepohonan. "Di sana." Alena menunjuk arah dalam jalanan tanah kuning. "Masuk ke sana." Alena berjalan lebih dulu. Andrio mengiring di belakangnya. Selama dalam perjalanan menuju ke mari tadi, Alena bercerita ke Andrio bagaimana bisa dia bertemu anak jalanan itu hingga menolong mereka dan membuatkannya rumah kardus di daerah ini. Alena juga bercerita mengenai Bu Ratih yang selama ini telah menolongnya. Bu Ratih yang belum lama meninggal melimpahkan seluru
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

132. Menjemput Anak Jalanan (2)

"Kalian tadi udah benar. Kakak pacarnya Kak Alena." Andrio menyengir lebar sambil melirik Alena yang menatapnya tajam. "Tuh 'kan bener. Kenapa tadi Kak Alena bilang bukan?" tanya Boby sambil menatap Alena seolah menginterogasi gadis itu "Kak Alena-nya malu mau ngakuin Kakak sebagai pacarnya." Sebelum Alena menjawab, Andrio menyahut lebih dulu. "Oh gitu. Ih Kak Alena malu-malu segala." Mereka lantas tertawa. "Andrio!" desis Alena menatap Andrio kian tajam. "Oh iya Kakak ke sini mau ngajakin kalian ke apartemen Kakak seperti janji Kakak kemarin." Alena langsung mengutarakan niatnya ke sini sekaligus mengalihkan topik pembicaraan, berharap anak-anak itu tidak mengejeknya lagi. "Jadi 'kan?" "Jadi dong, Kak," jawab Boby mewakili teman-temannya. "Kami malah nungguin dari tadi. Kirain Kak Alena nggak jadi datang." "Maaf, ya. Kakak emang agak telat tadi." "Iya, Kak, nggak pa-pa." "Ya udah kalian siap-siap dulu, gih. Kakak tungguin di depan, ya." "Siap, Kak." Alena pun keluar dari r
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

133. Menitipkan ke Panti Asuhan?

"Kak Andrio! Kak Alena!" Alena membelalak dan sontak berbalik mendengar suara itu. Boby terlihat berdiri menatapnya panik. "Kenapa, Boby? Udah siap?" tanyanya. "Kita nggak jadi jalan, Kak, hari ini." "Lho, kenapa?" Alena langsung terheran, begitu pun Andrio. "Salah satu teman kami sakit, Kak," Alena pun terkejut. "Siapa yang sakit?" "Reyhan, Kak." "Ya ampun." Alena melirik Andrio sekilas. "Reyhan sakit apa?" "Reyhan demam tinggi, Kak. Dia lagi baring di kamar. Sebenarnya emang dari tadi dia nggak keluar kamar, kami kira dia cuman tidur. Ternyata pas kami periksa badannya panas," jelas Boby panjang lebar. "Kakak mau liat keadaannya sekarang." Tiba-tiba Andrio menyahut. "Ayo, Kak." Boby, Andrio dan Alena langsung bergegas masuk ke rumah kardus yang kecil dan sempit itu. Boby mengantar mereka sampai ke kamarnya. Di dalam kamar mereka yang berantakan, Reyhan terlihat meringkuk di atas kasur ampar. Andrio langsung berjongkok di dekat anak itu. Andrio memegangi lengan anak itu.
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

134. Menitipkan ke Panti Asuhan? (2)

"Urusan itu biar nanti kita pikirin. Sekarang urus Reyhan dulu," jawab Alena akhirnya. Gadis itu seperti tak mau membahas masalah itu dulu. "Sekarang gini aja. Gue balik ke tempat tadi buat jemput Boby atau siapa buat jagain Reyhan di sini. Abis itu gue antar lo pulang. Besok kita ke sini lagi, jemput mereka." Alena menatap Andrio tak suka. "Memangnya kenapa kalau gue di sini? Lo kenapa kayak nggak suka gue bantuin mereka?" Jeda sejenak. "Gue jadi nyesel udah ngasih tahu lo tentang mereka. Gue pikir lo dukung gue!" Alena lalu mengalihkan tatapannya. Andrio menghela napas. "Bukan gue nggak dukung lo. Tapi gue cuma kasih saran yang terbaik. Mereka ke panti asuhan. Itu yang terbaik. Mau sampai kapan lo ngurusin mereka coba? Mereka bukan sepenuhnya tanggung jawab kita. Lo hanya orang yang mau membantu mereka tapi bukan tanggung jawab lo juga--" "Lo tuh nggak pernah hidup susah, Andrio! Nggak kayak gue. Jadi lo nggak tahu apa yang pernah gue dan anak-anak itu rasain! Udahlah kalau lo
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more

135. Pura-Pura Miskin ?

Alena pun membuka kaca jendela tersebut pelan. "Ada apa, Dek?" tanyanya. "Minta sedekah, Kak. Kami belum makan, Kak," kata anak perempuan itu sambil menyodorkan kaleng kecil. Alena kasihan melihatnya. "Bentar, ya." Alena lalu merogoh tasnya untuk mengambil uang. Alena mengeluarkan selembar uang kertas berwarna hijau dan memasukkan ke dalam kaleng anak itu. "Ini, Dek." "Makasih, Kak." "Sama-sama." Alena tersenyum. Anak perempuan itu berlalu. Kembali berjalan di sisi mobil-mobil lain dan mengetuk kaca jendelanya. Alena masih memperhatikan pemandangan itu. Perasaannya sungguh teriris tiap melihat anak-anak jalanan itu. Nasib anak itu lebih menyedihkan daripada nasibnya dulu. Waktu seusia mereka, Alena tidak pernah disuruh oleh ibunya untuk meminta-minta seperti itu, meski hidup mereka susah. "Gue kasihan lihat anak-anak itu," gumam Alena kemudian tanpa mengalihkan pandangannya. "Di usia dini di mana mereka harus sekolah, mereka justru udah cari duit." Andrio hanya diam mendengarnya.
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

136. The Kiss

Mobil Andrio tiba di depan gedung apartemen Alena yang menjulang tinggi ketika hari sudah gelap. "Udah sampai, nih," ucap Andrio. "Nggak mampir dulu?" Sebelum turun, Alena menawarkan Andrio mampir, tapi Andrio terlihat ragu. "Sebentar aja. Rumah lo 'kan jauh. Istirahat dulu di apartemen gue. Minum dulu, baru pulang. Lo juga udah ngantarin gue dan bantuin gue ngurusin anak-anak itu 'kan?" Setelah berpikir lama, Andrio akhirnya mengangguk. "Oke, deh." Andrio mematikan mesin mobilnya dan mencabut kunci mobilnya. "Oke, ayo turun." Alena tersenyum senang dan turun lebih dulu, kemudian disusul Andrio. Alena dan Andrio menyusuri lorong menuju ruang apartemen Alena berada. Lorong itu tampak sepi, tak terlihat orang-orang lewat. Di kiri-kanan lorong itu terdapat pintu-pintu. Alena berhenti di depan pintu nomor 121. "Ini apartemen gue," katanya sambil membuka kunci pintu ruangan itu. Setelah pintu dibuka, Alena masuk lebih dulu dan diiringi Andrio. Selagi Alena menutup pintu kembali, And
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

137. The Kiss (2)

Andrio berbaring menatap langit-langit kamarnya. Dia mengingat kembali apa yang sudah dia dan Alena lakukan tadi. Ketika Alena mencium bibirnya. Kejadian itu begitu cepat hingga dia tak sempat menolak. Dia tak menyangka Alena senekat itu. Dan anehnya dirinya juga tidak menolak dan malah membalas ciuman itu. Andrio masih ingat jelas bagaimana kejadian itu terjadi "Jadi maaf, ya. Gue pulang sekarang." Andrio baru akan berbalik badan ketika tiba-tiba dia merasa pergelangan tangannya dipegang. Andrio berbalik lagi. "Apa lagi, Al?" Dia melihat Alena maju mendekatkan diri padanya. Manik hitam gadis itu menusuk matanya lekat. Dia merasakan telapak tangan gadis itu menyentuh dadanya dan mengusapnya. "Please, temanin gue di sini. Sebentar, aja, ya." Permintaan itu lebih terdengar seperti rayuan yang tak ingin ditolak. Sepersekian detik kemudian, Alena berjinjit. Sekonyong-konyong Andrio merasakan sesuatu yang lembut sekaligus hangat dan basah, melumat bibirnya. Andrio awalnya terkejut,
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

138. Siapa Itu?

"Mami nggak masalah kalau nanti aku koas, tinggal sendirian lagi?" Pagi itu Alyssa dan Rista tengah menikmati sarapan di meja makan, hanya berdua. Tidak ada Bagas yang biasa ikut meramaikan suasana di meja makan. Suasana jadi terasa sepi. Serasa ada yang kurang. Sebenarnya sejak kemarin Alyssa keberatan ayahnya pergi ke luar negeri. Bukan masalah sepi atau dia tidak punya teman. Tapi ada hal yang lebih serius daripada itu. Yang mengganggu pikirannya sejak kemarin. Dia kepikiran maminya. Bagaimana nanti kalau dia sedang di rumah sakit, maminya tinggal sendirian dan teror itu mengganggu maminya lagi? Siapa yang bisa mengatasi itu? "Ya mau gimana lagi?" Tidak seperti Alyssa, Rista sama sekali tidak keberatan akan hal itu. "Lagian akhir-akhir ini teror itu udah nggak ada lagi 'kan? Bener kata Papi, teror itu agaknya nggak serius. Ujung-ujungnya dia berhenti sendiri." "Papi perginya di waktu yang nggak tepat," balas Alyssa lagi terdengar kesal. "Udah tahu kita lagi ada masalah teror.
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

139. Sebuah Kiriman

"Mi ... Mami!" Rista langsung keluar mendengar Alyssa menjerit-jerit. "Apa, Sa?" Tanpa disuruh lagi, Rista melihat isi kotak dalam tangan Alyssa. Wanita pun membelalak. Kotak itu berisi batu nisan yang terbuat dari kayu berwarna putih dan bertuliskan nama lengkap Rista dengan spidol hitam. "Apa maksudnya ini, Mi? Maksud si peneror itu apa, sih? Dia mau bikin Mami mati? Siapa sih pelakunya?" Alyssa tampak geram. Dia menatap nanar halaman rumahnya yang luas dan sepi. "Woi, siapa pun yang melakukan ini keluar! Jangan sembunyi! Jangan jadi pengecut! Gue nggak takut!" "Alyssa." Rista menginterupsi membuat Alyssa menatapnya. "Percuma kamu teriak-teriak. Orang yang mengirimkan ini pasti udah pergi jauh." "Aku mau tanya satpam dulu." Alyssa lalu berlari ke arah post satpam di dekat gerbang sambil membawa benda itu. "Pak! Pak Safril!" Alyssa berteriak-teriak memanggil satpamnya yang tak terlihat di postnya. Tak lama kemudian seorang laki-laki berseragam putih biru khas satpam muncul dari
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
33
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status