Aku terduduk di trotoar taman, menangisi nasibku yang tak pernah baik ini. Sekarang, aku harus bagaimana? Apa yang harus kulakukan? "Kenapa, Dek? Ini sudah mau malam, kok nggak pulang?"Aku mendongak, seorang lelaki atau yang bisa kusebut sebagai om itu tersenyum. Aku sendiri menggeleng, masih enggan untuk pulang. Meskipun tak akan ketahuan sekarang, tapi suatu hari nanti, pasti akan ketahuan kan? Seiring berjalannya waktu, akan terlihat juga. "Om anterin, ya?" "Nggak usah, Om." "Mau jalan-jalan? Barangkali kamu ada masalah, sehingga butuh teman untuk bercerita?"Tawaran dari Om itu membuatku kembali berpikir, lalu mengangguk. Ya, mungkin jalan-jalan bisa membuat pikiranku sedikit fresh. Aku mengikuti langkah orang yang bernama Om Hendra itu, lalu masuk ke dalam mobilnya. Sedikit canggung, lalu mobil pun melaju. Kami banyak bercerita. Om Hendra, bisa membuatku nyaman. Hingga akhirnya aku menceritakan soal kehamilanku. "Jadi, kamu mau menggugurkannya?" "Nggak Om, aku takut." "Ka
Read more