Home / Rumah Tangga / Karma untuk Suami Pelit / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Karma untuk Suami Pelit: Chapter 151 - Chapter 160

231 Chapters

151. Perjaka Tua

JoanAku sangat senang ketika bertemu Lisa dan dia sedang dalam proses cerai dengan suaminya. Berarti kesempatanku untuk mendekatinya terbuka lagi, setelah dua kali gagal. Pertama kali aku menaruh hati padanya ketika sekolah, namun tak sempat diucapkan karena aku tidak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaan ini. Pun ketika kami sama-sama lulus kuliah, aku yang masih belum percaya diri karena belum punya pekerjaan kalah star oleh pria bernama Riko. Aku patah hati, tapi melihat binar bahagia di mata wanita pujaanku saat di pelaminan, hatiku sedikit tenang. Itu artinya, meski tidak denganku, setidaknya Lisa bahagia bersama pilihannya. Pernikahannya terkesan sederhana, tapi saat itu Lisa selalu tersenyum.Tapi belakangan, ketika aku tidak sengaja bertemu dengannya atau melihat foto gadis itu diupload, aku kembali resah. Lisa nampak kurus dan tidak terawat. Apa itu artinya dia tidak bahagia bersama Riko? Tapi aku tidak mendapatkan informasi apapun. Lisa begitu tertutup, ia tidak me
last updateLast Updated : 2023-03-18
Read more

152. Atur Siasat

Saat makan malam, mama masih membahas perih Lisa. Padahal aku masih malas membicarakannya. Alhasil Mama hanyalah bicara sendirian.Obrolan Mama terhenti ketika ponselnya berdering."Iya, Jeng. Nanti kita bisa atur, yang penting Bela sudah setuju."Bela siapa? Apa itu wanita yang ingin mama jodohkan denganku. Apa dia Bela anaknya tante Ina. Wanita yang gila kerja sehingga tidak memikirkan pernikahannya sampai usianya yang sekarang."Iya, coba kirim foto terbarunya, biar nanti aku tunjukan sama Joan."Benar, ternyata yang ingin mama jodohkan denganku itu adalah Bela anaknya tante Ina sesuai dengan pikiranku.Setelah Mama mengakhiri panggilannya, wanita yang melahirkanku itu kemudian mengotak-atiknya ponselnya sebentar lalu memberikannya padaku."Ini dia, kamu pasti kenal 'kan? Kalian pernah bertemu beberapa kali.""Ini Bela? Anaknya tante Ina yang perawan tua itu? Memangnya kenapa?" Pertanyaanku terkesan lucu karena aku berpura-pura tidak mengerti maksud mama."Kamu ini gimana, sih, Jo?
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more

153. Pulang Sekarang!

Setelah dibujuk beberapa kali, akhirnya Lisa mau juga datang di acara kumpul dengan teman-teman SMA. Awalnya dia menolak karena takut masalah rumah tangganya bocor pada teman-teman. Tapi setelah meyakinkan bahwa aku tidak akan mengatakannya pada siapapun, akhirnya Lisa mau kujemput di butiknya.Ini untuk pertama kalinya kami berada dalam satu mobil. Apalagi Lisa mau duduk di sampingku, rasanya bahagia sekali. Aku membayangkan jika dia menjadi istriku, mungkin seperti ini setiap hari. Dulu waktu sekolah, kami pernah berboncengan dengan sepeda motor. Saat itu Lisa sangat menjaga jarak, dia tidak mau tubuhnya menempel padaku. Sungguh dia memang wanita idaman. Kali ini pun, awalnya dia menolak duduk di depan. Tapi setelah kukatakan bahwa aku bukan supirnya, dengan ragu ia pun mau duduk di depan. Sepanjang perjalanan aku mencoba mengajak Kayla, anaknya Lisa berbicara. Tentang apa saja yang dilihatnya, sebagai calon ayah yang baik, aku harus membangun komunikasi yang baik pula dengan anak
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more

154. Wanita Karir

Dugaanku benar, mama mengajakku bertemu dengan tante Ina. Tapi di mana Bela? Perawan tua itu tidak ada duduk bersama ibunya. Tante Ina menunggu kami sendirian di sebuah cafe. Ingin bertanya pada mama ataupun tante Ina, tapi nanti malah mereka menyangka aku setuju dengan perjodohan ini. Lebih baik aku diam saja, paling juga perawan tua itu sibuk meeting atau kunjungan ke luar kota dan kegiatan kerja yang lainnya. Ah, mendengarnya saja aku sudah merasa bosan. Membayangkan jika nanti wanita seperti itu yang menjadi istriku. Lalu kapan kami punya waktu bersama?"Sudah lama nunggu, ya, Jeng? Maaf, ini anak ganteng mandinya lama," ucap mama begitu sampai di dekat meja tante Ina. Kenapa mama memutar balik fakta, padahal mandiku cepat, berpakaian juga cepat. Seolah-olah mama ingin mengatakan kalau aku ingin tampil sempurna di pertemuan ini. Menyebalkan."Tidak apa-apa, Jeng. Saya maklum, kok. Sepertinya Nak Joan juga ingin terlihat sempurna. Padahal nggak mandi dan dandan lama juga, Nak Joan
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more

155. Kerjasama

Para orang tua memang selalu antusias pada pernikahan anak-anaknya. Tanpa bertanya kesiapan mereka, baru kalau sudah ada apa-apa dengan rumah tangganya, anak juga yang disalahkan."Oh ya, Jeng Anita. Bela 'kan sudah datang, bagaimana kalau kita tinggal saja mereka berdua. Supaya lebih akrab lagi." Tante Ina mencolek lengan mama yang duduk di hadapannya. Matanya mengerling yang kemudian disambut oleh suara tawa mama."Ah iya, Jeng Ina. Saya sampai lupa, kalau begitu kita jalan dulu ke seberang, yuk. Lihat-lihat barangkali ada diskon." Mama menunjuk ke arah seberang cafe, di mana terdapat sebuah mall besar di sana."Ide bagus Jeng Anita, ibu-ibu memang selalu gila belanja tapi jangan lupa juga melihat-lihat diskon. Itu sangat penting." Keduanya lalu tertawa, kemudian mereka bangkit hampir bersamaan."Jo kamu ngobrol sama Bela, ya. Mama mau jalan dulu ke depan," pamit Mama padaku. Mau tidak mau aku pun mengiyakan, tidak enak kalau menolak secara langsung."Mama juga pamit dulu, ya. Kalia
last updateLast Updated : 2023-03-22
Read more

156. Sepakat

Pertemuan ini ternyata tidak se-seram yang kubayangkan. Lantaran Bela sama halnya dengan diriku, tidak setuju dengan perjodohan ini. Wanita itu sedang mengejar karirnya, sementara aku sedang mengejar cinta wanita pujaanku. Kerjasama yang ditawarkan oleh Bela pun kusambut dengan baik. Untuk beberapa hari ke depan, kami berkomitmen untuk pura-pura ingin mengenal lebih dekat."Ini bukan yang pertama kali bagiku, Jo. Beberapa waktu yang lalu, mama juga pernah mengenalkan aku pada salah seorang anak rekan bisnis papa. Sayangnya pria itu malah menyetujui rencana orang tua kami. Jadi langsung kutolak saja." Bela memulai percakapan lagi sambil sesekali menyeruput minumannya.Aku tersenyum miris mendengar penuturan Bela. "Mama memang sering membahas soal pernikahan. Tapi baru kali ini aku dipertemukan dengan seseorang." Aku mengusap tengkuk. Kami berdua jadi saling curhat tentang keinginan orang tua masing-masing. Obrolan kami berlanjut beberapa menit sampai pada akhirnya Bela berpamitan. "
last updateLast Updated : 2023-03-23
Read more

157. Menyebut Namanya

Saat jam makan siang esok harinya, tanpa memberitahu Lisa terlebih dahulu aku pun datang ke butiknya, bermaksud untuk mengajak makan siang di luar. Akan tetapi, dia bilang mau makan di butik saja lantaran Kayla sedang tidur. Lisa memang seorang ibu yang sangat memperhatikan anaknya, aku tahu itu. Tapi setelah kubujuk dengan alasan ada hal penting yang ingin aku sampaikan, akhirnya dia mau pergi denganku. Aku pun mengajaknya makan siang di sebuah restoran yang cukup mewah. Kemarin, ketika aku dan Bela berpisah di parkiran, sebelum dia menuju mobilnya, Bela sempat berpesan padaku."Jika kamu sedang suka sama seseorang, perjuangkan Jo. Jangan sampai kamu menyesal karena membiarkan kesempatan itu berlalu begitu saja."Aku hanya mengacungkan dua jempol sebagai respon pada ucapan Bela. Dari semalam, aku terus berpikir. Maka hari ini aku harus bergerak cepat, khawatir kalau Agus, atau siapapun teman kami mendahuluiku mendekati Lisa lebih serius.Aku memberanikan diri untuk mengatakan perasa
last updateLast Updated : 2023-03-24
Read more

158. Tidak Cocok

Berselang dua hari, aku sengaja lewat ke butik. Tapi tidak melihat Lisa ada di sana. Mungkin sedang di dalam atau keluar makan siang. Sebenarnya aku ingin menemui wanita itu, tapi khawatir Lisa masih marah. Iseng aku menghubungi Bela dan ternyata perawan tua itu sedang makan siang tak jauh dari kantorku."Oke, aku ke sana, ya."Setelah mengakhiri panggilan, aku pun segera tancap gas menuju cafe tempat Bela berada. Tak sulit menemukan tempat duduk gadis itu lantaran Bela sudah memberitahukannya."Mama kamu pasti senang jika tahu anaknya berada di sini bersamaku," kekeh Bela sesaat setelah aku menghempaskan tubuh di kursi yang berhadapan dengannya."Aku memang berniat mengajakmu bertemu siang ini." "Oh ya?" "Ya.""Ada apa?""Supaya mama senang." Tawa bela kembali berderai. Aku juga tak mengerti kenapa bisa mudah akrab dengan Bela. Apa mungkin karena kami punya komitmen yang sama, sama-sama menolak perjodohan ini."Apa kamu bermaksud melaporkan pertemuan kita pada tante Anita?" tany
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

159. Penasaran

"Benarkah?""Iya, sepulang dari kita ketemuan. Aku nganterin sepupu ke Mall. Kebetulan dia pengen beli ponsel baru. Di sana aku ketemu tante Anita dan .... ""Dan apa?""Aku memperkenalkan sepupuku itu sebagai kekasihku pada tante Anita."Sampai di situ Bella berhenti, memberikan ruang karena dia sudah menduga aku akan kaget mendengarnya. Aku teringat percakapanku dengan mama barusan. Pantas saja wanita yang melahirkanku itu tidak lagi bersikeras mendesakku untuk menerima perjodohanku dengan Bella. Rupanya mama baru saja bertemu dengan Bela dan mengetahui kalau gadis sudah punya kekasih."Lalu bagaimana reaksi mama?""Tante Anita sepertinya kaget. Beliau tidak banyak bicara karena buru-buru berpamitan. Semoga saja ini berhasil supaya kita sama-sama tidak tertekan lagi.""Oke, thanks ya, Bel.""Santai aja, Jo. Semoga setelah ini tante Anita merestui kamu dengan cewek itu."Panggilan berakhir, aku duduk di ranjang segera. Terasa ada beban yang hilang dari dadaku, meskipun belum sepenuhn
last updateLast Updated : 2023-03-26
Read more

160. Kepo Lagi

Beberapa hari ini aku menahan gelisah serta rasa penasaran tentang keadaan Lisa di rumahnya Riko. Bertanya terus-menerus pada Meti juga membuatku tidak enak. Lisa bukan orang yang suka mengumbar perasaannya di media sosial. Jadi aku tidak bisa memantaunya lewat unggahannya.Pagi ini aku memberanikan diri menghubungi Lisa. Syukurlah, saat ini wanita itu mau menerima panggilanku. Sebisa mungkin aku menormalkan nada bicaraku padahal hatiku dipenuhi cemburu mengetahui dirinya berada di rumah Riko.Dia baik-baik saja, itu menurutnya. Tak kudengar kesedihan dalam nada bicaranya. Apakah Lisa bahagia bisa tinggal bersama Riko lagi. Hatiku sakit. Padahal aku bukan siapa-siapanya Lisa. Hanya seseorang yang terlalu banyak berharap. Kuakhiri telepon karena takut mengganggu. Senang bisa mendengar suaranya meski sebentar. ***Aku ingin Lisa cepat kembali, tak sabar ingin segera meminta maaf dan memperbaiki hubungan kami. Kemarin aku terlalu bersemangat hingga kesannya seperti tergesa-gesa dan mema
last updateLast Updated : 2023-03-27
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
24
DMCA.com Protection Status