Home / Rumah Tangga / Karma untuk Suami Pelit / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Karma untuk Suami Pelit: Chapter 141 - Chapter 150

231 Chapters

141. Saling Simpan Kontak

Pov LisaSetelah dua minggu berada di rumahnya Mas Natan, hari ini kami pergi ke rumahku. Entah untuk berapa lama, sebab kebetulan di butik sedang banyak orderan. Sejak dua hari yang lalu, Gina terus menghubungiku dan meminta aku datang ke butik. Selama kami menikah dan tinggal di rumah Mas Nathan, aku memang tidak pernah berkunjung ke butik lantaran jaraknya yang cukup jauh. Selain itu, Mas tidak mengizinkan aku pergi sendirian. Akhirnya diambil kesepakatan bahwa untuk beberapa hari ke depan, kami akan tinggal di rumahku dan selanjutnya jika aku sedang berada di rumah Mas Nathan maka aku boleh mengunjungi butik dengan catatan harus diantar oleh sopir. "Kamu nggak boleh kecapean, Sayang. Mas khawatir kalau kamu nyetir bolak-balik dalam jarak jauh, itu akan membuatmu capek dan itu sangat membahayakan keselamatanmu." Itu yang diucapkan sebagai alasan kalau aku tidak boleh menyetir sendirian."Jadi bukan karena takut aku ada yang godain?" tanyaku cemberut."Itu juga salah satu alasan d
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

142. Cemburu

"Diperiksa oleh dokter Karina?" tanyaku ragu berharap kalau lelakiku tidak meng-iya-kan pertanyaanku barusan."Iya."Jawaban singkat dari mas Nathan sukses membuat irama jantungku berpacu lebih cepat. Jadi benar, Mama mertuaku periksa ke dokter Karina."Dokter Karina 'kan dokter anak, Mas?""Iya, tapi Mama lebih percaya dokter Karina dari pada yang lain. Ya sudah, untuk keluhan ringan biasanya Mama cukup ditangani oleh Karina. Tapi jika ada keluhan lebih lanjut pasti Mama mau mendengarkan jika Karina meminta Mama berobat ke dokter lain." Mas Nathan menjelaskan lebih lanjut. Tapi aku masih belum merasa lega dengan jawabannya."Sudah makan?" Akhirnya aku mengalihkan pembicaraan untuk mengurangi perasaan tidak enak ini. Karena dengan terus membahasnya, maka rasa tidak enak itu makin tumbuh."Sudah, tadi kebetulan Karina bawa makanan banyak pas ke rumah."Astaga, niat mengalihkan pembicaraan agar tidak membahas lagi Karina malahan semakin membuatku diserang perasaan aneh. Apakah aku cembu
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

143. Sikap tidak Biasa'

"Lho, baru beberapa hari kok, kalian sudah balik?" tanya Mama ketika kami sampai di rumah. Sebelum pergi ke kantornya, Mas Nathan mampir dulu ke rumah untuk mengantarkan kami. Aku, Kayla dan Tuti."Mama seperti tidak pernah muda saja. Pernikahan kami belum genap sebulan, jadi maklum saja kalau Dek Lisa tidak bisa lama-lama jauh dariku." Aku mendelik ketika Mas Nathan menuduhku depan Mama. Tak berani menatap Ibu mertuaku, maka kutundukkan wajah karena malu."Bukannya Nathan pulang tiap malam?""Katanya kasihan kalau aku bolak-balik dalam jarak cukup jauh, takut aku kecapean, Ma.""Mama apa kabar? Kata Mas Nathan kemarin Mama kurang sehat. Itu sebabnya aku memutuskan untuk kembali ke sini." Aku memberanikan diri mengangkat wajah ini."Mama tidak apa-apa, kok. Hal ini sudah biasa, kemarin itu Mama makan terlalu lahap. Jadi gula darah Mama naik." Mama mengusap pundakku setelah aku mencium tangannya."Karina sudah ke sini?" tanya Mas Nathan dan sukses membuat hatiku kembali tercubit. Lagi
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

144. Ketagihan

Mama menyambut kedatangan Karina dengan antusias, sepertinya keduanya kenal dekat dan sangat akrab. Terlihat ada cara mereka berkomunikasi serta gestur tubuh keduanya yang sama sekali tidak terlihat canggung. "Oh ya, Mbak Lisa kapan datang?" Setelah berbasa-basi dengan Mama, Karina beralih padaku."Baru beberapa menit yang lalu." Aku memaksakan tersenyum pada wanita cantik di hadapanku."Kemarin Mas Nathan bilang kalau Mbak Lisa akan tinggal di sana cukup lama."Hmm, jadi dia mengharapkan aku tidak ada di rumah ini lebih lama lagi? Supaya dia leluasa bertemu dengan suamiku?"Iya, awalnya begitu, cuma aku khawatir setelah mendengar Mama kurang sehat. Jadi hari ini memaksakan ikut pulang dengan Mas Nathan."Karina tersenyum mendengar jawabanku, kemudian ia beralih melihat Mama yang duduk di sampingnya lalu berkata seraya mengusap paha ibu mertuaku."Bude beruntung punya menantu yang baik dan sayang sama Bude juga Mas Nathan."Bude? Aku bertanya dalam hati. Karina menyebut Mama mertuaku
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

145. Pov Riko

Pria bernama Dodi itu benar-benar kurang ajar. Pantas saja Alin nekat meninggalkan aku demi laki-laki tidak goodlooking itu. Jika dibandingkan denganku, wajah Dodi tidak ada apa-apanya. Sudah hitam, tidak ganteng dan postur tubuh mirip gentong. Sekarang aku mengerti kenapa Alin memilihnya. Pria itu sekarang menikah dengan salah satu pemilik saham hotel tempatnya bekerja. Ditambah lagi dari dulu dia sudah kaya dari hasil kerja kerasnya. Dari informasi yang kudapat, Dodi itu dulunya memang naksir pada Alin. Tapi Ali lebih memilihku, jelas saja karena aku memang lebih tampan. Tapi sekarang ketika aku sudah bangkrut dan tidak punya apa-apa, maka Alin berpaling. Dia memanfaatkan perasaan Dodi yang sepertinya masih suka padanya. Meskipun aku menyadari kekuranganku, tapi aku tidak bisa menerima begitu saja. Wanita yang kucintai lalu sudah kumodali dan telah menguras semua kekayaanku itu jatuh pada pelukan pria lain. Akhirnya aku nekad membuat perhitungan dengan pria gentong itu.Sialnya, D
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more

146. Cekcok

"Berisik, woi!!"Aku dan Bang Jeky sontak menoleh ke arah sel yang berada di seberang sel kami. Begitupun Bang Cungkring yang tadi kembali merebahkan diri, sekarang duduk bersamaan dengan bang Anto."Ini masih malam, waktunya orang istirahat. Bukannya pada tidur, malah ngobrol, ganggu orang saja!" teriak suara di seberang lagi, yang ku tahu itu adalah suaranya Bang Andi. Tahanan yang sudah menghuni sel selama beberapa bulan, itu menurut Bang Jeky. Bang Andi adalah salah seorang koruptor yang kasusnya masih diproses. Untuk kasus yang satu ini memang prosesnya selalu lama dan diperlambat, entah apa alasannya."Eh, pencuri uang rakyat! Kalau mau tidur, tidur aja! Lu pikir apa yang lu kerjakan di luar itu kagak ganggu orang lain?" Bang Jeky balas berteriak."Kenapa lu bawa-bawa kasus gue?!" Aku melihat bang Andi berdiri sambil memegangi teralis."Lu itu merugikan orang banyak!" Bang Jeky tak mau kalah, pria yang sedari tadi duduk itu pun ikut berdiri lalu melakukan hal yang sama dengan pr
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more

147. Cepat Berubah

Kedua teman Bang Jeky bukannya melerai, mereka malah seperti mendukung perbuatan rekannya itu. Bang Anto dan Bang Cungkring sekilas kulirik hanya berdiri di dekat tembok sambil menyilang tangan di dada. Entah rasa kemanusiaan yang sudah hilang atau takut pada ketua geng mereka. Hingga tak ada niat untuk menghentikan aksi pria berbadan besar ini meski aku sudah berteriak minta tolong.Beberapa orang sipir datang ketika tubuhku sudah benar-benar lemas. Wajahku terasa kebas karena beberapa kali terkena pukulan. Saat ini aku sudah tidak bisa bergerak sama sekali meskipun kesadaranku masih ada. Dua orang sipir memegangi tubuh Bang Jeky yang besar. Kemudian menariknya supaya menjauh dariku. Perlu tenaga yang ekstra untuk itu, bisa dilihatnya dari mimik wajah mereka yang serius."Kamu kalau tidak berbuat onar kenapa? Sudah dipindah ke mana-mana tetap saja bikin kerusuhan!" ujar salah seorang dari sipir sambil menoyor kepala bang Jeky. "Kalau gue kagak bikin onar, kalian kagak ada kerjaan,"
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

148. Karena Kesalahan

Pagi ini aku bangun kesiangan, itu pun karena beberapa sipir memukul besi sel kami sehingga menimbulkan suara berisik. Semalam setelah kejadian pemukulan oleh Bang Jeky, aku tertidur lelap, meskipun awalnya ada rasa khawatir kalau pria itu akan berulah lagi. Namun setelah salah seorang sipir selesai mengobatiku Bang Jeky sama sekali tidak bicara lagi, begitupun dengan dua temannya. Bang Anto malah yang pertama terdengar suara dengkurannya, disusul oleh Bang Cungkring yang tak hentinya menepuk beberapa bagian tubuhnya yang mungkin dihinggapi oleh nyamuk. Aku tak mengerti apa yang terjadi dengan Bang Jeky tadi. Dia baru beberapa hari saja menghuni sel ini. Awalnya dia berada di sel lain. Entah di mana, yang jelas begitu dia masuk ruangan ini, pria itu langsung terlibat percekcokan dengan Bang Andi di sel seberang. Semenjak ada Bang Jeky, sikap Bang dan Anto dan Bang Cungkring pun berubah. Semula, kedua teman satu selku itu banyak bercerita tentang kehidupannya di jalanan juga kesalaha
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

149. Menyesali

"Kenapa lu? Takut kalau tiba-tiba gue gelap mata dan menghabisi lu?!" Pria itu kembali terbahak. Sepertinya meledek, tapi aku jadi ketar ketir.Akhirnya aku hanya tersenyum miring, mau bilang takut tapi gengsi. Bilang tidak takut, hatiku sebenarnya was-was."Tenang saja gue tidak sembarangan menghabisi orang. Apalagi orang yang baru gue kenal," lanjutnya sambil terkekeh kemudian menepuk bahuku agak keras hingga aku tersentak dan sampai berteriak.Bersamaan dengan itu aku segera menoleh, mendapati pria itu makin keras tertawa."Lu beneran takut?" Dia kembali tertawa hingga bahunya terguncang."Bukan, Bang. Tapi badan saya lagi nggak enak. Ditepuk agak keras seperti itu jelas saja bertambah sakit.""Lu sakit apa habis berantem. Gue denger semalam Si Jeky bikin onar di sel. Atau ... jangan-jangan lu satu sel sama Jeky?""Iya Bang, tiba-tiba Bang Jeky mukulin saya.""Wah ... udah nggak bener, nih. Dari dulu dia itu bikin onar mulu sebenarnya buat cari perhatian saja. Si Jeky itu terkenal
last updateLast Updated : 2023-02-04
Read more

150. Yang Terbaik

"Tenang saja, Mas. Aku masih bisa jaga diri, kok. Cukup Mas Riko dan Mbak Alin saja yang menerima karma dari perbuatan kalian. Aku, ibu dan Mbak Lisa jangan sampai terkena karmanya."Lagi-lagi Reka menyebut nama Lisa membuatku makin merasa bersalah.Aku kembali membuang pandangan, Reka dan ibu sama saja. Mereka seperti sengaja menyudutkanku."Lalu uang dari mana kamu bisa tetap kuliah?" Aku menatap Reka, menuntut jawaban dari adikku itu."Mbak Lisa mentransfer uang ke rekeningku. Katanya uang itu dia selamatkan dari rekening Mas Riko, supaya tidak semuanya dihabiskan oleh pelakor itu. Alhamdulillah dengan uang itu aku bisa menyelesaikan kuliah dan bertahan hidup selama ini. Setelah wisuda nanti, aku akan langsung cari kerja biar bisa membahagiakan ibu. Kasihan Ibu, punya anak laki-laki yang sudah lebih dulu mapan tapi tidak pernah membahagiakannya," sindir Reka sambil mengalihkan pandangan.Deg! Ada sesuatu yang mengenai hatiku. Ucapan Reka benar, aku belum bisa membahagiakan ibu. Sem
last updateLast Updated : 2023-03-17
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
24
DMCA.com Protection Status