Home / Rumah Tangga / Karma untuk Suami Pelit / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Karma untuk Suami Pelit: Chapter 171 - Chapter 180

231 Chapters

171. Ancaman

Besoknya Mas Nathan pergi ke kantor seperti biasa, sementara hari ini aku di rumah karena jadwalku butik hanya seminggu dua kali. Itu kesepakatan yang kami buat supaya aku tidak terlalu capek dan hanya memantau bisnis dari rumah. Mbak Nadia belum pulang hari ini. Yesi pergi kuliah dengan taksi online. Dua orang itu pagi ini tidak menyapa kami di meja makan dan mama seperti biasa, wanita itu seakan tidak mau tahu apa yang terjadi di antara anak-anaknya. Aku tidak terbiasa berdiam diri, dulu sewaktu masih menjadi istri mas Riko, sehari-hari di rumah akan mengerjakan semua pekerjaan rumah sambil menjaga Kayla. Setelah kami resmi bercerai, aku menyibukkan diri di butik. Dah sekarang ketika aku harus berdiam diri di rumah, maka sasaranku adalah tanaman. Aku punya beberapa koleksi tanaman hias yang bisa membantuku menghilangkan kejenuhan. Mama sendiri sepertinya kurang suka lantaran dulu beliau seorang wanita karir yang tentu saja tidak sempat beraktivitas di rumah. "Sepertinya aku menyer
last updateLast Updated : 2023-04-08
Read more

172. Pergilah!

"Itu .... memangnya itu apa?" tanya Yesi ragu."Ini surat pemberitahuan, bahwa selama semester genap ini kamu lebih banyak bolos daripada masuknya. Bahkan ada laporan dari beberapa dosen yang mengatakan bahwa kamu sama sekali tidak masuk di mata kuliah mereka.""Tapi 'kan, Mbak .... ""Tapi apa? Kenapa sengaja mempermalukan kami?" Mbak Nadia melempar kertas itu ke arah wajah Yesi. 2anita itu nampak marah sekali pada gadis kesayangannya.Aku mundur sedikit supaya mereka tidak melihat kehadiranku. Bukan berniat menguping, hanya saja aku penasaran apa yang sebenarnya terjadi."Sudah banyak uang yang aku keluarkan untuk kuliahmu ini. Aku hanya ingin kamu masuk kuliah, soal nilai nggak usah dipikirkan!"Jadi, Yesi kuliah itu dibiayai oleh mbak Nadia. Bukan keinginan Yesi sendiri dengan biaya hasil dari jual tanah Bapaknya. Satu fakta terungkap."Dari awal aku sudah tidak minat kuliah. Selain ribet juga membosankan." Jawaban dari Yesi semakin menguatkan dugaan bahwa mbak Nadia adakah otakny
last updateLast Updated : 2023-04-09
Read more

173. Dasar Pemalas!

Alin"Alin! Jaketku yang kotak-kotak, kamu simpan di mana?!" Teriak Dika dari arah kamar tidur kami. Pria itu baru selesai mandi dan sepertinya sedang berpakaian. Pekerjaan Dika sekarang adalah menjadi tukang ojek di pasar sambil menyambi jadi tukang parkir, atau apa saja. Aku membelikan dia motor bekas namun masih layak pakai, bahkan terbilang bagus. Aku pernah menyarankan supaya dia membantu orang tuaku di sawah dan kebun. Kebetulan mereka mempunyai sawah yang cukup luas yang sebagian dibeli dari hasil keringatku sewaktu bekerja di kota dulu. Tapi Dika tidak mau, katanya, ia tidak pandai bertani. Padahal jika mau belajar, pasti lama-lama juga akan bisa. Biasanya aku yang menyiapkan pakaiannya, tapi bulan lalu aku melahirkan seorang bayi laki-laki. Jadi otomatis tidak bisa beraktivitas seperti biasa. Aku mengurus bayiku sendiri, karena ibu sibuk ke sawah. Beruntung aku bisa melahirkan secara normal di Puskesmas desa. "Alin, kamu tuli, ya?!"teriaknya lagi dengan suara yang lebih ke
last updateLast Updated : 2023-04-10
Read more

174. Terima Nasib

Aku mundur beberapa langkah ketika Mas Dika bergerak mendekat. "Salahmu juga, kenapa di saat aku pulang, kamu terlihat segar dan cantik seperti ini. Aku tak tahan melihat rambut basahmu juga wangi tubuhmu." Setelah berada hampir tanpa jarak di dekatku, Dika meraih rambutku yang masih basah, lalu ia menghirup aroma sampo sambil terpejam. "Mas, bagaimana kalau bapak dan ibu pulang dari sawah?" Aku memberikan alasan."Memang sejak kapan orang tuamu pulang jam segini? Biasanya juga mereka pulang saat matahari sudah tenggelam," jawabnya sambil terus mendekat. Memang ada benarnya, Bapak dan Ibu tidak pernah pulang tengah hari, mereka pulang saat hari sudah sore."Tapi ... Dendra .... " Aku terus mencari alasan dengan cara melirik Dendra yang tertidur pulas. Berharap Dika mengurungkan niatnya karena takut mengganggu anak itu."Anak itu tidak akan bangun kalau kamu tidak berisik!" Lanjutnya sambil mendorong tubuhku hingga aku jatuh ke atas kasur.***"Cepat Alin! Aku sudah lapar!" Terdengar
last updateLast Updated : 2023-04-11
Read more

175. Kebebasan

RikoAkhirnya aku bisa menghirup udara bebas. Meski bingung harus ke mana, tapi aku sangat antusias ketika diberitahu kalau hari ini masa tahananku berakhir. Untuk saat ini, tujuanku adalah rumah ibu. Sebejat yang sejelek apapun masa lalu anaknya, aku yakin seorang ibu tidak akan menolak kehadiran anaknya. Bukankah Ibu lautan maaf bagi anak-anaknya. Aku tahu di masa lalu kurang perhatian pada ibu, bahkan beliau lebih dekat pada Lisa, menantunya, daripada pada anaknya sendiri. Dulu Aku sangat benci keadaan itu, tapi sekarang aku sadar karena Lisa lebih memperhatikan beliau.Sebenarnya aku ingin mencari kabar Alin, meski tahu dia bukan istriku lagi. Siapa tahu Alin tidak jadi menikah dengan Dodi, itu artinya aku masih punya kesempatan untuk kembali padanya meskipun tidak yakin sepenuhnya. Rencananya setelah menemui Ibu, aku akan mencari Alin. Semoga ibu mengetahui kabar mengenai wanita itu. Aku pun harus siap dengan reaksi para tetanggaku, yang bukan tidak mungkin mereka pasti sudah m
last updateLast Updated : 2023-04-12
Read more

176. Diusir

Aku berpikir sejenak, kira-kira apa yang membuat Alin sampai viral. Apa mungkin Alin berhasil menikah dengan Dodi dan ketahuan oleh istrinya. Tapi apakah hal itu akan membuat wanita itu sampai viral, bukanlah hal yang sama juga dulu kami lakukan dan beritanya tidak sampai heboh. Akan tetapi, itu bisa saja terjadi lantaran Lisa dan istrinya Dodi berbeda. Jika Lisa dulu memilih diam dan pergi dariku, mungkin istrinya Dodi berbuat lebih dari itu."Kamu tentu capek. Kalau belum mau makan, istirahat saja dulu. Biar nanti Ibu siapkan untuk makan siang," ucap ibu setelah kami saling diam beberapa saat."Ya Bu, aku sudah rindu kasur." Aku tersenyum kecil mengingat selama di penjara tak pernah bertemu dengan benda empuk itu."Tidurlah, kamarmu selalu Ibu bersihkan. Sesekali Ibu juga tidur di sana, kalau tidak tidur di kamar Reka. Supaya ruangan itu bau manusia, jadi ibu tidur berkeliling."Ibu pasti kesepian, di rumah yang lumayan luas ini tinggal sendirian.Aku bangkit lalu membungkuk hendak
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

177. Berbeda

Mampir di sebuah konter dan membeli kartu baru. Alhamdulillah ponsel yang selama aku mendekam di sel tidak pernah diaktifkan, akhirnya bisa kugunakan setelah numpang mengisi baterai di konter tersebut. Nomor pertama yang kuhubungi adalah kontak bernama Reka. Namun naas, sepertinya Reka telah mengganti nomornya karena pesanku hanya centang satu. Tak putus harapan, aku segera login ke salah satu akun media sosial yang sering Reka gunakan dan segera mengirim pesan. Masuk, tapi tidak terbaca. Mungkin dia masih sibuk bekerja hingga tak ada waktu untuk berselancar di media sosial. Beruntung aku masih menyimpan beberapa lembar uang yang diberikan ibu bulan yang lalu ketika beliau berkunjung ke sel. Sambil menunggu balasan dari Reka aku pun istirahat di sebuah warung makan yang tak jauh dari konter tadi. Lupa mengisi perut sejak tadi pagi saking senangnya mendengar kebebasanku. Kupesan satu porsi nasi lengkap dengan lauk dan sayur. Selesai makan, aku terpaksa keluar karena tak ingin mengg
last updateLast Updated : 2023-04-14
Read more

178. Tiba-tiba Ingat

"Ini kontrakan khusus perempuan?" tanyaku ketika memasuki area kontrakan Reka yang tertata rapi, bersih dan nyaman."Ya, ini khusus perempuan.""Lalu Mas tinggal di mana? Semula Mas berniat menumpang tidur di tempatmu." Aku terus celingukan memperhatikan kamar yang berjejer rapi."Nanti aku izin Bu Darma, yang punya kontrakan ini. Mas Riko 'kan kakakku, semoga kita bisa tinggal bareng semalam atau dua malam. Nanti setelah makan aku akan ngomong sama Bu Darma. Sekarang kita makam dulu, Mas Riko tentu sudah lapar.""Terserah kamu saja, yang penting Mas punya tempat untuk berteduh." Aku berhenti ketika Reka berdiri di depan salah satu pintu yang terletak agak tengah di deretan kamar ini.Tadi sewaktu menelpon aku sudah menceritakan tentang kejadian di rumah ibu pada Reka dan tentu saja dia sudah mengerti posisiku saat ini. "Rencananya Mas Riko mau kerja apa?" tanyanya setelah Reka meletakkan dua buah piring, satu di depannya dan satu lagi di depanku. Gadis itu mulai membuka nasi dan lau
last updateLast Updated : 2023-04-15
Read more

179. Harus Pergi

Mendengar itu aku ingin marah, karena pria bernama Nathan itu sudah mengambil alih posisiku. Tapi jika dipikir lagi, semua ini memang salahku. Aku yang dulu menjaga jarak dengan keluargaku terutama anak dan istriku. Jadi wajar saja jika ada orang yang lebih memperhatikannya, Kayla sama sekali tidak akan mengingatku. Menyesal pun percuma."Oh ya, Ka. Tadi ibu sempat bilang kalau kamu melihat berita viral tentang Alin di media sosial." Akhirnya aku mengalihkan pembicaraan dan didorong oleh rasa penasaranku pada berita viral itu."Jadi Mas Riko belum tahu?""Di penjara aku tidak tahu tentang apapun yang terjadi di luar. Ponselku juga baru aktif tadi, aku belum sempat berselancar di internet."Reka meraih gelas lalu minum, sebelum ia berbicara lagi."Mbak Alin viral karena ditemukan dalam keadaan hampir tidak berbusana dan mabuk di semak-semak. Sepertinya ia korban pelecehan dan perampokan. Belakangan diketahui pelakunya adalah seorang buron yang sudah banyak menipu. Namanya Dirga tapi le
last updateLast Updated : 2023-04-16
Read more

180. Bubur

"Maaf Bu, kalau kehadiran saya sudah mengganggu. Saya tidak tahu kalau ada peraturan seperti itu. Tadi juga saya mau langsung ketemu ibu untuk minta izin singgah sebentar, tapi Reka bilang supaya kami makan dulu." Tidak mau terkesan tidak punya pembelaan, akhirnya aku angkat bicara.Bu Darma hanya meliriku sekilas, ia sama sekali tidak menjawab pertanyaanku. "Sekali lagi, atas nama saya pribadi dan kakak saya, saya minta maaf ya, Bu." Reka pun mempertegas permintaan maafnya setelah melihat Bu Darma seperti itu."Masih untung yang saya suruh pergi cuma pria itu. Kalau saya tidak kasihan sama kamu, sudah saya usir sekalian!" Ya ampun, kenapa Reka betah tinggal di tempat ini? Sementara pemilik kontrakannya sangat judes. Melihat Bu Darma tidak juga beranjak dari tempatnya berdiri, aku cukup tahu diri. Wanita itu menginginkan aku pergi saat ini juga. Astaga, apa dia tidak melihat kalau nasi di piringku masih tersisa banyak? Bergegas aku mencuci tangan ke kamar mandi lalu minum sedikit. S
last updateLast Updated : 2023-04-17
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
24
DMCA.com Protection Status