"Lisa ....""Ya, Mas. Tapi nama saya Otong, bukan Lisa." Aku menoleh ketika Abang tukang bubur tiba-tiba merespon apa yang kuucapkan barusan. "Eum ... saya bukan manggil Abang. " Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. "Oh, kirain manggil saya. Lisa itu pacarnya ya?"Eh, dia malah kepo."Bukan siapa-siapa.""Oh, baru naksir ya. Jangan nunggu lama-lama, nanti keburu diembat orang."Ya ampun, malah keterusan. Melihat pria itu tersenyum penuh arti aku jadi salah tingkah. Bukan karena senyum pria itu, tapi karena teringat Lisa."Saya makan dulu buburnya, Bang.""Ah iya, nanti keburu dingin. Malah gak enak kalau sudah dingin." Sudah tahu seperti itu, malah diajak ngobrol.Dulu sebelum menikah, meski kami pacaran tidak lama, tapi aku sempat mengajak Lisa jalan beberapa kali. Wanita itu tidak banyak permintaan seperti pacar-pacarku terdahulu. Makan di kaki lima pun tidak jadi masalah. Hal itulah yang membuatku memutuskan untuk menikahinya, karena kupikir Lisa bisa diajak hidupnya hemat.
Last Updated : 2023-04-18 Read more